Waspada Ancaman Badai di Pulau Jawa

Ilustrasi cuaca ekstrem.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA – November tahun ini musim hujan sudah mulai melanda. Tidak heran bila air dari langit itu mengguyur banyak daerah di Indonesia hampir setiap hari.

Saat ini belum lah periode puncak. Awal September lalu, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan puncak musim hujan akan jatuh pada Desember 2017-Februari 2018.

Curah hujan yang tinggi dan kadang disertai banjir memang sudah biasa dihadapi. Namun, yang patut juga diwaspadai pada musim hujan kali ini adalah embusan angin kencang yang berpotensi jadi badai. Ini bisa mendatangkan bencana yang dahsyat dan semua pihak harus pintar-pintar mengantisipasinya. Peringatan akan terjadinya bencana juga penting untuk disampaikan ke masyarakat.

Untuk hal itu, BMKG sudah wanti-wanti. Deputi Bidang Meteorologi BMKG R. Mulyono Rahadi Prabowo menyampaikan saat ini di sekitar wilayah Indonesia telah terpantau dua bibit siklon (putaran angin) yang berada dalam wilayah tanggung jawab Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta.

Pertama, bibit siklon 95 S di selatan Jawa Tengah pada 26 November 2017 dengan pusat sekitar 9,6 LS, 109,4 BT (sekitar 240 km sebelah selatan barat daya Cilacap) bergerak ke arah Utara Barat Laut kemudian akan berbelok ke timur keesokan harinya. Kecepatan angin maksimum sekitar 25 knot (45 km/jam) dengan tekanan terendah 1003 mb.

Kedua, dalam waktu yang bersamaan, terdapat juga bibit siklon tropis (angin puyuh, badai tropis, atau angin ribut) 96 S di Samudera Hindia sebelah Barat Daya Bengkulu di 6,8 LS, 94,2 BT yang bergerak ke arah timur tenggara. Menurut Prabowo, bibit siklon yang berada di selatan Jawa lebih memiliki potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis.

"Bibit ini memberikan pengaruh terhadap cuaca di wilayah Indonesia, khususnya Jawa," kata Prabowo seperti dimuat dalam situs resmi BMKG, bmkg.go.id, Minggu, 26 November 2017.

Lintasan bibit siklon tropis, 26 November 2017.

[Lintasan bibit siklon tropis, 26 November 2017. Foto: BMKG].

Prabowo memperkirakan untuk esok hari, Senin, 27 November 2017, dan lusa, Selasa, 28 November 2017, terdapat peningkatan potensi hujan lebat dan angin kencang lebih dari 20 knots di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah bagian Selatan, dan Jawa Timur bagian Selatan. Dampak lainnya adalah potensi gelombang tinggi 1,25 hingga 2,5 meter diperkirakan terjadi di Perairan Selatan Banten dan Jawa Barat, Perairan Selatan Jawa Timur, Perairan Selatan Bali, Perairan Selatan Lombok, Perairan Selatan Sumbawa.

BNPB Ungkap 51 Bencana Terjadi Selama Sepekan, Banjir di Musim Kemarau

"Gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter Samudera Hindia Selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur," ujar dia.

Prabowo mengimbau masyarakat agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang dan jalan licin. Demi memperkecil dampak buruk dari ancaman bencana tersebut, BMKG juga membuka layanan informasi cuaca 24 jam.

Tinjau Korban Bencana di Sumbar, Fadli Zon: Perbaikan Infrastruktur Berjalan Cepat

Terpisah, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko membenarkan adanya ancaman angin kencang di Pulau Jawa. Dia mengatakan berdasarkan data yang terkini, diindikasikan potensi angin kencang mulai tampak sejak hari ini sampai 3 hari ke depan.

"Kondisi tersebut juga diindikasikan meningkatkan tinggi gelombang laut di sekitar wilayah Jawa. Kita akan selalu mengupdate kondisi tersebut," kata Hary saat dihubungi VIVA, Minggu, 26 November 2017.

Merinding! Jayabaya Ramal Bencana Alam Berupa Banjir dan Gunung Meletus di Mana-mana

Meski demikian, Hary mengatakan bahwa cuaca seperti itu (potensi angin kencang) merupakan siklus yang rutin terjadi setiap tahun. Oleh karena itu, sifatnya masih biasa, alias tidak ada yang luar biasa atau darurat. Tapi, institusinya tetap harus memberi peringatan kepada masyarakat dan semua pihak.

"Hanya peringatan dini. Waspada potensi banjir, longsor, angin kencang dan gelombang tinggi. Kewaspadaan perlu ditingkatkan menjelang puncak musim hujan baik yang di darat dan di laut," ujarnya.

Lebih lanjut, Hary juga mengingatkan potensi bencana akibat musim hujan (banjir, tanah longsor, genangan, angin kencang, pohon tumbang) tidak hanya untuk Pulau Jawa saja melainkan juga daerah-daerah seperti Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Riau, dan lain-lainnya.

Antisipasi Bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana pun mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana. Sebab, curah hujan ekstrem makin meningkat saat ini, hal itu bisa terjadi karena dampak perubahan iklim global.

Selain itu, menurut mereka, bencana alam terus terjadi karena manusia sendiri yang merusak lingkungan. Misalnya terjadinya degradasi lahan, daerah aliran sungai yang kritis dan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana semakin meningkatkan risiko bencana.

"Saat ini sesungguhnya darurat ekologi, luas lahan kritis di Indonesia sekitar 24,3 juta hektar. Laju keruskan hutan rata-rata berkisar 750.000 hektare per tahun," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Senin, 20 November 2017, lalu.

Sementara itu, Sutopo mengungkapkan kemampuan pemerintah dalam melakukan rehabilitasi hutan dan lahan rata-rata berkisar 250.000 hektare per tahun. Maka dari itu, masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir atau bantaran sungai seperti di sepanjang pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, Kalimantan dan lainnya harus waspada terhadap ancaman banjir.

"Begitu pula masyarakat yang bermukim di daerah rawan longsor di perbukitan, pegunungan atau tebing dan lereng hendaknya waspada dari ancaman longsor. Kenali lingkungan sekitarnya, jika di bagian hulu atau di daerahnya hujan deras hendaknya waspada," ujarnya.

Sutopo menuturkan BNPB telah mendata bencana alam yang terjadi di Tanah Air dari awal tahun sampai 20 November 2017. Hasilnya, terdapat 2.057 bencana seperti banjir, puting beliung, tanah longsor, kebakaran hutan dan lain-lain.

Sebanyak 2.057 bencana ini meliputi banjir (689), puting beliung (618), tanah longsor (545), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (63), kekeringan (19), gempa bumi (18), gelombang pasang/abrasi (7), dan letusan gunung api (2).

Dia menambahkan 2.057 kejadian itu telah menyebabkan 282 orang meninggal dunia. Kemudian, 864 orang luka-luka, 3,2 juta jiwa mengungsi dan menderita. Hal ini kerugian secara materil karena kerusakan bangunan.

"Kerusakan bangunan meliputi 24.282 unit rumah rusak (4.594 rusak berat, 4.164 rusak sedang dan 15.524 rusak ringan) dan 313.901 unit rumah terendam. Sebanyak 1.611," kata dia.

Terkait ancaman badai, juga bencana di Pulau Jawa ini, salah satu warga yang beraktivitas di Semarang, Jawa Tengah, Eka Setiawan, mengaku was-was.

"Wah ngeri juga kalau ada badai. Mending kurangin kegiatan di luar aja," kata dia saat dihubungi VIVA, Minggu, 26 November 2017.

Eka mengatakan dari awal bulan November ini, mulai sering hujan di Semarang. Bahkan seminggu terakhir, hampir tiap hari hujan, dari sedang sampai lebat.

"Kadang pagi panas, siang atau sore harinya turun hujan sampai malam," kata dia lagi.

Apabila benar terjadi, dia meminta pemerintah kota/kabupaten setempat terus menyebarkan informasi-informasi mengenai perkembangan badai yang terjadi. Mereka harus ikut memastikan informasi yang tersebar tidak hoax karena seringkali ketika ada bencana, beredar informasi-informasi yang tidak valid.

"Ada juga yang hiperbola, membesar-besarkan kejadian. Padahal, fakta di lapangan kejadian tidak separah dengan yang diberitakan," ujarnya.

Untuk media, dia juga menyarankan agar dapat memastikan informasi itu, melalui chek dan rechek di lapangan sehingga informasi yang tersebar valid. "Ini akan sangat membantu warga, terutama jika badai itu benar-benar menerjang Pulau Jawa," tuturnya.

Deretan Bencana Besar

Sebagai pengingat agar kita tidak lupa dan selalu waspada, berikut beberapa bencana terkait musim hujan yang pernah terjadi di Indonesia, diambil dari berbagai sumber:

1. Tanah Longsor di Banjarnegara

Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Jumat sore, 12 Desember 2014, sekitar pukul 18.00 WIB. Ketika itu, warga dikagetkan dengan munculnya suara gemuruh yang datang dari atas bukit.

Suara tersebut ternyata berasal dari runtuhnya tanah yang ada di bukit akibat tergerus air hujan yang turun. Disebutkan, 100 orang lebih tewas akibat musibah ini.

Tempat Longsor Banjarnegara Mendadak Jadi Objek Wisata

[Warga melihat sebuah rumah yang utuh di lokasi longsor yang menimpa desa Karangkobar, Banjarnegara, Sabtu (17/1/2015). Foto: VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar].

2. Tanah Longsor Situ Gintung, Tangerang

Bencana tanah longsor besar terjadi di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 27 Maret 2009, saat subuh. Tanggul situ gintung tiba-tiba jebol. Tujuh orang tewas akibat musibah ini.

Curah hujan yang tinggi menjadi penyebab jebolnya tanggul penahan situ gintung, kemudian ada retakan pada tanggul serta limpahan air yang melebihi kapasitas, ditambah juga dengan kondisi tanah diwilayah tersebut masih curam.

3. Tanah longsor Bahorok, Sumatera Utara

Bencana tanah longsor juga pernah terjadi di Desa Bukit Selawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada 3 November 2003. Akibat kejadian ini, 90 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya menderita luka ringan/berat. Disebutkan, penyebab tanah longsor ini adalah karena adanya kerusakan hutan yang disebabkan oleh penebangan liar.

4. Banjir Bandang Manado

Banjir bandang dan tanah longsor terjadi di Manado, Sulawesi Utara, pada Rabu, 15 Januari 2014. Kejadian tersebut menyebabkan 19 orang tewas, dan ribuan lainnya mengungsi.

5. Banjir Jakarta

Pada bulan Januari sampai Februari 2013, banjir besar terjadi di Jakarta. Sebanyak 20 orang dinyatakan meninggal dunia dan 33.500 orang mengungsi.

Banjir di Thamrin

[Susana banjir di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (17/1/2013). Foto: VIVAnews/Ikhwan Yanuar].

Bencana tersebut sempat melumpuhkan kota, termasuk di antaranya kawasan Sudirman dan Bundaran Hotel Indonesia. Kerugian disebutkan mencapai Rp20 triliun. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya