8 Hal Ini Bikin 365 Days Jadi Film Terburuk yang Digarap Netflix

Film 365 Days.
Sumber :
  • IMDb

VIVA – Film Netflix 365 Days kembali dengan sekuelnya, 365 Days: This Day. Publik pun dengan cepat tersedot ke dalam drama dan daya tarik seks dari film tersebut. Namun, hal tersebut tidaklah turut melupakan bahwa film 365 Days edisi perdana dikelilingi oleh banyak kontroversi.

PPN 12% Diterapkan! Ini Perkiraan Harga Baru Netflix dan Spotify per 1 Januari 2025

Sejumlah komentar dari berbagai kritikus film sempat mengemuka soal deretan fakta dari buruknya karya garapan sutradara Barbara Bia?ow?s dan Tomasz Mandes itu.

Dalam sebuah artikel yang dilansir laman TheTab, seorang jurnalis film Maddy Mussen pernah membeberkan seperti apa pandangannya soal film 365 Days yang sempat menjadi buah bibir tersebut.

PPN Naik Jadi 12 Persen, Langganan Netflix hingga Spotify Mulai Januari 2025 Lebih Mahal

Film 365 Days disebutkannya tak lain merupakan salah satu film terburuk yang pernah diproduksi oleh Netflix. Maddy juga bahkan merinci sejumlah fakta terkait keburukan film 365 Days tersebut.

“Itu adalah hal terburuk yang pernah Anda lihat. Sungguh-sungguh. Ini sangat buruk. Dan tidak seperti film porno, jalan ceritanya bahkan tidak menambah adegan seks. Mengapa? Karena alur cerita adalah hal yang paling konyol, tidak realistis, dan berbatasan dengan masalah yang benar-benar berbahaya yang pernah Anda lihat di Netflix,” ungkap tulisan Maddy Mussen tersebut.

Deretan Kontroversi Clara Shinta, Selebgram yang Diduga Penyebar Video Gus Miftah Hina Sunhaji

Film 365 Days.

Photo :
  • IMDb

Tulisan Maddy pun berlanjut dengan merinci hal-hal yang menurutnya cukup janggal yang ada dalam 365 Days. Berikut rangkuman dari yang diungkapkan oleh Maddy Mussen:

1. Film 365 Days Sudah Dapat Dikatakan Buruk Mulai dari Deskripsi yang Ditulis Netflix.

Deskripsinya adalah sebagai berikut: Seorang eksekutif yang berapi-api dalam hubungan tanpa semangat (sejauh ini baik) menjadi korban (oh tidak) bos mafia yang dominan (o….kay) yang memenjarakannya (oh TIDAK) dan memberinya satu tahun untuk jatuh. cinta dengan dia (Yesus Kristus).

2. Plot Pembuka yang Tidak Relevan

Drama pun dibuka dengan sebuah kastil dan ada beberapa pembicaraan tentang perdagangan anak yang dianggap Maddy Mussen cenderung tidak relevan. Ayah Massimo menjatuhkan kalimat yang benar-benar progresif:

"Wanita cantik adalah surga bagi mata, neraka bagi jiwa dan api penyucian bagi dompet."

“Bagus. Anda langsung tahu film ini tidak akan menjadi mahakarya feminis,” ungkap Maddy Mussen.

3. Lagu Pengantar yang Terkesan Konyol
Itu mungkin bukan karya Charlie Puth, tetapi maksud Maddy Mussen di sini adalah mengapa justru lebih banyak bidikan kastil panning. Belum ada seks. Di mana seksnya? lagunya berdurasi 5 menit dan tidak ada seks.

4. Aksen dari Seorang Massimo yang Dirasa Masih Kurang
Tak sedikit pula yang mengharapkan dia untuk mengatakan "Rosie" dalam aksen Geordie di sejumlah poin sepanjang film. Malu dia tidak. Mungkin telah xkita sedikit keluar dari saat ini, untuk bersikap adil.

7. Adegan Seks
Adegan seks di film 365 Days edisi pertama menunjukkan dengan tepat apa yang seharusnya Anda harapkan dari adegan seks lainnya.

Laura dengan senang hati melepaskan dirinya dengan vibrator sementara Massimo dengan agresif meniduri beberapa pramugari yang memberinya sedikit persetujuan daripada melepaskan celananya. Dia tidak berbicara pada titik mana pun. Anda melihat apa yang tampak seperti penis di mulutnya.

8. Setelan Kostum Massimo
Massimo mengenakan setelan hitam dengan kemeja hitam di sepanjang film. “Saya tidak mempercayai pria mana pun yang mengenakan jas hitam dengan kemeja hitam, tetapi juga pacar asli Laura tidak mengenakan apa-apa selain celana pendek kargo dan rompi jadi saya rasa itu adalah yang lebih rendah dari dua kejahatan,” ungkap Maddy Mussen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya