Komikus Bumilangit Bagi Cerita Bikin Komik Superhero Indonesia
- VIVA/Cahyo Edi (Yogyakarta)
VIVA Showbiz – Perkembangan komik di Indonesia terus menampakkan geliatnya. Salah satu yang berkembang adalah tentang komik bernuansa superhero. Bumilangit, salah satu perusahaan yang bergerak di industri komik superhero. Ada sejumlah karya dari Bumilangit yang saat ini cukup dikenal yaitu Sri Asih, Godam, Merpati hingga Gundala.
Penulis cerita Bumilangit, Fajar Sungging Pramudito dan Ilustrator Bumilangit, Iwan Nazif membagikan pengalamannya dalam workshop di acara ComSequence 2022; International Comic and Sequential Arts Festival yang diselenggarakan oleh prodi DKV, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Di depan seratusan mahasiswa, Iwan membeberkan bahwa dalam memproduksi komik saat ini membutuhkan kolaborasi baik antara penulis cerita dan ilustrator komik superhero seperti Sri Asih, Godam, Merpati hingga Gundala.
"Berbeda dengan era komikus masa lalu yang keduanya diampu oleh satu orang, kini kebiasaan sudah berubah yang membuat pilihan berkarya semakin terbuka, termasuk dari segi kreativitas," kata dia.
"Tapi menjadi ilustrator komik superhero dari Indonesia itu asyik, mengenalkan superhero Indonesia itu menyenangkan dan menantang karena sebenarnya secara usia sama dengan Batman atau Superman " kata dia.
Di Bumilangit, Iwan mengungkap transformasi komik yang dilakukan, mulai dari membuat untuk surat kabar hingga ke media sosial daring seperti Facebook. Perubahan cara mengakses, kegemaran pembaca dan kebiasaan manusia menjadi tantangan yang menjadikan tantangan itu lebih seru.
“Misalnya untuk Prahara, komik ini pertama kali kami buat di media cetak lalu berpindah ke Facebook. Kami berikan free untuk mengenalkan ke anak-anak digital. Kami buat lebih fresh untuk memberitahu bahwa kita punya komik superhero yang lahirnya sama seperti Batman dan Superman. Ketika berpindah ke digital, cara baca berbeda, kan scroll begitu ya. Ini yang menjadi tantangan tersendiri,” kata dia.
“Komikus dulu lebih hebat dari masa kini, karena bisa menulis, gambar, bikin warna dengan tools yang terbatas. Saya sangat apresiasi, mereka adalah komikus sejati. Namun dengan perkembangan saat ini, tidak perlu takut tidak bisa gambar, atau tidak bisa menulis," kata dia.
Fajar Sungging menceritakan, bagaimana saat ia menulis Prahara yang di dalamnya memuat banyak cerita superhero Nusantara yang diakui berawal dari sebuah ide sederhana. Menurut dia, tiap penulis memiliki cara berbeda untuk menuangkan imajinasi menjadi sebuah cerita menarik untuk disajikan dalam cerita bergambar atau komik.
“Tiap penulis berbeda caranya, kalau saya saat menulis Prahara, sengaja dimulai dengan sebuah set perampokan di ATM. Menggambarkan situasi genting dalam naskah. ATM yang hancur sebagai latar, banyak orang tergeletak. Meski ini fantasi dan asal membual namun pembaca percaya atas dasar tetap adanya logika yang masuk. Bagaimana fantasi bisa diterima akal, ini yang juga penting,” ungkapnya.
Diakui Sungging, setiap penulis punya cara berbeda dalam membangun sebuah cerita dalam komik, tergantung sudut pandang apa yang diambil. Ia mencontohkan hal sederhana, bagaimana cerita bangun tidur sampai perjalanan ke kampus tiap orang tentu akan berbeda satu sama lain, bahkan dari genre yang dipilih.
“Menulis itu bisa subjektif, misalnya saja dari bangun tidur ke kampus. Tiap orang bisa punya cerita berbeda, misalnya kalau jadi horor karena ada sesuatu yang tak tampak membangunkan, atau jadi action pada orang lain saat ia dibangunkan oleh pesawat tempur yang suaranya menggelegar. Jadi, jangan pernah takut mencoba dan menemukan apa yang nyaman untukmu,” pesan Sungging.