Fenomena Alam 2020: Hujan Meteor, Dentuman Misterius hingga Awan UFO

Awan berbentuk UFO.
Sumber :
  • Instagram/singosarimalang

VIVA – Tahun 2020, tak diragukan lagi, dikenang sebagai tahun sulit masyarakat dunia, termasuk Indonesia, dalam beberapa dasawarsa terakhir. Penyebabnya cukup jelas: pandemi COVID-19 tak kunjung mereda sejak awal hingga penghujung tahun.

Pagebluk virus corona masuk Indonesia memang baru pada bulan ketiga, Maret, tetapi harap-harap cemasnya sudah sejak awal tahun ketika masih mula-mula menggejala di Wuhan, China. Seperti halnya di banyak negara lain, pandemi COVID-19 belum benar-benar terkendali di Indonesia dan telah mengganggu perekonomian nasional.

Namun, selain itu, banyak peristiwa dan fenomena alam lainnya yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2020, seolah mengiringi bencana global virus corona. Fenomena alam itu meliputi peristiwa yang bersifat geoloigis hingga astronomis, seperti banjir, erupsi gunung api, dentuman misterius, awan berbentuk aneh; hujan meteor, Supermoon, gerhana Matahari, dan lain-lain. Berikut ini ulasan selengkapnya:

1 Januari: Banjir maut di Jabodetabek dan Banten

Tepat pada hari pertama tahun 2020, wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), juga Lebak, Banten, dilanda banjir. Bencana alam air bah itu tak terprediksi karena, berdasarkan prakiraan cuaca, wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten belum memasuki masa puncak musim hujan.

Banjir pada hari itu mengejutkan masyarakat Ibu Kota dan wilayah sekitarnya. Sebab, sejak sepanjang malam sebelumnya, malam Tahun Baru, hingga keesokan hari, hujan tak berhenti mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Menurut sejumlah ahli, tak ada faktor tunggal penyebab banjir itu. Namun salah satunya karena curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa 43 orang meninggal dunia akibat banjir yang melanda Jabodetabek dan Lebak. Baca: 43 Orang Meninggal Akibat Banjir di Jabodetabek dan Lebak Banten

4 Januari: Hujan meteor

Pada 3 Januari, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) merilis laporan bahwa pada awal bulan itu terjadi hujan meteor yang menghiasi langit malam, termasuk di Indonesia. Puncaknya, yang disebut dengan fenomena Hujan Meteor Quadrantid, menurut Lapan, terjadi pada Sabtu dini hari, 4 Januari.

Meteor Quadrantid dibentuk oleh butiran debu yang ditinggalkan Komet 2003 EH1 yang telah punah, tapi kemudian ditemukan kembali pada 2003. Keadaan ideal menonton Hujan Meteor Quadrantidi alah langit malam tanpa awan dan gelap sepenuhnya. Hanya satu wilayah di Indonesia yang waktu itu dinyatakan dapat mengamati Hujan Meteor Quadrantid. Baca: Hari Ini Hujan Meteor Quadrantid Melintasi Langit Indonesia

10 Maret: Awan topi

Publik Indonesia sempat dihebohkan dengan foto pemandangan awan berbentuk menyerupai topi di atas Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 10 Maret. Awalnya ramai di media sosial ketika sejumlah orang membagikan swafoto mereka berlatar pemandangan awan topi itu.

Sebagian warganet segera berseru bahwa itu bagian dari keajaiban alam atas kuasa Tuhan. Namun, menurut ahli cuaca atau klimatolog, awan semacam itu sebenarnya umum terjadi di dekat gunung, sehingga bukan fenomena alam yang ajaib dan tak terjelaskan. Baca: Awan Lentikularis Muncul di Gunung Rinjani

11 April: Dentuman Jakarta

Masyarakat Jakarta dan sekitarnya dikejutkan oleh suara dentuman menggelegar di angkasa pada Sabtu dini hari, 11 April. Mulanya sempat beredar spekulasi bahwa suara dentuman itu berasal atau berhubungan dengan letusan Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda.

Sayangnya, bukti dan data tak mendukung dugaan itu. Sampai sekarang tak terang benar sumber suara itu dan masih misterius. Namun, beberapa ahli menganalisisnya, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Daryono. Baca: Ahli Geologi BMKG Ungkap Data Penting Dentuman Misterius Jakarta

7 Mei: Supermoon saat Ramadhan

Pada Kamis malam, 7 Mei, warganet ramai membahas fenomena alam Supermoon atau ketika Bulan berada dalam posisi terdekatnya dengan Bumi. Pemandangan itu sebetulnya tak langka-langka amat karena merupakan peristiwa astronomis yang lumrah.

Namun, warganet Indonesia menganggap penampakan Supermoon malam itu istimewa karena bertepatan dengan tanggal 15 bulan suci Ramadhan. Ditambah lagi ukurannya terlihat besar sehingga Supermoon bisa dilihat dengan mata telanjang, dan bahkan difoto. Baca: Supermoon di Malam 15 Ramadan Ramaikan Jagat Twitter

11 Mei: Dentuman Jawa Tengah

Suara dentuman menggelegar namun misterius di Jakarta pada 11 April terdengar juga di sejumlah daerah di Jawa Tengah sebulan kemudian. Waktunya pun nyaris serupa yang terdengar di Jakarta, yaitu dini hari. Warga menduga suara itu berasal atau berhubungan dengan kejadian gempa tektonik.

Tetapi, berdasarkan hasil penyelidikan, seperti diungkap oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah pada dini hari itu. Sebagaimana pada dentuman misterius di Jakarta, Daryono hanya membeberkan sejumlah analisis dugaan-dugaan penyebabnya. Baca: BMKG Tegaskan Suara Dentuman di Jawa Tengah Bukan Gempa

21 Juni: Gerhana Matahari Cincin

Satu peristiwa kosmis yang langka terjadi pada 21 Juni. Pada jam tertentu di hari itu cahaya Matahari terhalang oleh Bulan sehingga bentuknya yang tampak di Bumi seperti cincin. Maka fenomena itu disebut Gerhana Matahari Cincin.

Gerhana Matahari Cincin terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris. Pada saat itu, piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari. Akibatnya, Matahari tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya. Baca: Jangan Lewatkan Puncak Gerhana Matahari Cincin pada 31 Provinsi

13 Juli: Banjir bandang maut di Luwu Utara

Senin malam, 13 Juli, menjadi malam buruk bagi masyarakat di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Banjir bandang menerjang permukiman warga di tiga kecamatan: Sabang, Baebunta, dan Masamba. Berdasarkan data yang dimutakhirkan pada sembilan hari kemudian, sebanyak 38 orang meninggal dunia dan 10 orang lainnya hilang.

Kerugian mencakup rumah terdampak 4.202 unit, tempat usaha mikro 82, tempat ibadah 13, sekolah 9, kantor pemerintah 8, fasilitas kesehatan 3, fasilitas umum 2, dan pasar 1. Kerusakan infrastruktur meliputi jalan sepanjang 12,8 kilometer, jembatan 9 unit, pipa air bersih 100 meter, dan bendungan irigasi 2 unit. Baca: Banjir Bandang Luwu Utara, 38 Orang Meninggal Dunia dan 10 Hilang

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi Pagi Ini, Kolom Abbu Meletus 500 Merter dari Puncak

10 Agustus: Awan tsunami di Aceh

Gumpalan awan berwarna hitam yang berbentuk menyerupai gelombang tsunami menggemparkan warga di Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya, Aceh, Senin pagi, 10 Agustus 2020. Mereka terkejut sekaligus khawatir bakal terjadi bencana tsunami sungguhan.

Gunung Semeru Kembali Erupsi, Tinggi Letusan Capai 500 Meter

Tidak sedikit warga yang memfoto pemandangan langka itu dan mengunggahnya di media sosial sehingga menjadi perbincangan yang ramai. Ahli klimatologi bahkan menyebut awan itu memang disebut awan tsunami dan menjadi bagian dari awan cumulonimbus. Dapat menimbulkan angin kencang, hujan lebat disertai kilat, petir, angin puting beliung atau hujan es. Baca: Fenomena Awan Tsunami Hebohkan Warga Aceh

5 November: Awan UFO

Semeru Erupsi Lontarkan Abu Vulkanik Setinggi 800 Meter, Zona Bahaya Radius 3 Km

Fenomena awan mirip piring terbang alias UFO muncul di atas Gunung Arjuno, Jawa Timur, pada Kamis pagi, 5 November. Dari kawasan Malang Raya, di Malang dan Kota Batu, fenomena alam itu terlihat jelas. Awan disebut menyerupai UFO itu hilang sekira pukul 10.30 WIB.

