Bahasa Indonesia yang Kaya, Tantangan Pembuat Subtitle Asing
- VIVA/Zahrotustianah
VIVA – The Art of Subtitling jadi salah satu tema diskusi dalam Europe on Screen (EoS) yang digelar di Indonesia tahun ini. Subtitle, menjadi jembatan bagi para penonton lokal untuk mengerti jalan cerita dari film berbahasa asing. Jika subtitle-nya berantakan, maka makna dan cerita dari film tak bisa tersampaikan dengan baik.
Penerjemah purna waktu Jean-Pascal Elbaz berbagi pengalamannya dalam mengerjakan subtitle Bahasa Prancis untuk sejumlah film Indonesia. Pria yang akrab disapa Pascal ini tahun lalu baru mengerjakan subtitle untuk beberapa film Indonesia di sebuah festival di Belgia.
Beberapa di antaranya adalah film dokumenter Negeri di Bawah Kabut, Selamat Pagi, Malam, Turah, dan Tiga Dara versi asli.
"Negeri di Bawah Kabut itu pakai Bahasa Jawa Merbabu, Selamat Pagi, Malam itu tentang Jakarta yang Bahasa Indonesianya ada gaul, asing, dan lainnya. Turah, Bahasa Jawanya Tegal, Tiga Dara versi asli Bahasa Indonesianya tahun 50-an. Jadi walau sama-sama Bahasa Indonesia, tapi macam dan levelnya berbeda-beda," kata Pascal menyebut tantangannya, kepada VIVA di Goethe Institut, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meski sudah mendapat transkrip Bahasa Inggris dari pihak rumah produksi, namun Pascal mengatakan, membuat subtitle tak cukup dengan melihat teks-teks dalam file saja. Dia sendiri selalu meminta untuk menonton film yang akan dikerjakannya.
"Bahasa Prancis itu enggak bisa baca saja transkrip Bahasa Inggrisnya, karena ada perbedaan untuk feminin dan maskulin, jadi harus nonton filmnya agar cocok," kata pria yang kini menetap di Yogyakarta tersebut.
Menurut pria yang pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1991 ini, film Tiga Dara jadi film yang paling menantang selama ini.
"Karena dialog Tiga Dara banyak sekali, 4 kali lebih banyak dari film sekarang. Bahasa Indonesianya tahun 50-an. Jadi ada sedikit Melayu, beda. Mereka juga ada lagu-lagu yang berpantun jadi tingkat bahasanya lain sekali. Banyak istilah-istilah yang jarang atau bahkan enggak pernah dipakai lagi, sangat puitis, jadi paling sulit," katanya.
Jauh sebelum mengerjakan subtitle Bahasa Prancis, Inggris, dan Indonesia, Pascal pernah bekerja untuk kedutaan dan mengerjakan terjemah untuk berbagai laporan, buku, dan sebagainya.