Mini Lockdown Jokowi Hingga Sanksi Polisi Usir Demo Pakai Helikopter

Presiden Jokowi
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Presiden Joko Widodo lagi-lagi mengingatkan pentingnya strategi berbasis lokal untuk mencegah penularan COVID-19 di Tanah Air. Kali ini, Presiden menekankan intervensi lokal seperti mini lockdown perlu dilakukan oleh pemerintah daerah setingkat kabupaten/kota untuk mencegah penyebaran penularan COVID-19.

Pembakar Kotak Suara Pilkada di Jambi Menyerahkan Diri

Istilah mini lockdown yang diucapkan Presiden memantik perdebatan publik. Ada yang bingung dengan istilah yang digunakan itu. Ada juga yang menyebut, kenapa baru sekarang Jokowi perintahkan mini lockdown di daerah-daerah sebagai antisipasi penyebaran COVID-19?

Perdebatan seputar ini menjadi salah satu topik berita yang terpopuler di laman VIVA.co.id, Selasa, 29 September 2020. Disamping tentunya masih banyak lagi berita-berita menarik yang patut disimak pembaca, seperti dalam round up berikut ini: 

Soal Keterlibatan ‘Partai Cokelat’ di Pilgub Jateng, Jokowi: Dibuktikan Saja

1. Jokowi Perintahkan Lockdown Mini, Anggota DPR: Kenapa Baru Sekarang?

Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay angkat bicara mengenai perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menerapkan lockdown mini. Meski mengapresiasi langkah Presiden namun Saleh menyayangkan mengapa tak sejak awal muncul COVID-19 Presiden Jokowi menerapkan lockdown.

Tanggapi PDIP, Haidar Alwi Minta Pihak yang Kalah Pilkada Legowo

Pada saat awal kemunculan COVID-19 di Indonesia, pemerintah lebih memilih mengambil kebijakan untuk menerapkan PSBB. Namun nyatanya cara tersebut tidak signifikan mencegah penularan COVID-19 di Tanah Air.

"Kenapa lockdown mini baru muncul sekarang sih, kenapa waktu dahulu enggak? Padahal dari awal itu perdebatannya sudah sejak awal daripada virus COVID-19 masuk Indonesia sudah banyak usulan juga kalau kita harus lockdown. Tetapi pemerintah tidak siap alasannya belum siap karena mungkin anggarannya tidak cukup," kata Saleh kepada VIVA, Selasa, 29 September 2020.

Baca selengkapnya di tautan ini.

2. Hukuman Menanti Polisi yang Inisiatif Bubarkan Demo Pakai Helikopter

Buntut helikopter milik Polda Sulawesi Tenggara terbang rendah sebanyak tiga kali di sekitar Markas Polda Sultra, Sabtu, 26 September 2020, satu pilot dan empat kru helikopter tersebut kini harus berurusan dengan Propam Polda Sultra.

Mereka kini tengah diperiksa intensif. Helikopter tersebut terbang rendah saat aksi memperingati setahun kematian dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, yakni Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi saat itu. Manuver helikopter membuat para peserta aksi juga polisi berhamburan menyelamatkan diri karena debu dan sampah kering yang beterbangan.

“Pilot sekarang sedang (diperiksa) propam,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Awi Setiyono kepada wartawan, Selasa, 29 September 2020.

Baca selengkapnya di tautan ini.

3. Curhatan Gatot Nurmantyo Usai Diusir Polisi saat Acara KAMI

Mantan Panglima TNI yang juga presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo harus menelan pil pahit lantaran acara silaturahmi dengan anggota KAMI di Surabaya harus dibubarkan polisi.

Polisi beralasan lantaran adanya pandemi Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19. Acara yang diadakan Gatot pun melanggar protokol kesehatan karena mengumpulkan orang dalam jumlah yang banyak. Pascakejadian itu, Gatot mencurahkan perasaannya di Instagram resminya @nurmantyo_gatot yang dikutip VIVA.

"KOYAKLAH DADAKU AGAR KAMU MENGERTI SEBERAPA MERAH PUTIHNYA JIWA RAGAKU," tulis Gatot.

Baca selengkapnya di tautan ini.

4. Tanah Abang Menjadi Kawasan Paling Banyak Pelanggar Aturan PSBB

Operasi Yustisi dalam pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta terus gencar dilakukan. Di Jakarta Pusat, operasi yang menyasar warga yang melanggar protokol kesehatan COVID-19 ini terbanyak terjadi di Tanah Abang.

Kasat Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Pusat, Bernard Tambunan, mengatakan, Tanah Abang merupakan lokasi yang paling banyak terkena Operasi Yustisi di Jakarta Pusat. Totalnya, ada sebanyak 1.182 warga kedapatan tidak mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah. 

"Dari delapan kecamatan yang ada di Jakarta Pusat, Tanah Abang menjadi kecamatan yang paling banyak terjaring razia masker, dengan total 1.182 orang. Razia tertib masker ini sudah digelar sejak Minggu 20 September 2020, sampai Senin 28 September 2020. Operasi ini akan terus berlangsung selama PSBB total di wilayah DKI Jakarta," kata Bernard, Selasa 29 September 2020.

Baca selengkapnya di tautan ini.

5. Polisi Acungkan Senjata karena Tak Terima Kendaraannya Disalip Pick Up

Kepala Bidang Humas Polda Kalimantan Selatan, Komisaris Besar Polisi Mochamad Rifa’i mengatakan aksi koboi oknum anggota polisi yang mengeluarkan benda mirip senjata api (pistol) sudah diamankan petugas kepolisian. Menurut dia, oknum polisi itu mengaku kesal karena disalip oleh pengemudi lain.

“Hari Minggu, jadi anggota berinisial RA pulang tugas lapangan dalam kondisi capek. Kemudian, di jalan disalip pengemudi pick up ugal-ugalan,” kata Rifa’i saat dihubungi, Selasa, 29 September 2020.

Merasa tidak nyaman, Rifa’i mengatakan, oknum anggota langsung mengeluarkan airsoft gun. Jadi, kata dia, benda yang dikeluarkan oleh oknum polisi itu bukan senjata api tapi hanya airsoft gun yang tujuannya untuk menakut-nakuti. 

Baca selengkapnya di tautan ini. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya