Meregang Nyawa di Arena Balap Liar

Denis Kancil.
Sumber :
  • Youtube

VIVA.co.id – Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Bethsaida, Jalan Boulevard Raya Gading Serpong, Tangerang, Minggu pagi, 1 Oktober 2017, mendadak ramai dengan kehadiran beberapa remaja berusia belasan. Raut wajah mereka serempak panik, dan diliputi ketakutan.

"Dok, bagaimana kondisi teman saya dok," tanya Ilham kepada salah seorang dokter yang menangani. Sejurus kemudian, dokter itu lalu mengucapkan kata yang sangat tak ingin didengarnya. "Teman kamu sudah tidak ada. Dia sudah meninggal sebelum sampai UGD." Seketika tangis beberapa remaja pecah mendengar kabar buruk itu.

Korban meninggal yang ditangisi adalah Denis Ramadhan. Usianya baru 14 tahun. Bocah dengan nama prokem Denis Kancil itu dibawa rekan-rekan sepermainan ke rumah sakit usai mengalami kecelakaan, di Jalan Manggis, Bojong Nangka, Tangerang.

Denis menghantam motor roda tiga pengangkut galon dan gas. Tubuhnya terpental, sementara motor Mio yang ditungganginya ringsek tak karuan.

Dari bibir Ilham pula diketahui, Denis saat itu tengah mengetes kecepatan skuter matik hasil korekan. Tubuh mungilnya tak kuasa mengendalikan motor bertenaga di atas normal, kala ada sepeda motor tiba-tiba melintas di hadapannya. "Kejadian sudah pagi, 05.30 WIB, jadi hanya nyeting saja jarak 400 meter, ketika top speed motor itu diangkat-angkat dan ngebuang ke kiri. Terus Denis enggak sempat ngerem, ngepot-ngepot, karena di depannya ada motor roda tiga yang biasa buat angkut galon dan gas,” cerita Ilham kepada VIVA.co.id.

Usai kabar kematian tersiar, kisah Denis Kancil mendadak menjadi virus di jagat maya. Bahkan sempat bertengger di lini masa sebagai trending topic Google Indonesia. Kematian bocah yang akrab dengan aktivitas balap liar itu memantik reaksi publik. Kebanyakan geram, bagaimana bocah sekecil itu sudah sedemikian akrab dengan kegiatan balap liar.

Semasa hidup, Denis memang dikenal memiliki bakat berlebih dalam urusan memuntir gas motor dalam-dalam. Bocah warga Rumpin, Bogor sebenarnya pembalap muda di dunia drag race resmi. Sederet prestasi juga sudah digenggamnya dalam balap resmi. Kemampuannya bahkan cukup diperhitungkan para pembalap senior.

Namun jika tak ada kegiatan, dia juga kerap melakoni aksi-aksi balap liar, baik di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, dan Tangerang.

Balap Liar yang Didukung Polisi Meluas Sampai ke Tangerang

Selanjutnya --->>> Daftar panjang kematian joki balap liar

Bertambah Panjang

Polda Metro Akan Kaji Soal Street Race Digelar Sepekan Sekali

Kepergian Denis tentu menambah panjang catatan hitam kematian remaja akibat balap liar. Sebelumnya lini masa Tanah Air juga sempat dihebohkan dengan kematian remaja putri di Trenggalek, Jawa Timur, bernama Riska Alvionita yang tewas saat tengah mengetes motor korekan, Sabtu 29 Oktober 2016 lalu.

Bahkan video detik-detik meninggalnya gadis 19 tahun itu sempat heboh dan beredar di media sosial. Saat itu, sepeda motor drag race yang dikendarai Riska oleng dan menabrak pembatas jalan. Riska yang tak mengenakan helm tewas di lokasi kejadian.

Kapolda Metro Sebut Street Race Akan Digelar Juga di Wilayah Lain

Selain Riska, ada pula remaja kenamaan di dunia drag race yang meninggal dunia saat mengikuti balap malam di kawasan Tangerang, 28 Maret lalu. Ia adalah Irfan Chabix, anak dragster M Chabix. Balap dengan ketentuan tanpa pengaman itu, membawanya menemui ajal. Motor Ninja Irfan menabrak pembatas jalan setelah bersenggolan dengan lawan taruhannya, Dicky Child.

Catatan maut juga menjadi suratan takdir bagi Heru Sawit. Remaja yang dikenal dengan rambut mentereng itu meregang nyawa usai terlibat kecelakaan saat turun di balap liar Mei 2017 lalu, di Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Menurut BM (inisial), pemilik salah satu bengkel balap di Jakarta, menyandang gelar ‘raja jalanan’ memang diimpikan sejumlah remaja yang jadi joki balap liar. Mereka nekat mempertaruhkan nyawa, bukan hanya ingin dikenal dan menjadi nomor satu saja, tetapi demi segepok uang taruhan dengan nominal menggiurkan.

Hal ini yang membuat banyak bengkel kemudian meracik kuda besi sedemikian kencang untuk selanjutnya menggunakan jasa joki dan memenangkan pertaruhan. BM menyebut, dia juga kerap terlibat dalam aktivitas balap liar, bahkan motor ramuan bengkelnya dikenal sebagai salah satu Ninja terkencang di Jakarta.

Dari hobinya, BM selalu menang taruhan. Bahkan sejak 2014 sampai 2017, motornya baru dikalahkan satu kali saat taruhan sebesar Rp20 juta. “Saat itu kesalahannya pakai joki baru, bukan karena motornya. Waktu 2014 motor ini ramai jadi omongan ketika menang Rp100 juta lawan kelas Ninja standaran," tutur BM saat berbincang dengan VIVA.co.id.

Selanjutnya --->>> Momok menakutkan

Momok Menakutkan

Meski memiliki dunianya sendiri, namun balap jalanan tetaplah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Mempertaruhkan nyawa demi hal sepele tentu membuat banyak pihak geleng-geleng kepala. Bukan hanya soal nyawa si joki, namun juga bakal jadi mimpi buruk masyarakat atau pengguna jalan di sekitar. Sebab balap liar biasanya menggunakan jalan yang seharusnya dipakai untuk umum. 

Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) Edo Rusyanto mengatakan, bahaya balap liar juga bukan hanya mengintai para jokinya saja, namun juga penonton yang berada di sekitar arena balap. Antara lintasan dan penonton juga tak ada separator, tidak seperti balap resmi yang biasa sudah dipasangi ban bekas.

“Makanya ini sangat berbahaya. Perlengkapan keselamatan yang digunakan juga sangat minim. Selain itu balapan di jalan umum tanpa izin, tentu saja berpotensi mengganggu kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas," kata Edo kepada VIVA.co.id.

Untuk mengatasi momok soal balap jalanan ini, sebenarnya bukan hanya dibutuhkan peran dari aparat keamanan. Namun juga peran keluarga menjadi vital dalam menanamkan keselamatan berlalu lintas jalan. Keteladanan orangtua, kata dia, menjadi perajut kuat membangun kesadaran bahwa keselamatan sebagai prioritas utama saat berlalu lintas di jalan.

"Bila ini terbentuk, mampu mereduksi potensi tindakan anak-anak yang tidak tertib ketika berkendara di jalan raya, termasuk menggunakan jalan umum sebagai ajang balapan," katanya.

Di lain pihak, aparat kepolisian mengaku terus berupaya memberangus kegiatan balap liar yang terus menjamur di tengah masyarakat. Kegiatan razia dilakukan di berbagai wilayah yang dianggap menjadi titik favorit para pembalap liar beraksi. Polisi memang mengakui menemui sejumlah kesulitan meski patroli terus digalakkan.

"Razia sebenarnya sudah kita sering laksanakan. Namun, kadang hal ini hanya membuat mereka kabur dan berpindah lokasi balap liar," kata Kasie Kemitraan Subdit Diknas Ditkamsel Korlantas Polri AKBP Aldo Siahaan kepada VIVA.co.id.

Dalam melaksanakan razia balap jalanan, kata Aldo, petugas memang tak jarang mengambil tindakan tegas, salah satunya dengan melakukan pengejaran terhadap para pembalap liar. "Yang bahaya adalah, bila kami paksakan kejar, namun namanya pembalap itu kebanyakan masih remaja, jiwa labil, takut polisi, yang ada malah mereka semakin memacu kendaraannya, semakin nekat hingga tidak menutup kemungkinan malah akhirnya bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas," katanya. "Jika sudah begitu maka polisi lah yang dianggap bersalah," kata Aldo lagi.

Solusi yang sebenarnya ampuh untuk menekan tindakan balap jalanan adalah dengan melibatkan peran aktif orangtua dan sekolah. Sebab saat ini, para peserta balap liar diindentifikasi polisi sebagai kalangan usia anak-anak maupun remaja. Sebagian besar dari mereka, cenderung memiliki emosi yang belum stabil atau bisa disebut masih labil.

Mereka belum berpikir risiko yang dihadapi, sehingga masih memerlukan bimbingan, perhatian, dan juga sebenarnya adalah kasih sayang orangtua.

"Orangtua sibuk dengan pekerjaannya, dan terkadang karena merasa bersalah dalam hal kurang memberi perhatian ke anak. Untuk menebus rasa salahnya, orangtua malah memenuhi apa yang anaknya minta, misalnya membelikan motor, padahal si anak belum cukup usia mengendarai motor. Ini contoh yang tidak bijak," kata Aldo.

Masalah ini, kata Aldo, dapat ditindaklanjuti hanya dengan kerja sama Polantas bersama pihak sekolah, dan tentunya peran serta orangtua dalam mengawasi anak-anaknya. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya