Perang Diskon Harbolnas, Jangan Jadi Ajang Tipu Konsumen
- www.harbolnas.com
VIVA – Hari Belanja Online Nasional kembali digelar pada hari ini, Selasa 12 Desember 2017. Tahun ini adalah kali kelima sejak 2012, yang saat itu digelar oleh enam e-commerce, yakni Lazada, Blanja, PinkEmma, Berrybenka dan Bukalapak.
Tujuan diselenggarakannya Harbolnas adalah untuk mengedukasi masyarakat, agar mulai terbiasa berbelanja online, tidak perlu takut lagi akan ditipu, dan dibohongi karena mereka memberi jaminan.
Tahun ini menjadi tahun dengan jumlah partisipasi e-commerce terbanyak dalam lima tahun penyelenggaraan, yaitu sebanyak 254 pelaku industri daring.
Harbolnas kali ini menghadirkan berbagai penawaran dan diskon hingga 95 persen bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya itu, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) digital juga menjadi fokus utama dalam Harbolnas tahun ini.
"Dengan berbagai inisiatif, kami mempersiapkan mereka berpartisipasi dan memanfaatkan momen ini untuk mengembangkan bisnisnya secara online," kata Ketua Panitia Harbolnas 2017, Achmad Alkatiri.
Alkatiri yang juga menjabat sebagai chief marketing officer Lazada ini menargetkan transaksi minimal Rp4 triliun, meningkat dari tahun lalu yang hanya mencapai Rp3,3 triliun.
"Itu berlangsung selama tiga hari tahun lalu. Tahun ini harus meningkat," paparnya. Adapun, jumlah pelaku e-commerce juga terjadi peningkatan pada Harbolnas 2017.
Tahun lalu, jumlahnya hanya mencapai 243 e-commerce, sehingga dilakukan roadshow untuk kelompok UMKM di Makassar-Semarang- Surabaya terhadap 300 UMKM.
Berikutnya, aji mumpung>>>
Aji mumpung
Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, acara yang mengusung tema 'Belanja Bersama' ini harus mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, termasuk di dalamnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dengan dukungan teknologi, diharapkan daya saing UMKM juga ekosistem industri digital Indonesia secara keseluruhan akan meningkat dan memberi kontribusi pada perekonomian daerah dan nasional.
Kendati demikian, Rudiantara mengimbau kepada panitia Harbolnas 2017, agar memilah betul e-commerce-e-commerce yang ikut dalam program tersebut.
Sebab, berkaca dari pengalaman tahun lalu, konsumen menemukan bahwa diskon yang diberikan di salah satu e-commerce, ternyata hanya gimmick belaka.
Harga yang didiskon sengaja dinaikkan terlebih dahulu puluhan kali lipat, sebelum akhirnya diberi label diskon dan diberi potongan harga.
Menurutnya, ada pemain e-commerce yang seperti 'aji mumpung' untuk meraup keuntungan semata, sehingga merugikan konsumen.
"Misalkan ada e-commerce nebeng, masuk menawarkan sesuatu, tapi uangnya masuk dan (barang) tidak pernah di-delivery. Saya minta kepada penyelenggara Harbolnas ini betul-betul ketat," kata dia, Senin 11 Desember 2017.
Rudiantara juga menyebut, dari tahun ke tahun program Harbolnas malah semakin berkurang performanya. Sebab, banyak 'pekerjaan rumah' untuk penyelenggara agar merapikan manajemen Harbolnas.
"Jangan sampai nanti ada e-commerce player yang justru memanfaatkan ini (Harbolnas) untuk hal-hal yang negatif," tuturnya.
Selanjutnya, daftar hitam>>>
Daftar hitam
Ketua Panitia Harbolnas 2017, Achmad Alkatiri pun mengamini apa yang dikatakan Menkominfo Rudiantara. Untuk mencegah diskon-diskon palsu ini terulang kembali, panitia Harbolnas kali ini menyediakan pusat keluhan pelanggan.
Pelanggan bisa mengaksesnya di situs www.harbolnas.com. Komplain akan ditampung pihak Harbolnas dan disampaikan kepada PIC (Person in Charge) pihak e-commerce terkait melalui email untuk ditindaklanjuti dalam waktu 48 jam.
Jika dalam periode yang ditentukan masalah tidak diselesaikan, Harbolnas akan mendepak e-commerce tersebut sebagai partisipan untuk Harbolnas mendatang.
"Kami memiliki perhatian sendiri terhadap sentimen negatif yang Harbolnas terima tiap tahunnya. Tahun ini, kami berkomitmen untuk melawan sentimen tersebut," katanya.
Ia menegaskan, fitur dalam situs Harbolnas ini akan memberikan efek jera bagi pihak e-commerce yang nakal.
"Sentimen negatif seperti barang palsu atau diskon palsu adalah salah satu aspek yang kami perhatikan dalam Harbolnas tahun ini. Bagi e-commerce yang terkena daftar hitam (blacklist), hal ini tentu berpengaruh buruk bagi citra perusahaan," jelas Alkatiri.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia, Aulia E. Marinto, mengimbau, agar nafsu berbelanja harus diimbangi dengan sikap teliti dan saksama.
Gebyar Harbolnas pada tahun ini jangan melupakan hal-hal penting. Platform peserta Harbolnas untuk komitmen membuat momen belanja itu meningkatkan pengalaman konsumen.
"Kami imbau, agar semua anggota (e-commerce) selalu memenuhi hak-hak pembeli," ujar Aulia kepada VIVA.
Pemenuhan hak pembeli, dalam hal ini platform e-commerce, harus menyediakan informasi yang detail dan melayani dengan sepenuh hati.
"Artinya, di situ harus ada ke mana konsumen harus mengetahui informasi, dan harus ke mana menghubungi (e-commerce)," tutur pria yang juga menjabat CEO Blanja.com.
Berikutnya, bisa dipidana>>>
Bisa dipidana
Hal penting lainnya, lanjut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia, Aulia E. Marinto, e-commerce peserta Harbolnas menyediakan promo belanja online yang bertanggung jawab dan mempersiapkan dengan prima layanan purna jual belanja online.
Meski tidak menyebut jelas Harbolnas, namun Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengimbau masyarakat agar mewaspadai produk cuci gudang yang diumbar para peritel pada akhir tahun.
Konsumen diminta bijak dalam membeli produk yang akan digunakan. Ketua YLKI, Tulus Abadi, meminta konsumen untuk mewaspadai produk yang sudah tak layak konsumsi, khususnya produk yang mendekati atau yang sudah kedaluwarsa.
Produk tersebut sengaja dilepas ke pasar untuk menghabiskan stok di gudang para pelaku usaha, distributor, atau bahkan peritel lainnya.
"Guna mempercepat cuci gudang itu, pelaku usaha memberikan iming-iming diskon kepada konsumen," ungkap Tulus.
Terkait diskon pada produk fesyen, kata Tulus, konsumen agar waspada terhadap tawaran tersebut. Karena, rata-rata pemberian diskon itu dengan cara menaikkan harganya terlebih dahulu.
Menurutnya, YLKI sering menemukan harga fesyen yang dinaikkan lebih dahulu, misalnya, dinaikkan harganya 100 persen, dan kemudian diberikan diskon 50 persen.
Padahal, ini tindakan yang melanggar regulasi, bahkan bisa dipidana. "Kami juga meminta Kepolisian RI untuk melakukan penegakan hukum terhadap kedua hal ini," kata dia. (asp)