Film Pembajakan Pesawat Air France Curi Perhatian
- Dokumentasi Berlinale
VIVA – Bukan Berlinale bila tak menampilkan film-film bertema politik. Salah satu yang banyak mendapat sorotan media pada Festival Film Internasional Berlinale adalah film besutan sutradara pemenang Golden Bear Awards, Jose Padilha berjudul 7 Days in Entebbe.
Film ini diangkat dari kisah nyata di mana sebuah pesawat Air France dibajak dalam perjalaannnya dari Tel Aviv ke Paris pada 27 Juni 1976. Para pembajak terdiri dari 4 orang. Dua di antaranya adalah anggota gerakan PFLP (The Popular Front for the Liberation of Palestine), 2 lagi adalah warga Jerman anggota kelompok ekstrem kiri Revolutionary Cells.
Mereka menawan lebih dari 200 penumpang. Tujuannya tak lain untuk membebaskan sejumlah tawanan Palestina oleh Israel. Mereka menggiring pesawat itu untuk mendarat di Entebbe, Uganda. Para tawanan disambut diktator Uganda saat itu, Idi Amin.
Dibandingkan dengan film-film yang telah beredar mengenai pembebasan tawanan, Raid on Entebbe, Victory at Entebbe, dan Operation Thunderbolt yang heroik, 7 Days in Entebbe banyak bercerita tentang hubungan antar manusia. Antara para pembajak dan tawanan, juga bagaimana Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin (diperankan Lior Askenazi) dan Menteri Pertahanan Shimon Perez (diperankan Eddie Marsan) memutuskan operasi penyerbuan Thunderbolt untuk membebaskan para tawanan, walaupun harus memasuki teritori Uganda.
Dua tokoh pembajak dalam film ini, Brigitte, diperankan aktris Rosamund Pike dan Wilfried Boese diperankan aktor papan atas Jerman, Daniel Bruehl. Ketenaran Daniel Bruehl dalam kualitasnya berakting sudah diprediksi sejak ia berperan dalam film Goodbye Lenin tahun 2003 yang sukses diputar di berbagai negara.
Film ini mengambil lokasi shooting di Malta sejak Oktober hingga Desember 2016.