Beberapa warganet mengabadikan momen itu: ada yang mengambil gambar video dan foto. Sebagian menyebut nama Sang Pencipta di unggahan media sosial mereka atas keindahan awan. Sebagian bertanya-tanya fenomena apa yang sedang terjadi. Baca: Netizen Ramai Bahas Awan Menyerupai UFO, Ini Penjelasan Ilmiah BMKG

5 November: Gunung Merapi erupsi

Aktivitas vulkanik Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah meningkat pada 5 November sehingga status kedaruratannya dinaikkan dari waspada menjadi siaga. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Merapi sebagai antisipasi gunung api itu erupsi.

Lima hari setelah ditetapkan berstatus siaga, Merapi mulai mengeluarkan suara gemuruh, biasanya saat malam, dari puncak gunung. Suara itu menyerupai suara bebatuan yang berguguran dan tebing ambrol atau longsor. Aktivitas kegempaan dan laju deformasi masih fluktuatif, tetapi, menurut catatan BPPTKG pada 4 hingga 10 Desember, mulai menurun. Baca: Intensitas Kegempaan Alami Penurunan, Merapi Masih Berstatus Siaga

27 November: Gunung Lewotolok erupsi

Gunung Ili Lewotolok di Nusa Tenggara Timur mendadak erupsi pada Jumat pagi, 27 November. Tinggi kolom abu teramati 500 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 34 milimeter dan durasi sekitar 2 menit.

Teramati 8 kali letusan dengan tinggi 200-500 meter dan warna asap kelabu pada 7 Desember, menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG). Letusan disertai gemuruh lemah-sedang. Baca: Aktivitas Erupsi Gunung Ili Lewotolok: 8 Kali Terjadi Letusan

27 November: Gunung Semeru erupsi

Lava pijar yang terlihat lebih besar daripada biasanya turun dari kawah Jonggring Saloko dan menandai peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Jawa Timur pada Jumat malam, 27 November 2020. Terlihat juga kepulan asap membumbung tinggi terjadi beberapa kali.

Waktu itu, meski sudah menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas, Semeru masih berstatus waspada. Namun, pada Senin tengah malam, 30 November, Semeru mengeluarkan lava pijar disertai awan panas sehingga statusnya dinaikkan menjadi siaga. Baca: Hujan Abu Gunung Semeru Mencapai Radius Lebih 20 Kilometer

1 Desember: Awan cincin

Warga Kediri, Jawa Timur, dihebohkan oleh munculnya awan berbentuk cincin di atas langit daerah setempat pada Selasa, 1 Desember. Kejadian alam itu pun bikin heboh dunia maya.

Berdasarkan informasi dan analisis Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) Juanda Surabaya, sangat dimungkinkan awan cincin itu terbentuk dari ‘asap knalpot’ pesawat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara yang bermanuver di udara. Baca: Heboh Awan Cincin di Kediri, Ternyata Buah Manuver Pesawat TNI

4 Desember: Banjir maut di Medan

Kota Medan di Sumatera Utara dilanda banjir dengan ketinggian air mencapai lima meter pada Jumat sore, 4 Desember. Lima orang dilaporkan meninggal dunia dalam bencana alam itu. Para korban seluruhnya merupakan warga Perumahan De Flamboyan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan.

Hujan sejak malam sebelumnya membuat perumahan itu kebanjiran dengan ketinggian air paling tinggi. Ratusan warga penghuni perumahan itu harus dievakuasi dan diungsikan oleh tim SAR gabungan ke lokasi aman. Baca: Banjir Parah dan Tinggi Rendam Medan, 5 Orang Tewas(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya