Kembali Digelar, Balinale Hubungkan Film dengan Penonton
- ist
VIVA – Beberapa waktu lalu industri film layar lebar harus terhenti sementara karena pandemi. Kini, hal itu berangsur pulih. Studio bioskop sudah kembali beroperasi, bahkan festival film sudah mulai diadakan.
Salah satunya adalah Bali International Film Festival atau yang dikenal dengan nama Balinale. Festival tersebut telah berjalan selama 13 tahun. Maka di edisi ke-14 yang diselenggarakan di pulau Bali akan menghadirkan hiburan luar biasa dengan penyajian yang berkualitas dan menggugah pikiran.
Pemutaran film pendek pemenang penghargaan, film layar lebar, dan film dokumenter dari Indonesia dan seluruh dunia akan mengikuti model pemutaran digital dan tatap muka yang telah diadopsi oleh Toronto International Film Festival dan Sundance Film Festival.
Pada festival film ini, terdapat kompetisi berjuri dengan penghargaan yang disajikan dalam beberapa kategori artistik dan teknis. Anggota Juri yang terlibat diantaranya, Nia Dinata, Richard, Benny Kadarharianto dan Anggi Frisca Sinematografer.
“Festival tahun ini sesuai dengan etos kami bahwa film lebih dari media lainnya, menjangkau banyak penonton lokal dan internasional, imajinasi yang menarik, dan minat publik untuk menjelajahi suatu destinasi, budayanya, dan orang-orangnya. Dengan menawarkan program tatap muka secara gratis, kami memposisikan festival untuk membantu menyambut orang-orang kembali ke Bali dan ke bioskop,” kata Pendiri dan Presiden, Deborah Gabinetti.
Balinale percaya, tidak ada yang bisa menandingi pengalaman teater bersama untuk memberikan apresiasi kepada ribuan jam pengerjaan dalam pembuatan film. Pemutaran film gratis terbatas akan ditayangkan di Park 23 Cinema XXI Kuta Selatan, Badung, Bali. Cinema XXI (PT Nusantara Sejahtera Raya) adalah jaringan bioskop terbesar yang melayani 46 kota di Indonesia.
Awal tahun ini, Balinale mengumumkan pembentukan afiliasi industri baru bersama organisasi yang berkomitmen untuk menghubungkan dunia melalui film. Yayasan Kebudayaan & Pendidikan Amerika-Indonesia (American-Indonesian Cultural & Education Foundation) memberikan AICEF Prize for Cross-Cultural Filmmaking kepada sepasang first dan second-time filmmaker yang karyanya dengan kuat merangkul tema lintas budaya. Penerima penghargaan dari Indonesia bernama Harvan Agustriansyah untuk karyanya yang berjudul Empu--Sugar on the Weaver’s Chair.
Pada tanggal 5-7 November Balinale menyelenggarakan Asian Film Awards Academy (AFAA) di Jakarta menghadirkan beberapa film Hong Kong pemenang penghargaan yang luar biasa.
Balinale menjadi tuan rumah Asian Film Awards Academy (AFAA) di Jakarta 5-7 November menghadirkan beberapa film Hong Kong yang luar biasa dan memenangkan penghargaan. AFA Academy dibentuk pada tahun 2013 oleh Busan, Hong Kong, dan Festival Film Tokyo untuk menyoroti industri film dan budaya Asia.