Karantina karena Corona, Pencarian Film Porno di China Meningkat
- Pixabay
VIVA – Virus corona yang bermula di China dan berkembang begitu pesatnya memaksa otoritas setempat melakukan beberapa upaya dalam mencegah penyebaran, salah satunya adalah karantina. Dalam keadaan karantina, masyarakat tetap menjalani kehidupannya di dalam rumah. Mereka menghabiskan waktu dengan bekerja, bermain gim, berolahraga, juga menonton video porno.
Dilansir dari SCMP, kata yang merujuk kepada pornografi yaitu ‘Maopian’ (sebuah kata dari Bahasa China yang jika diterjemahkan secara literal menjadi Film Rambut), mengalami pelonjakan di Baidu, mesin pencarian terbesar di negeri Tirai Bambu tersebut. Angka tersebut didapat dari Baidu Index. Lonjakan tersebut bertepatan dengan dimulainya libur nasional yang diperpanjang pemerintah untuk mengatasi epidemi.
Namun tampaknya masyarakat tidak hanya mencari satu kata kunci saja, mereka juga mencari dengan kata kunci seperti, ‘Eropa dan AS Gratis Tonton’ dan ‘Film’, sebuah kata dalam Bahasa China yang juga merujuk kepada konten porno. Pencarian oleh Abacus di mesin pencari Baidu menemukan bahwa kata kunci ini mengarah ke situs web yang mengandung materi dewasa. Situs tersebut bahkan dapat diakses di China Daratan di mana pornografi dilarang.
Meski liburan berakhir pada akhir Februari silam, angka pencarian konten pornografi terlihat tidak mengalami penurunan. Volume pencarian ‘Maopian’ tetap tinggi, berbeda dari bulan-bulan sebelumnya yang biasanya tinggi di akhir pekan dan menurun di hari kerja. Hal itu disebabkan karena beberapa perusahaan menerapkan kebijakan yang memperbolehkan karyawannya bekerja dari rumah.
Percaya atau tidak, beberapa ada yang beranggapan bahwa data mengenai pelonjakan pencarian video porno menjadi hal yang penting. John Bownstein, seorang kepala inovasi di rumah sakit anak Boston mengatakan bahwa pencarian terkait pornografi menjadi tolok ukur seberapa patuh penduduk China terhadap pemerintahnya untuk tetap berada di rumah masing-masing.
Baidu menolak mengomentari terkait pelonjakan pencarian pornografi tersebut. Namun perusahaan mengatakan bahwa mereka telah mengambil langkah serius dalam menekan ‘konten berbahaya’ dengan mengandalkan manusia dan teknologi AI. Baidu juga mengatakan bahwa mereka telah menghapus 53 miliar konten berbahaya dan hampir setengahnya adalah konten pornografi.
Laporan: Dion Yudhantama