Mouly Surya Bocorkan Kriteria Penilaian Kompetisi Bikin Film se-Asean
- Dok. VIVA/ Maria
VIVA – Pencarian sineas film berbakat, yakni ‘HOOQ Filmmakers Guild’ musim kedua kembali diadakan tahun ini. Kompetisi bertaraf Asean tersebut diikuti ratusan peserta dari berbagai negara, di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, India, Thailand, Vietnam serta Kamboja.
Masing-masing peserta mendaftarkan ide kreatif berupa skenario serial hingga 31 Juli 2018, nantinya akan terpilih enam finalis terbaik dan digarap menjadi serial yang ditayangkan lewat aplikasi streaming video HOOQ. Tahun ini Joko Anwar dan Mouly Surya terpilih sebagai dua dari tim juri yang terdiri dari praktisi film di berbagai negara.
Menurut Mouly, sejak musim pertama bertindak sebagai juri, ia selalu mencari skenario yang paling menarik dengan visualisasi yang lengkap. “Kalau saya pertama kualitas tulisan, ide itu menarik apa enggak? Saya tertarik enggak ngelanjutin baca. Kalau baca aja sudah enggak tertarik, gimana nonton 2 jam. Dari situ bisa jadi pertimbangan dia profesional atau enggak?” ujarnya usai workshop di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu 15 Juli 2018.
Selama menjadi juri, sutradara Marlina Si Pembunuh Dalam Tiga Babak tersebut banyak menemukan kelemahan yang sama dalam skenario para peserta Indonesia. “Gue beberapa kali menjuri jarang sekali menemukan konflik yang visual, mungkin kultur kita yang tidak membiasakan. Paling banyak gitu, ketidakvisualan sebuah cerita,” ungkapnya.
Tahun lalu serial Bhak (India) berhasil keluar sebagai pemenang dari lima finalis lainnya, yaitu Haunt Me (Singapura), How to be A Good Girl (Singapura), Suay (Thailand), Alliance (Indonesia) dan Heaven and Hell (Indonesia).
Sandiaga Uno Janji Pelaku Film dan Ekonomi Kreatif Dapat Vaksin
Para sineas sebelumnya mengirim surat terbuka ke Presiden Jokowi untuk mendapat jatah vaksin demi bangkitkan perfilman tanah air.
