Tren Kuliner Serba Mangga

Mangga alpukat.
Sumber :
  • Facebook

VIVA – Antrean panjang mengular, tak cukup setengah jam, bahkan bisa sampai satu jam untuk bisa menikmati segarnya minuman zaman now, King Mango Thai yang buka gerai di Neo Soho Mal, Jakarta beberapa waktu lalu.

Tak hanya King Mango Thai, ada juga Go Mango atau bahkan Mango Bomb. Penampilannya nyaris sama, dan tetap jadi idola.

"Di mana ada antrean, di situ ada mangga," kata Ken dan Grat yang mengunggah usaha kerasnya antre mendapatkan segelas minuman kekinian Go Mango di media sosial, Youtube.

Dengan antusiasnya, mereka bercerita, sering antre untuk nikmati minuman mangga. Di mana pun, tak pernah sepi.

"Kami baru coba, dan Lippo Mall Puri ini baru buka Go Mango. Kami pernah coba antre di tempat lain, dan di sini juga enggak kalah panjang antrenya sama seperti di tempat lain. Tapi di sini, harganya lebih murah, Rp50 ribu bisa dapat dua," tutur mereka. Bagi Ken dan Grat, butuh perjuangan untuk mendapatkan minuman ini.

Belakangan, buah mangga memang jadi primadona. Berdasarkan catatan sejarahnya, buah berasa asam manis ini berasal dari India sekitar abad ke-4 atau ke-5 Sebelum Masehi. Sejarah mencatat, mangga pertama kali ditemukan oleh Alexander Agung di Lembah Indus India.

Seiring perkembangan zaman, buah ini menyebar hampir ke seluruh belahan dunia. Para pedagang India yang membawanya, berkelana ke timur sampai ke Semenanjung Malaysia.

Pada 1400 dan 1450, buah ini mulai ditanam di Kepulauan Sulu dan Mindanau, Filipina, di Pulau Lizon sekitar 1600, dan di Kepulauan Maluku pada 1665.

Dilansir dari berbagai sumber, mangga sekarang banyak dibudidayakan di iklim subtropis tropis dan hangat. Hampir setengah dari mangga di dunia dibudidayakan di India, dengan sumber terbesar kedua adalah China.

Mangga juga tumbuh di Andalusia, Spanyol (terutama di Provinsi Málaga). Iklim subtropis pesisirnya adalah satu dari sedikit tempat di daratan Eropa yang memungkinkan pertumbuhan tanaman tropis dan pohon buah-buahan.

Kepulauan Canari adalah produsen buah Spanyol yang terkenal lainnya. Meskipun India adalah produsen mangga terbesar, namun menyumbang kurang dari 1 persen perdagangan mangga internasional. India mengonsumsi sebagian besar produksinya.

Di Amerika Serikat, buah ini pertama kali ditanam di Florida, yaitu pada 1833. Bibit mangga yang ditanam berasal dari Meksiko. Selanjutnya pada 1885, AS mendatangkan bibit mangga okulasi dari India, tetapi semuanya mati.

Sebanyak 35 bibit pohon mangga sambung lengkung kembali didatangkan, dan akhirnya semua tanaman berhasil ditanam. Hingga saat ini, Florida dikenal sebagai salah satu produsen mangga dengan daerah pemasaran Florida dan California.

Sementara itu, ahli botani, Rumphius mengatakan bahwa penyebaran mangga di Asia baru terjadi beberapa abad. Di Indonesia, mangga memiliki banyak nama lain yang berbeda di setiap daerah, seperti mamplam (Aceh), pao (Makasar), amplem (Bali), ampelam (Banjarmasin), dan masih banyak lainnya.

Bukan sekadar buah yang dikonsumsi dagingnya, di Indonesia, mangga kian jadi favorit karena diolah dalam berbagai bentuk kuliner. Semua menu serba mangga mendadak ngehits. Tak hanya dalam bentuk dessert berupa minuman, atau bahkan kudapan, wisata petik mangga juga ikutan jadi booming di Indonesia.

Digemari dan Jadi Tren

Mangga di Indonesia, berbuah tergantung pada musimnya. Chef Ucu Sawitri yang juga ahli di dunia pastry mengatakan, ada banyak hal yang bisa membuat buah ini semakin digemari dan jadi tren.

Salah satunya, karena dunia kuliner Indonesia mulai kreatif mengaplikasikan bahan makanan ke dalam bentuk kuliner beragam. Kreativitas ini pun tak lepas dari pengaruh kuliner dunia.

