Peringati Hari Kartini, Kemenbudristek Berkaca Lewat Film 3 Srikandi

Film 3 Srikandi
Sumber :
  • Tangkapan layar youtube/MVP Entertainment ID

VIVA – Film 3 Srikandi menceritakan bagaimana perjuangan tiga atlet panahan wanita dengan berbagai latar belakang mewujudkan mimpinya meski harus melewati berbagai tantangan. Akhirnya, mereka berhasil membuktikan diri menjadi pemenang atas ego diri mereka sendiri sekaligus pemenang dalam kompetisi olah raga tingkat dunia. Film ini dinilai sarat akan isu kesetaraan gender.

Akhirnya Terungkap! ART Tewas di Dalam Toren Bukan Dibunuh, tapi Karena Ini

Untuk itu memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melaksanakan kegiatan nonton bareng virtual film 3 Srikandi dan webinar Jumpa Sapa. Acara itu membahas tentang Profil Pelajar Pancasila, kesetaraan gender, inklusivitas, serta penuntasan kekerasan seksual. Kegiatan yang bertema Dari Srikandi Untuk Kartini ini bertujuan untuk mengingat kembali semangat emansipasi perempuan yang dulu diperjuangkan R.A. Kartini.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyoroti perjuangan R.A. Kartini yang besar kepeduliannya terhadap pendidikan bagi kaum perempuan meski ia masih belia. Bahkan, ia menuliskan pemikirannya untuk menentang segala batasan yang menghalangi kemajuan perempuan di masa itu.
 
“Selamat Hari Kartini. Mari, terus lanjutkan semangat perjuangan perempuan Indonesia. Maju terus Kartini masa kini,” ucapnyadi hadapan ribuan peserta yang menyaksikan secara daring melalui kanal YouTube Cerdas Berkarakter Kemendikbud RI.

Pembunuh Wanita Tanpa Kepala Kupas Kulit Telunjuk dan Jempol Korban, Apa Alasannya?

Sebagai wujud Kartini Masa Kini, salah satu narasumber pada sesi Jumpa Sapa yakni Swastika Nohara. Ia mengutarakan pengalamannya dalam menulis skenario film 3 Srikandi.

Wanita Jatuh dari Lantai 30 Apartemen Tangerang, Kakinya Putus

“Tantangan dalam membuat film untuk menjadi tontonan yang berkualitas pertimbangannya tidak hanya menjelaskan fakta karena akan terasa membosankan. Oleh karena itu, karakter utama kami sajikan secara matang dan dalam," katanya.

"Karakter utama kami bangun sesolid dan semenarik mungkin, unik, dialognya juga memiliki ciri khas masing-masing serta menampilkan konflik perjuangan yang harus disarikan menjadi dramaturgi yang menarik,” katanya lagi.

Selain Swastika Nohara turut hadir aktris, Arawinda Kirana (Aktris), dan Psikolog Klinis, Inez Kristanti. Inez Kristanti pada sesi Jumpa Sapa menyatakan perlunya memperlakukan perempuan dan laki-laki secara setara. 

“Jika teman-teman ingin memulai, mulailah dari diri sendiri. Hargai perasaan semua gender, mereka punya hak dan suara. Kita harus lakukan dari lingkup terkecil kita,” tutur dia.

“Jangan menormalisasi kekerasan yang terjadi di sekitar kita. Jika ada teman yang mengeluh karena mengalami perbuatan yang tidak menyenangkan maka berikan tempat bagi mereka untuk bersuara,” katanya lagi.

Selanjutnya, Arawinda Kirana berpesan kepada generasi muda untuk terus belajar, bergerak, dan berkarya dari berbagai hal positif di lingkungan sekitar. Hal ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengembangkan kompetensi sebagai bekal di masa depan. 

“Saya bangga banyak perempuan sekarang yang berani untuk mengutarakan pendapatnya. Semoga ini bukan hanya tren namun perempuan masa kini memang benar-benar memahami pentingnya berpikir kritis dan logis. Mari, kita ciptakan ekosistem yang aman dan nyaman bagi sesama manusia,” kata Arawinda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya