Wabah COVID-19 Bikin Bisnis Roti Ganjel Rel Tak Seramai Dulu
- VIVA/ Teguh Sutrisno/ Semarang
VIVA – Hidangan khas di bulan Ramadhan bisanya menjadi incaran untuk berbuka puasa. Sebagai negara dengan aneka suku, Indonesia pun memiliki aneka hidangan khas Ramadhan.
Roti ganjel rel salah satunya.
Nama hidangan ini cukup unik untuk sebuah kue. Disebut Roti ganjel rel karena bentuknya kotak memanjang mirip bantalan rel kereta api atau ganjel rel.
Roti ini merupakan kue tradisional khas Semarang. Meski cukup dikenal di Semarang, kudapan tempo dulu ini sudah sangat jarang ditemui. Hanya beberapa toko saja yang masih setia membuatnya.
Meski sederhana, roti ganjel rel justru menjadi perjalanan sejarah budaya di Kota Semarang. Terutama yang berkaitan dengan tradisi peringatan hari besar seperti Ramadhan. Sudah menjadi tradisi tempo dulu, roti ini dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir di depan masjid agung kauman Semarang saat pelaksanaan tradisi dugderan.
Tapi tahun ini, acara dugderan tidak bisa dilakukan karena adanya wabah virus corona. Sehingga, roti ganjel rel tahun ini, tidak dibagikan kepada warga.
Namun, bagi yang kangen kue khas Semarang ini bisa membeli di toko kue. Meski banyak dirindukan, tidak semua toko menjual roti legendaris ini.
Salah satu yang membuat dan menjual roti ganjel rel adalah keluarga Masjuki yang tinggal di Kampung Kauman Semarang. Mereka secara turun temurun mempertahankan resep roti legendaris ini.
Umi (40), salah satu generasi penerus usaha roti ganjel rel menceritakan bahwa roti ini pertama dibuat oleh orang Belanda dengan bahan gandum. resep ini ditiru warga. Namun, bukan dibuat dari bahan gandum. Karena harga gandum mahal, bahan bakunya diganti dengan tepung gaplek atau singkong kering.
"Tepung gandum waktu itu kan mahal ya, jadi diganti tepung gaplek, dan hasilnya ya tidak mengembang seperti roti buatan orang Belanda itu, tapi bantat atau keras. Nah dari sinilah kemudian muncul istilah roti ganjel rel yang kotak memanjang dan keras agak alot gitu," tutur Umi.
Meski demikian, tepung gaplek sekarang ditinggalkan dan diganti bahan tepung terigu. Sedangkan bahan lainnya yang memberikan rasa khas tetap memakai racikan asli. Seperti gula palem dan rempah-rempah. Inilah yang membuat rasa roti ganjel rel sangat khas terutama aroma kayu manis yang kuat.
"Ciri khas roti ganjel rel ya itu, aroma rempah yang kuat," tambahnya.
Bahan yang sudah dicampur hingga kalis lalu dipanggang hingga matang. Pada permukaannya ditaburi biji wijen.
Satu loyang roti ganjel rel ini bisa menghasilkan enam belas potong. Bisa dihidangkan langsung dalam piring dan disajikan kepada tamu atau bisa juga dibungkus plastik untuk camilan berbuka puasa.
Salah satu generasi penerus lainnya, Faishal (27) menjelaskan, setiap bulan Ramadhan biasanya pesanannya banyak. Bisnis roti ganjel rel, dinilai cukup menjanjikan sebelum wabah virus corona melanda.
Mengenang kesuksesan bisnis roti ganjel rel, tahun-tahun sebelumnya, roti ini sering dipesan untuk acara tradisi Dugderan di Masjid Agung Kauman Semarang. Saat momen tersebut, pesanannya bisa sampai 10 ribu roti ganjel rel.
Namun tahun ini kondisinya beda karena pandemi COVID-19. Sehingga hanya membuat beberapa loyang saja untuk acara doa di serambi masjid yang dihadiri kalangan terbatas.
Untuk pesanan harian, Faishal memodifikasi roti ganjel rel menjadi kue kering. Sehingga pas untuk hidangan berbuka dan lebaran. Dalam kurun waktu selama Ramadhan ini, ia sudah mendapat pesanan 30 toples. Jumlah ini menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 200 pesanan.
"Pandemi COVID-19 berpengaruh sekali, jarang ada buka puasa bersama sehingga pesanan pun ikut berkurang, tapi kami mencoba cara lain dengan membuat roti ganjel rel dalam bentuk cookies atau kue kering yang awet dan pas untuk hidangan lebaran," kata Faishal.
Satu toples ganjel rel cookies dijualnya Rp25 ribu yang berisi 200 gram. "Lumayan lah, semoga mendekati lebaran nanti pesanan bisa bertambah," harapnya.
Laporan: Teguh Sutrisno/ Semarang