Festival Film Berlinale ke-68 Diguncang Isu #metoo
- Sandra Weller, Berlinale
VIVA – Festival Film Berlinale ke-68 di Berlin Jerman berakhir 25 Februari lalu. Selama 11 hari festival (15-25 Feburari 2018), 330.000 tiket film terjual habis. Pada hari terakhir, 25 Februari sebagian besar film dari berbagai kategori diputar kembali khusus untuk umum.
Tahun ini Berlinale memberikan hadiah kehormatan atau Honorary Golden Bear bagi aktor Willem Dafoe dalam acara penyerahan khusus di Berlinale Palast. Artis Hollywood ini mendapat penghargaan untuk pengabdiannya pada film. Ia juga berperan dalam beberapa film yang diputar di Berlinale. Salah satunya adalah film yang cukup kontroversial, Nymphomaniac,2013.
Pilihan film-film di Festival Film ini sangat beragam, kebanyakan anti-mainstream. Tema tema utamanya adalah hak asasi manusia, politik, SARA, anak dan perempuan, lingkungan juga LGBT (lesbian, gay, bieseksual dan transgender). Tak heran, isu #metoo yang telah mengguncang industri film Hollywood merembet hingga ke Berlin.
Isu #Metoo di Berlinale
Isu ini dimulai dengan kasus pelecehan pekerja film oleh produser Hollywood papan atas Harvey Weinstein. Tudingan ini diungkap pada Oktober 2017 oleh The New York Times. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa Harvey kerap mengundang para aktris ke kantor atau kamar hotel dengan iming-iming mendiskusikan proyek film. Namun diskusi tersebut lebih banyak berakhir di atas ranjang. Harvey telah melecehkan lebih dari 100 perempuan dengan taktik ini. Sejak itu, dengan tagar #metoo di media sosial, diharapkan lebih banyak orang bisa mengungkapkan pengalaman pelecehan seksual yang pernah dialami dan mengindentifikasi siapa pelakunya.
Gelombang tagar metoo ini juga telah mengguncang Festival Film Berlinale, mengingat besarnya industri film dunia yang hadir di sini. Selain film-film terpilih yang diputar untuk publik, masih ada European Film Market (EFM) yang dihadiri 10,000 pengunjung dari 112 negara. 1,112 screening, 800 film yang diperdagangkan dan 546 peserta market/stand.
Tentunya, Berlinale tidak tinggal diam, mereka mengadakan sebuah diskusi panel berjudul A Conversation on Sexual harrasment in Film, Television and Theatre. (Sebuah pembicaraan tentang Pelecehan Sexual pada Film, Televisi dan Teater). Berlinale berharap agar forum seperti ini dapat mengungkap berbagai problem dan menginisiasi berbagai ide sehingga dapat menyumbangkan perubahan pada perilaku pelecehan seksual terhadap pekerja film.
Dengan semangat " NO to discrimination" Berlinale memfasilitiasi konseling bagi mereka yang kena dampak selama Berlinale berlangsung. Mereka yang menjadi korban, atau saksi peristiwa diskriminasi, pelecehan seks dan kekerasan disediakan pusat konseling. Nama tidak akan dipublikasikan dan gratis.
Dampaknya, sangat nyata. Saat prosesi red carpet pada sejumlah film di kategori Competition, nampak berbagai kecanggungan para aktor. Biasanya mereka tidak ragu untuk memeluk para aktris di hadapan ratusan fotografer dan kamera TV. Namun kali ini mereka sangat berhati-hati dalam berpose, bahkan cenderung tampak canggung.
Sutradara Korsel Kim Ki-duk disorot.
Kim Ki-duk bukan nama asing bagi dunia film Korea Selatan. Ia telah menyutradarai lebih dari 20 film dan memenangkan sederet penghargaan kelas internasional. Tahun 2004, film Kim Ki-duk, Samaria memenangkan Siver Bear Award Berlinale. Tahun ini, Film Kim Ki-duk berjudul Inkan, Gogkan, Sikan Grigo Inkan (Human, Space, Time and Human) berdurasi 122 menit terpilih masuk dalam kategori Panorama Berlinale.
Kim Ki-duk dituding telah melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap seorang aktris Korsel dengan memaksakan beberapa adegan tanpa busana dan seks yang tidak ada dalam script dan menamparnya berulang-ulang saat shooting film berjudul Moebius pada tahun 2013. Aktris korban pelecehan tersebut akhirnya diganti dengan aktris lain.
Jaksa membatalkan tuntutan pelecehan seks dengan mengatakan kurangnya saksi mata, namun Kim tetap harus membayar denda sebesar 5 juta won. Kim mengakui ia telah menampar aktris tersebut sebagai aksi yang disebutnya sebagai "pelajaran akting".
Lebih dari 140 kelompok atau organisasi, termasuk sejumlah NGO Pembela HAM, Organisasi Pembela Hak Asasi Perempuan, Organisasi Perlindungan bagi korban kekerasan seks, Asosiasi Industri Film, memprotes Berlinale atas undangan kepada Kim Ki-duk ke Berlin. Koalisi ini menuduh Berlinale membiarkan dan mendukung aksi Kim Ki-duk.
Sementara itu Direktur Berlinale, Dieter Kosslick menjawab bahwa Berlinale idealnya merupakan forum untuk membahas dan memerangi pelecehan seksual. Berlinale menentang dan mengutuk semua bentuk kekerasan dan pelecehan seksual.
Film Kim Ki-duk di Berlinale diputar 5 kali. Pada pemutaran awal, Kim Ki-duk masih tampil dan mengikuti sesi tanya jawab dengan penonton atas filmnya Inkan, Gogkan, Sikan Grigo Inkan . Namun penonton di Berlin tidak memberinya ampun. Pertanyaan terhadap Kim tidak bersinggungan dengan filmnya melainkan terhadap kasusnya. Di pemutaran film terakhirnya pada 23 Februari 2018 di bioskop Zoo Palast, penonton tetap menunggu hingga credit title filmnya selesai. Namun Kim tak lagi menampakkan batang hidungnya.