Pengaruh beragamnya kuliner mangga Tanah Air pun karena negara-negara seperti Spanyol, Portugis hingga Thailand. Makanan yang diaplikasikan mulai dari bentuk minuman, ada juga mango mouse, puding mango, hingga cake mango.

Tak hanya dibuat, kuliner ini pun kian populer karena media dengan cepat dan gencarnya mempublikasikan hingga menjadi viral dan tren.

"Sekarang kan media ngeblast-nya cepat, jadi trennya lebih ke arah situ. Di dunia pastry, mango sudah ada dari lama," ujarnya.

Namun, yang membuatnya makin tren karena mangga saat ini bisa diolah, tak hanya bergantung pada musim. Banyak mangga impor yang bisa dimanfaatkan, bahkan memiliki kualitas rasa yang stabil. Diolah jadi menu apa pun, tetap nikmat.

"Kalau mengandalkan musim mangga kan kualitasnya tidak menentu ya, jadi kalau misalnya ada bahan yang bisa dibuat untuk bahan dessert seperti yang sudah stabil, rasa sama dan bisa dibikin tanpa menunggu musim itu yang tren,” kata dia.

“Lebih banyak (tren) bukan karena mangga asli, tapi itu impor dari luar negeri untuk produk mango puree, ini pintar-pintarnya distributor untuk promosikan produk mereka," terang Ucu.

Tak hanya itu, bagaimana presentasi produk juga jadi penyebab utama, mengapa kuliner serba mangga jadi tren belakangan ini. "Jadi lebih ke presentasi produk, makanya dibikin ala-ala smoothies. Asia dengan mangga itu kan sudah familiar," tuturnya.

Minuman Mangga

Smoothie mangga Mango Bomb.

Belakangan minuman mangga yang disajikan empat layer berisi smoothies mangga, whipped cream, mango sorbet dan irisan mangga segar tengah jadi kuliner yang digemari.

Apa pun nama brand-nya, minuman mangga satu ini, selalu laris diburu. Rasanya yang segar juga penyajiannya yang menarik, membuat minuman ini digemari.

Raffi Ahmad salah satu pengusaha minuman mangga kekinian --Mango Bomb ini mengaku sudah membuka 16 cabang Mango Bomb. Sebanyak 15 cabang berada di Jakarta dan satu cabang telah dibuka di Surabaya. Ia mengaku senang, bisnisnya selalu ramai pembeli.

Dia pun mengaku, sebelum melebarkan sayap bisnisnya ini, Raffi melakukan riset dengan berbagai cara. Alasan semakin banyaknya orang yang mulai rajin menjalani hidup sehat, membuatnya berpikir untuk mengolah mangga menjadi minuman segar yang menyehatkan.

"Kuliner ini kan tren di Bangkok, lagi terkenal banget. Setelah riset 3-4 bulan, baru buka cabang di beberapa tempat," dia menjelaskan.

Raffi menambahkan, semenjak membuka usaha ini di kota-kota besar, banyak sekali pembeli yang antre. Bahkan, semakin banyak orang membuat bisnis serupa. Meski begitu, Raffi tak khawatir.

"Ya enggak apa apa, di Indonesia banyak yang buat bisnis serupa kok," kata dia.

Sama seperti minuman mangga kekinian yang lain, satu cup minuman mangga ini dijual Raffi seharga Rp50 ribu. "Itu untuk ukuran besar, dan Rp35 ribu untuk ukuran kecil."

Tak hanya Mango Bomb milik Raffi, gerai King Mango Thai juga selalu ramai pembeli. Antreannya selalu panjang. Porsinya yang besar dan rasanya yang segar bikin siapa pun yang menikmatinya ketagihan.

"Rasanya enak, manis dingin dan yang bikin surprise cream-nya enak banget, enggak bikin enek malah bikin nagih huhuhu," kata salah seorang pembeli.

Sama seperti Mango Bomb, King Mango Thai ini pun menyajikan mango puree dilengkapi potongan mangga di atasnya.

King Mango Thai membuka gerai pertamanya di Indonesia di Neo Soho Mal. Meskipun sudah buka sejak Juni 2017, tapi antrean King Mango Thai  tak pernah sepi. Mereka rela antre, untuk menikmati segelas jumbo jus mangga ini.

Ada lagi minuman mangga serupa, Go Mango. Namun, jika King Mango Thai dan Mango Bomb menggunakan whipped cream di bagian tengahnya, Go Mango justru menggunakan mangga harum manis, santan cream aroma kelapa dan selasih di tengahnya. Harganya juga lebih murah, satu cup Rp28 ribu.

6 Tren Kuliner yang Bakal 'Mantul' di 2019

Mango Sticky Rice

Mango Sticky Rice.

Kini Traveling ke Thailand Bisa Dapat Mango Sticky Rice Gratis

Tak hanya minuman mangga yang ngehits abis di Indonesia, belakangan kuliner ketan ala Thailand juga makin digemari di Indonesia. Ya, Mango Sticky Rice atau mangga ketan, ikutan jadi menu paling populer sepanjang 2017.

Mangga ketan ini adalah makanan penutup tradisional Thailand yang dibuat dengan nasi ketan, mangga segar dan santan, dan dimakan dengan garpu, sendok, atau kadang-kadang dengan tangan.

5 Kuliner yang Bakal Semakin Populer di 2019, Mana Favoritmu?

Meski berasal dari Thailand, panganan ini juga dikonsumsi masyarakat  di seluruh kawasan Indochina di Asia Tenggara, termasuk Laos, Kamboja, Vietnam dan Indonesia. Ketan mangga ini biasanya dimakan pada musim mangga puncak, bulan-bulan musim panas bulan April dan Mei di Thailand.

"Ketan mangga itu dari Thailand, biasa dijual di pinggir jalan. Ketan itu dimasak seperti biasa, nanti dikasih santan, di atasnya ada irisan buah mangga tidak terlalu manis, ada asamnya dikit," kata Chef Ucu.  

Seperti diungkapkan oleh Chef Ucu, bahan utama untuk mengolah kuliner satu ini adalah ketan, santan segar, garam, gula aren, dan mangga. Untuk menyiapkan sajian, nasi direndam dalam air kemudian dimasak dengan cara mengukus atau menggunakan rice cooker.

Sementara itu, santan dicampur dengan garam dan gula, dan dimasak tanpa pecah. Setelah ketan selesai dimasak, campuran santan dan nasi dicampur bersama secara merata dan dibiarkan sejenak agar meresap.  Mangga dikupas dan diiris.

Untuk menyajikan hidangan tersebut, ketan tersebut disajikan di atas piring, beberapa irisan mangga diletakkan di atas atau di samping, dan santan kelapa yang tersisa disiram di atasnya. Terkadang nasi ketan ini juga disajikan dengan taburan kacang hijau. Penganan ini pun sangat nikmat disantap selagi hangat.

Mangga Alpukat

Selain minuman mangga, juga sajian ketan mangga, buah mangga alpukat belakangan juga jadi tren dan laku di pasaran. Ini, karena cara makannya yang beda dan jadi viral.

Mangga alpukat, belakangan ikut ramai dibicarakan. Salah seorang penjual mangga alpukat, Eka Yani Kusuma (35) asal Surabaya ini mengakui, belakangan konsumsi mangga alpukat jadi tren di Indonesia. Karena itulah, sejak dua bulan lalu, ia memanfaatkan berjualan mangga alpukat.

"Pas booming-booming-nya dua bulan yang lalu saya iseng jualin karena memang beda mangga ini kualitas dan rasanya dari mangga lainnya," katanya saat berbincang dengan VIVA.

Ia pun mengungkapkan, mangga jenis ini sangat istimewa dan banyak yang menyukai rasa manis mangga alpukat. Bahkan, cara unik mengonsumsinya yang membuat mangga ini bikin penasaran.

"Mangga ini bisa dikupas seperti kupas alpukat. Kulitnya juga tebal dari mangga biasa jadi kokoh. Karena kulitnya tebal dia termasuk mangga yang tahan lama disimpan di luar kulkas."

Jika disimpan dalam suhu ruang, mangga alpukat bisa tahan hingga 10 hari. Teksturnya yang sedikit serat membuat mangga ini mudah dikonsumsi menggunakan sendok, layaknya mengonsumsi buah alpukat. Cara membukanya juga sama seperti saat hendak menikmati buah alpukat. Dibelah dua, lalu disantap dengan sendok.

Karena banyak yang menyukainya, buah ini pun terbilang mahal. Saat awal jadi perbincangan, satu kilogram mangga jenis ini bisa dijual dengan harga Rp40 ribu. "Karena sekarang banyak yang jual, jadi jual Rp28 ribu-Rp35 ribu per kilogramnya,” tuturnya.

Diakui pula oleh Eka, buah yang dia ambil dari petani mangga di Bangil ini mendatangkan banyak rezeki untuknya. Dengan modal awal Rp1,5 juta, ia bisa memperoleh omzet per hari Rp500-800 ribu.

"Saya jual sampai ke Medan, Makassar, Bali, hingga Jakarta. Itu yang terjauh. Tapi semenjak memasuki musim hujan saya setop karena kondisi mangga tidak bagus," kata dia.

Saat musim mangga bulan Juni hingga Desember, dia bisa menjual mangga alpukat 100 kilogram per hari.

Tak hanya laku dijual hingga ke luar kota, sensasi makan buah mangga alpukat yang dipetik langsung dari pohonnya juga belakangan jadi tren.

Jenis mangga ini turut mendatangkan berkah bagi petani mangga di daerah jalan Ronggowetan, Kecamatan Rembang, Pasuruan. Warga sekitar selain menjual mangga juga membuka agrowisata petik mangga alpukat.

Sulis Anisyah (51 tahun) pemilik kebun mangga dan wisata petik mangga mengatakan, mangga alpukat mulai tumbuh subur di Pasuruan sejak empat tahun terakhir.

"Itu awalnya ada orang dari Malang, dia nyari mangga alpukat, saya jawab tidak ada, adanya mangga gadung karena sejak tahun 1980-an saya jualan mangga gadung. Dia tunjukkan buahnya, bentuknya seperti ini dibelah tengahnya terus diputar, cuma gitu saja," kata Sulis, Rabu, 27 Desember 2017.

Mangga alpukat sebenarnya adalah mangga gadung jenis klon-21. Perbedaan dengan mangga gadung lainnya terletak pada perawatan. Pohon agar menghasilkan mangga alpukat dirawat khusus dengan diberi pupuk NPK terbaik.

"Tanaman mangga gadung yang sudah ada saya rawat dengan memberi pupuk NPK, karena kalau saya tanam mangga alpukat ya lama. Kalau tanam dari awal itu ya 10 tahun lagi baru berbuah. Pupuk NPK itu paling baik," papar Sulis.

Sama seperti yang diungkapkan Eka, dari segi rasa, Sulis mengatakan jangan khawatir, mangga alpukat rasanya manis sekali. Cocok disantap dalam keadaan dingin dan pada siang hari.

"Tergantung perawatan dan pemberian pupuk. Mangga hasilnya banyak terus dalamnya lembut, pokoknya paling baik yang bisa menghasilkan mangga alpukat," ucap Sulis.

Lebih unik lagi wisata petik mangga yang dikembangkan oleh Sulis tidak dipungut biaya. Wisatawan bisa berkunjung bebas, wisatawan hanya membayar mangga yang dipetik dan akan dibawa pulang sebagai bekal oleh-oleh untuk keluarga di rumah.

"Kalau masuk wisatawan tidak ditarik tarif, pokoknya beli mangga ya bayar. Kalau bulan delapan bayarnya per kilo Rp40 ribu kalau bulan sembilan Rp35 ribu. Karena puncak panen di bulan sembilan jadi harganya berbeda per bulan," ujar Sulis.

Mangga alpukat hanya bisa dipanen selama dua bulan sepanjang tahun. Bulan Agustus dan September menjadi puncak panen mangga alpukat. Jika berkunjung di lain bulan itu, pengunjung tidak akan mendapati buah, namun hanya ribuan pohon mangga alpukat yang sedang dirawat.

"Modal awal itu Rp100 juta, panen itu hanya dua kali bulan 8 dan 9 saja. Pohonnya banyak, sampai seribuan tapi pisah-pisah tidak satu kebun, ada beberapa kebun, satu kebun ada yang 200 pohon. Karena tidak hanya kebun saya saja, saya juga sewa tanah buat kebun. Per tahun sewanya," kata Sulis.

Mangga alpukat asli Pasuruan kini menjadi buruan masyarakat. Wisatawan, menurut Sulis, bisa mencapai puluhan ribu dalam satu bulan jika masa panen tiba. Pengunjung didominasi warga Surabaya, dan Malang. Pengunjung lainnya ada dari berbagai daerah mulai dari Tangerang, Jakarta hingga Bali.

"Panennya dua bulan saja selama setahun, setiap hari 1 ton. Nah, yang luar Jawa itu dikirim oleh distributor, saya kirim ke Malang terus dikirim ke Jepang. Kalau distributor Surabaya kirim ke Singapura, yang di Pasuruan kirim ke Korea, bahkan sampai ke Madinah Arab Saudi," ujar Sulis.

Bersama suaminya Muhamad Widiono, Sulis kini memiliki enam pegawai tetap yang bertugas melakukan perawatan. Jika musim panen tiba ia menambah jumlah pegawai lepas hingga 20 orang.

"Kalau mendekati masa petik mangga bisa sampai 20 pegawai. Tidak ada aturan khusus bagi wisatawan. Pokoknya kalau datang saat di bulan delapan dan sembilan saja, ya itu aturannya. Karena kalau di bulan lain itu ya hanya lihat pohon tidak ada buah," jelas Sulis. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya