Profil dan Sepak Terjang John Kei Si Godfather of Jakarta

John Kei bebas bersyarat
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Nama John Refra Kei alias John Kei disorot lagi. Belum genap enam bulan bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah, John Kei kembali berurusan dengan polisi.

Kompolnas dan IPW Sepakat, Tindak Tegas Dugaan Kekerasan Bersenjata Anggota DPR di Pekalongan

Polisi menangkap John Kei di rumahnya di perumahan Taman Titian Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu malam, 21 Juni 2020, menyusul peristiwa pengeroyokan dan keributan di Cipondoh, Tangerang, Banten, dan Kosambi, Jakarta Barat. Aparat meringkus 25 orang lainnya dan menyita puluhan senjata tajam berbagai jenis dalam penggerebekan itu.

Belum terang betul latar belakang peristiwa itu dan kaitannya dengan John Kei bersama komplotannya. Polisi hanya mengisyaratkan erat hubungannya dengan keributan berdarah di Cipondoh.

Chandrika Chika Diduga Lakukan Penganiayaan, Korban Sudah Jalani Visum

Semua bermula dari sebuah rekaman video yang memperlihatkan keributan dan penembakan di Green Lake City, Cipondoh, beredar di media sosial. Si perekam video mengaku melihat banyak orang bertopeng berkumpul lalu memecahkan kaca mobil.

Di hari yang sama, seorang warga bernama Yustus Corwing Key (46 tahun) dibacok oleh orang tak dikenal di jalanan sekitar Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Korban meninggal dunia setelah dilarikan di ke rumah sakit.

Kronologi Chandrika Chika Diduga Lakukan Tindak Kekerasan, Gegara Laki-laki?

Pembunuhan Bos Sanex Steel

John Kei dihukum penjara selama 16 tahun karena terbukti bersalah terlibat dalam pembunuhan Bos Sanex Steel, Tan Harry Tantono alias Ayung, pada Januari 2012. Ayung tewas terbunuh dengan 32 tusukan di salah satu kamar di Swiss-Belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

John Kei menjalani hukuman di Lapas Permisan, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Setelah menjalani dua pertiga masa tahanan dipotong remisi 3 tahun 30 hari, dia bebas pada 26 Desember 2019.

John Kei dan kelompoknya mencuat dan dikenal publik pada 2004. Dia dikenal sebagai bos preman yang diduga juga terlibat dalam pembunuhan debt collector Basri Sangaji. Basri tewas dalam pembunuhan sadis pada Oktober 2004.

Selain melayani jasa penagih utang, kelompok John Kei juga bergerak di bidang jasa pengawalan lahan dan tempat. Sosoknya yang dikenal sebagai penguasa dunia kekerasan dan kriminal di Jakarta itu ditakuti banyak orang. Karena itu, dia pun dijuluki Godfather of Jakarta.

Dalam sebuah rekaman video sebelum dia bebas dari Nusakambangan, John Kei mengaku telah berubah, menemukan Tuhan, dan menjadi manusia yang baru. Dia bertekad menyerahkan hidupnya untuk melayani.

Bercita-cita jadi intelijen

John Kei lahir di Pulau Kei, Maluku, pada 10 September 1969. Namun, sepak terjang dan reputasinya dimulai ketika dia kali pertama datang ke Jakarta pada 1990-an. Dia menolak disebut preman, tapi lebih suka dijuluki crossboy.

Ia pernah dikeluarkan dari sekolah ketika SMA, kemudian hijrah ke Surabaya karena putus sekolah sebelum mendarat di Jakarta. Ternyata, ia melewati banyak rintangan untuk masuk Jakarta. John Kei sempat menjual pakaiannya untuk membeli makanan.

Sejak dahulu, ia bercita-cita menjadi intelijen alias spionase. Namun, John Kei selalu gagal untuk menggapai cita-citanya itu. Akhirnya, ia menikah dengan Yulianti Refra pada 1997 hingga memiliki lima anak.

Pimpin ormas Pemuda Kei

Pada tahun 2000, banyak pemuda dari Pulau Kei hijrah ke Jakarta dan berhimpun dalam sebuah organisasi massa bernama Angkatan Muda Kei (Amkei). John Kei ditunjuk menjadi pemimpinnya.

Adik John Kei, yakni Tito Kei, juga bergabung dalam organisasi yang bergerak di bidang jasa penagihan utang dan jasa pengawalan lahan dan tempat. Mereka bersaing dengan Basri Sangaji dan Hercules.

Kekerasan

Dalam menagih utang klien, John Kei tak jarang melakukan kekerasan demi mendapatkan uang pesanan klien. Bahkan, Basri pun tewas akibat konflik yang terjadi di diskotek Taman Sari pada Maret 2004.

Waktu itu, kelompok John Kei menyerang kelompok Basri yang bertugas menjaga diskotek Taman Sari. Belasan orang terluka dari kedua kubu dan dua anggota kelompok Basri tewas.

Bentrokan kembali terjadi dan kakak kandung John Kei, yaitu Walterus Refra Kei, tewas dalam peristiwa itu. Diduga terjadi aksi balas balas dendam hingga Basri tewas terbunuh.

Dari insiden itu, kelompok John Kei makin mendapatkan banyak klien ketika Basri Sangaji tewas terbunuh dan anggota kelompoknya tercerai-berai. Puncaknya saat John Kei ditangkap dan dihukum penjara selama 16 tahun atas pembunuhan Ayung di Swiss-Berhotel pada akhir Januari 2012. Pembunuhan itu dilatarbelakangi masalah tunggakan pembayaran jasa penagihan utang senilai Rp600 juta.

John Kei marah karena Ayung ingkar janji membayar upah setelah membantunya menagih utang. Karena kesal, Ayung dihujami tusukan senjata tajam oleh anak buah Kei.

Insaf

John Kei mengaku insaf dan tak akan lagi menjalani dunia hitam setelah bebas dari Nusakambangan. Bahkan, ia berniat akan mengabdikan hidup untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

John Kei mulai berubah ketika dipindah ke LP Nusakambangan pada 2 Maret 2014, setelah dipenjara di Rutan Salemba. Di Nusakambangan, ia terlihat lebih sering berada di gereja untuk beribadah.

Bersama puluhan warga binaan di Nusakambangan yang beragama Nasrani, ia hadir di acara peresmian gereja pada 2 April 2014. John Kei tampak khusyuk menyanyikan lagu-lagu rohani.

Di hadapan para jemaat, dia menangis saat melantunkan lagu pujian tentang penyesalan dosa dan upaya perbaikan melalui kasih Tuhan. “Di Nusakambangan ini saya menemukan titik balik untuk kembali kepada Tuhan," katanya.

Natal tahun 2019 menjadi perayaan terakhir baginya di Nuskambangan. Dia pun sempat memberikan khotbah kepada ratusan jemaat. Selepas bebas dari penjara, John Kei berkeinginan menjadi rohaniawan lapas, yang akan berkunjung dari lapas ke lapas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya