Jejak Gelap Alien

Ilustrasi Tata Surya.
Sumber :
  • www.pixabay.com/makeunicorngreatagain

VIVA – Pencarian kehidupan di luar Bumi masih terus dilakukan banyak pihak – mulai dari warga awam, ilmuwan, hingga kaum miliarder . Namun, semuanya masih belum menunjukkan hasil konkret, menemukan kehidupan peradaban di luar Bumi. Upaya menemukan kehidupan di luar Bumi seiring sejalan dengan pencarian atas mahluk asing, yang populer disebut alien.

Percaya atau Tidak, 10 Ras Alien Ini Pernah Berhubungan dengan Bumi 

Sosok ini diyakini sebagai wujud kehidupan canggih di luar Bumi. Namun, jejak alien masih “gelap”.

Penyelidikan ilmiah tentang kehidupan canggih luar Bumi sudah dilakukan sejak awal 1990-an. Kala itu pencarian dilakukan tak lama usai munculnya teknologi radio. 

Kata Jenderal Bintang 2, Alien Tak Pernah Datang ke Bumi

Selama beberapa dekade kemudian pencarian peradaban di lur Bumi terus dilakukan. Ilmuwan makin penasaran, kenapa jagad semesta yang begitu luas, tapi tidak ada peradaban lain selain manusia?

Pada 1980-an, pencarian makin meningkat dengan melibatkan gabungan tim ilmuwan internasional. Salah satu kolaborasi ilmuwan dalam pencarian kehidupan luar Bumi dikenal dengan The Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI). Misi kolaborasi ilmuwan ini berusaha mencari kehidupan asing itu dengan memantau radiasi elektromagnetik. Radiasi itu dianggap sebagai tanda transmisi dari peadaban dari planet lain. 

Berburu Alien ke Jupiter

Yang mutakhir, pada 2015. Fisikawan kondang Stephen Hawking dan miliarder Rusia Yuri Milner turun tangan. Dua figur itu ikut penasaran dengan kehidupan asing luar Bumi. Hawking dan Milner mengumumkan pendanaan misi yang bernama Breakthrough Initiatives. Belakangan inisiatif ini menarik figur top lainnya, yakni pendiri Facebook, Mark Zuckerberg dan badan pengamatan astronomi China, National Astronomical Observatories of China (NAOC) untuk ikut mendukung inisiatif tersebut. 

China siap mengerahkan 'senjatanya', teleskop Five-Hundred-Meter Aperture Spherical Telescope (FAST). FAST berukuran 488 meter, hampir lima kali ukuran lapangan bola. Teleskop FAST sudah beroperasi sejak September 2016.

Inisiatif itu mendesak pengiriman salah satu teleskop paling canggih ke area luar Bumi, yang dinamakan Alpha Centauri. Tujuannya satu, mencari kehidupan yang tersembunyi pada sistem bintang yang dekat dengan Tata Surya kita.

Ketiga tokoh tersebut, sepakat akan memperbarui Very Large Telescope (VLT) untuk mencari 'dunia baru' yang bisa dihuni melalui Breakthrough Initiative (BI).

Sistem Bintang

Dana yang dialokasikan untuk peluncuran VLT ke Alpha Centauri, diharapkan dapat terealisasi pada 2019. Sebagai bagian dari perjanjian terbaru, BI akan mendanai kinerja VLT untuk meningkatkan kemampuannya mendeteksi planet-planet yang ada di Alpha Centauri.

Alpha Centauri dikategorikan sebagai sistem bintang, karena memiliki tiga bintang yang berada di dalamnya, yaitu Proxima Centauri, Alpha Centauri A, dan Alpha Centauri B.

Pada penemuan tahun lalu, Planet Proxima b yang berada di Proxima Centauri diduga menyerupai Bumi, sehingga berpotensi untuk dihuni oleh makhluk hidup. Planet tersebut, berjarak empat tahun cahaya dari Bumi.

"Dengan menatap bintang-bintang, saya membayangkan ada makhluk di luar sana melihat ke belakang. Seperti saya yang bertambah tua yang lebih yakin dari sebelumnya bahwa kita tidak sendirian," ujar Hawking dilansir Daily Mail

Salah satu cara terbaik saat ini untuk membantu pengamatan adalah menggunakan gelombang panjang inframerah. Direncanakan instrumen tersebut disematkan ke VLT, guna mempermudah pencarian planet layak huni.

"Pertanyaan apakah kita sendiri hidup di dunia, adalah yang telah menyatukan kita semua dalam satu planet. Pertanyaan itupun harus dijawab dalam tingkat yang lebih besar lagi, level planet," kata Milner.

Metode pencarian itu merupakan salah satu cara menemukan kehidupan luar Bumi. BI memiliki tiga program dalam mencari alien. Pertama adalah Starshot, yang akan mengirimkan robot luar angkasa berbentuk kecil (nanocraft) ke Alpha Centauri. Kedua adalah Message, yang akan mendesain platform untuk berkomunikasi dengan alien. Terakhir adalah Listen, yang akan menggunakan teleskop radio terbesar di dunia untuk menangkap sinyal peradaban alien.

Sedangkan teleskop FAST akan berbagi data, metode dan rencana observasi dengan teleskop raksasa lainnya yang ada di dunia, termasuk Green Bank Telescope di Amerika dan Parkes Observatory di Australia.

Masifnya pencarian kehidupan alien nyatanya belum memuaskan para pemburu. Sampai kini belum ada pencapaian yang menemukan kehidupan alien, Semua masih meraba-raba dan perkiraan. 

Salah tempat

Kebuntuan pencarian kehidupan alien, menurut mantan ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat, Alan Stern, lantaran selama ini perburuan salah tempat. Alih-alih menguras tenaga dan biaya untuk mencari alien di planet lain, Stern berpandangan alien kemungkinan ada di Bumi, di bawah laut dalam. 

Gagasan Stern ini dibangun pada sumber kehidupan. Stern meminta ilmuwan saatnya fokus mencari alien di dunia air, yakni di lautan Bumi. Stern mengatakan, bisa saja alien bersembunyi di dasar lautan dunia. Lokasi itu dianggap rasional, sebab dasar laut terlindungi dari radiasi dari luar angkasa. 

Dia menjelaskan, dunia laut biasanya sangat dingin dan alien ini bisa hidup di bawah lapisan es tebal. Lingkungan itu lah yang membuat peneliti ini hampir tak mungkin untuk melihat atau mengontak alien. 

"Kami menyarankan pencarian di dunia lain, dunia yang menjadi tempat biologi dan peradaban adalah dunia air laut," ujar Stern yang sekarang bekerja di Southwest Research Institute, Texas, berbicara dalam acara 2017 Division for Planetary Sciences. 

Namun menurutnya, pencarian di dunia air bisa dibilang sama sulitnya dengan pencarian di planet luar Bumi. Stern menjelaskan, dunia air secara alami terputus dari komunikasi dengan sifat interior di bawah atas es tebal atau batu dan es. Kondisi ini membuat tantangan pengungkapan alien di dunia air.

Mirip Manusia

Saat pencarian alien masih belum menemukan titik terang, tim ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris, malah menambah kontroversi soal wujud mahluk asing itu. 

Dalam studi terbaru mereka, tim Universitas Oxford menunjukkan wujud alien yang selama ini digambarkan di film, berkulit hijau, mata hitam besar lonjong adalah salah total. Menurut studi itu, wujud alien justru mirip manusia.

Kesimpulan itu memang bukan berbasis penemuan wujud atau fosil alien. Namun konklusi itu ditemukan tim Oxford setelah melakukan pendekatan alternatif alien dengan teori evolusi dan proses seleksi alam yang terjadi di Bumi. 

Peneliti Departemen Zoologi Universitas Oxford, Sam Levin mengklaim, pendekatan baru itu cukup berguna, sebab prediksi spesies alien mereka berbasis pada silikon bukan DNA. 

Dikutip dari Bgr, dalam paper mereka, ilmuwan Oxford menduga, spesies alien seperti manusia, mengalami evolusi sepanjang waktu. Ilmuwan mengatakan alien tak lepas dari mekanisme seleksi alam seperti yang terjadi pada mahluk di bumi. 

Maka ilmuwan tersebut berkesimpulan, dengan menjalankan proses evolusi yang sama seperti manusia, pada akhirnya spesies alien akan berkembang seperti manusia. 

Levin mengakui, apa yang ditemukan dalam paper mereka belum bisa menguak tuntas alien, justru malah makin menimbulkan misteri, seperti apa alien tersebut. 

Dia mengatakan, kini ada tugas mendasar pada astrobiologi untuk mengungkap kehidupan dan peradaban di luar Bumi. 

"Membuat prediksi alien memang susah," jelasnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya