Rhoma Irama Raih Penghargaan Khusus IMA Awards 2020
VIVA – Malam Puncak Indonesian Movie Actors Awards 2020 yang digelar Sabtu malam, 25 Juli 2020 memberikan banyak kejutan untuk para penonton.Â
Bukan hanya menampilkan para artis dengan tampilan khas Nusantara dan memberikan penghargaan untuk para aktor dan aktris terbaik. Di momen tersebut, IMA Awards 2020 juga memberikan penghargaan untuk para sineas senior. Bukan cuma memberikan penghargaan spesial untuk Almarhum Ade Irawan dan juga Ria Irawan, di momen malam puncak IMA Awards 2020 juga memberikan penghargaan untuk pedangdut Rhoma Irama.Â
Rhoma Irama di malam IMA Awards 2020 meraih Penghargaan Khusus. Di malam itu, Rhoma Irama mengucap syukur atas penghargaan khusus yang diberikan untuknya. Bagi Rhoma, penghargaan tersebut pantas diberikan untuk para sineas yang telah berkarya sejak tahun 1970-an yang saat ini sudah banyak yang telah tiada.
"Assalamualaikum Wr Wb, terimakasih atas penghargaan ini. Sebenarnya yang layak terima ini adalah sineas dari tahun 1970 an," kata Rhoma Irama di atas panggung IMA Awards 2020.
Baca Juga:Â IMA Awards 2020 Dinilai Beda oleh Marcella Zalianty dan Lukman Sardi
Seperti diketahui, Rhoma Irama bukan hanya dikenal sebagai Raja Dangdut yang menelurkan banyak album. Rhoma juga dikenal sebagai aktor legendaris yang membintangi banyak peran dalam film.Â
Pada tahun 1970-an, Rhoma mulai dikenal sebagai bintang film kanak-kanak. Djendral Kantjil, sekitar tahun 1958. Kariernya di musik dimulai sejak ia usia 11 tahun, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.
Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta.