Logo BBC

Game of Thrones Terakhir: Para Perempuan yang Ubah Sejarah Westeros

JANGAN DIPAKAI
JANGAN DIPAKAI
Sumber :
  • bbc

Selama masa pemerintahannya, sulit untuk menggambarkan dampak Cersei bagi Tujuh Kerajaan. Selalu ada sesuatu yang kompleks tentang itu.

Stephanie Wilson mengira Cersei juga menjadi korban dari sistem yang membesarkannya.

"Cersei Lannister menyimpan kebencian tentang bagaimana sistem patriarkal di Westeros telah menjauhkannya dari kekuatan sejati sedemikian lama, sehingga pada tingkat tertentu, ketika akhirnya dia menjadi ratu adalah momen yang memberdayakan," katanya.

"Dia jahat hingga ke tulang rusuknya, tetapi dalam perannya sebagai antagonis, dia setara dengan laki-laki dan pantas mendapatkan gelar untuk menyamai kekuatan yang dia perjuangkan dengan susah payah.

"Tapi kekejaman dan kesadisannya memang masih membuat kita canggung untuk merasa benar-benar bahagia untuk Cersei."

Belasungkawa kami kepada Ratu Gila yang sejati. Ada cara yang lebih buruk untuk mati dan waktu kematiannya adalah waktu yang paling baik untuk meninggalkan Westeros sebelum Westeros jadi makin gila.

The Lady of Winterfell: Seorang penyintas sejati

Penyintas belum tentu mereka yang terkuat. Seringkali, mereka adalah yang paling cerdas.

Perkatanaan itu paling menggambarkan Sansa, putri Stark tertua yang kehilangan banyak kepolosannya setelah menyaksikan eksekusi brutal ayahnya, dan belajar tentang kematian tragis ibu dan saudara-saudaranya.

Trauma, dalam wujud atau bentuk apa pun, berdampak pada kita. Sayangnya untuk Sansa, dia terus mengalami penderitaan di dalam tangan para pria.

Adegan kontroversial yang menggambarkan kekerasan dalam rumah tangga dan perkosaan dalam pernikahannya dengan Ramsay Bolton, membuat marah para penggemar. Tapi Sansa menolak dilemahkan.


- BBC

Dia muncul kembali, lebih kuat dan untuk para penggemarnya, berhasil hidup melampaui apa yang dialami karakter lain di acara itu.

Namun perekambangan karakternya memicu perdebatan sengit di antara para penyintas kekerasan seksual, yang berpendapat bahwa pemerkosaan tidak boleh digunakan "sebagai alat plot" untuk meningkatkan atau mendefinisikan karakter wanita.

Dosen media Dr Stephanie Genz dari Universitas Nottingham Trent mengatakan itu adalah "logika seksis".

"Perempuan seharusnya tidak perlu dilecehkan dan `dirusak` sebelum mereka dapat mendapatkan ketahanan atau ketangguhan," katanya kepada BBC.