- Facebook Platinum Cineplex Timor Leste
VIVAlife - Seorang produser kenamaan Indonesia keturunan India, Raam Punjabi mengaku sebagai produser paling sukses saat ini dengan rumah produksinya, Multivision Plus.
Tapi bukan hal mudah bagi Raam yang sejak kecil memiliki hobi menonton film dan kebiasaannya keluar masuk bioskop.
Sebelum terjun di dunia film, Raam pernah bekerja di sebuah perusahaan tekstil. Kurang lebih selama satu tahun ia berkecimpung di dunia garmen.
Merasa tak nyaman menggeluti bisnis usaha yang dijalani orangtuanya, Raam diam-diam mencari peluang untuk berkecimpung di dunia film.
"Usia 20 saya mulai produksi film. Saya nggak pernah pikir untung ruginya," ujarnya saat tampil menjadi bintang tamu di acara Seputar Obrolan Selebriti (SOS) ANTV, Senin, 26 Agustus 2013.
Meski mulai memproduksi film, bukan berarti Raam langsung sukses. Ia juga pernah gagal. Tapi, ketika tahun 1980, di mana dunia film saat itu sedang terpuruk, Raam memberanikan diri mengembangkan dunia film komedi bersama Dono, Kasino dan Indro.
Dalam kurun waktu tujuh belas tahun awal kariernya sebagai produser, Raam telah memproduksi lebih dari seratus film termasuk lewat PT Parkit Film yang ia dirikan pada 1981.
Pada 1989, ketika dunia perfilman Indonesia benar-benar hancur, Raam justru tetap sukses dengan beralih ke dunia sinetron. Dari situ, ia banyak menelurkan nama-nama besar yang sukses menjadi artis. Mulai dari Jeremy Thomas, Paramitha Rusady, Anjas Mara hingga Primus Yustisio.
"Dari dulu, saya memang selalu ingin jadi nomor satu," katanya.
Sekarang, saat dunia film dan industri sinetron Tanah Air mulai semakin bergeliat, Raam pun mulai melebarkan bisnisnya di luar negeri.
Meski sukses di Indonesia, Raam tetap selalu ingin mengembangkan bisnisnya. Jika merasa tak puas dengan satu usaha yang dibangun, ia pun berusaha mencari peluang lain, yang bisa memberikan kebanggaan dan keluasan untuk dirinya.
Kini, Raam memilih membuka usaha bisnis bioskop. Bisnis itu sudah ia kembangkan di Myanmar, Laos dan Vietnam.
"Saya pilih negara itu, karena di sana situasi industri film masih seperti situasi industri film di Indonesia tahun 80-an," katanya. (eh)