Sinopsis Gundala, Ketika Menjadi Pahlawan Lebih dari Sekadar Pilihan
- Instagram @jokoanwar
VIVA – Kamis, 29 Agustus 2019 menjadi hari yang ditunggu-tunggu banyak penikmat film Tanah Air, karena hari ini film superhero pertama dari Jagat Sinema Bumilangit, Gundala, tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia.
Disutradari oleh sutradara kawakan Joko Anwar, film Gundala dibuat berdasarkan komik bergenre fantasi ciptaan Harya Suryaminata atau biasa disapa Hasmi.
Gundala pertama kali muncul dalam komik Gundala Putra Petir pada tahun 1969. Terdiri dari 23 judul seri yang terbit tahun 1969-1982, Gundala tercipta menyusul popularitas komik superhero era 1960-an. Itu ditandai dengan fisik Gundala yang terinspirasi dari The Flash, karakter superhero ciptaan Gardner Fox dari DC Comics.
Hasmi pernah mengatakan, ide kekuatan Gundala, yakni memancarkan geledek dari telapak tangannya didapat dari tokoh legenda Jawa, Ki Ageng Sela yang konon punya kemampuan menangkap petir, diketahui dari naskah-naskah babad yang dipercayai masyarakat Jawa.
Meski dibuat berdasarkan komik Hasmi, film besutan Joko Anwar ini tidak sepenuhnya berangkat dari cerita asli Gundala, di mana tokoh Sancaka, nama asli Gundala, diceritakan sebagai seorang peneliti yang terobsesi mencari serum anti petir.
Sancaka yang ambisius pada berbagai eksperimen penelitian pun membuatnya kehilangan sang kekasih, Minarti, yang mengakhiri hubungan mereka karena Sancaka terlalu sibuk menjadi peneliti.
Di tengah hujan deras, Sancaka yang patah hati tersambar petir dan koma. Dalam kondisi koma, ia dipengaruhi kekuatan asing dari planet lain dan diangkat menjadi anak Penguasa Kerajaan Petir. Sancaka pun diberikan kekuatan super, yakni mampu memancarkan petir dari telapak tangannya serta kekuatan berlari secepat angin.
Nah, Gundala versi Joko Anwar bisa dibilang lebih membumi. Sancaka dikisahkan sebagai pria malang yang hidup di jalanan sejak orangtuanya meninggalkannya saat ia masih kecil. Pengalaman hidupnya yang pahit membuatnya memutuskan untuk bertahan hidup, dengan memikirkan keselamatannya sendiri dan tidak mau mencampuri masalah orang lain.
Namun, keadaan kota yang semakin carut marut, dengan ketidakadilan terjadi di mana-mana, Sancaka harus memilih untuk tetap memikirkan dirinya sendiri, atau bangkit menjadi pahlawan untuk mereka yang tertindas, seperti kata ayahnya.
Dibintangi oleh Abimana Aryasatya, Tara Basro, Ario Bayu, Bront Palarae, Rio Dewanto, Lukman Sardi dan masih banyak lagi, Gundala menjadi film pembuka Jagad Sinema Bumilangit. Setelah Gundala, sederet film superhero lainnya juga bakal hadir meramaikan industri film Indonesia. (zho)