Tur Musik, Neraka Penyanyi Top Dunia
- REUTERS/Mario Anzuoni
VIVA.co.id – Justin Bieber menjadi sorotan. Semua media hiburan dunia membahas soal keputusan mendadak Bieber yang membatalkan konser musiknya bertajuk Purpose Tour di sejumlah negara. Keputusan Bieber yang tak terduga dan sepihak tersebut, membuat Beliebers, atau penggemar penyanyi asal Kanada ini kecewa dan patah hati.
Tur musik dunia Bieber ini digelar cukup besar, di mana tak hanya Amerika, Justin juga menyambangi beberapa negara Asia, seperti Jepang, Singapura dan Filipina. Seperti diketahui, Bieber rencananya akan menggelar sembilan rangkaian konser di Amerika Utara dan enam pertunjukan di Asia.
Seperti dilansir laman TMZ, pihak Justin menyampaikan pembatalan tersebut pada Senin, 24 Juli 2017 siang. Mereka juga mengatakan akan mengembalikan tiket yang sudah terlanjur dibeli penggemar. Kepada situs hiburan tersebut, pelantun Sorry ini mengaku ingin beristirahat sejenak dari tur yang sudah dijalaninya hampir dua tahun tersebut.
"Aku menjalani tur selama dua tahun. Aku ingin beristirahat... Aku minta maaf kepada siapa pun yang merasa dikecewakan," kata dia.
Tak hanya Bieber yang meminta maaf. Sang manajer, Scooter Braun, juga melakukan hal yang sama. Permintaan maaf ini ia unggah melalui akun Instagram pribadinya.
"Selamat atas turnya yang luar biasa @justinbieber dan terima kasih kepada seluruh kru atas dukungannya," tulis Braun, setelah menyebutkan satu persatu pihak yang terlibat dalam rangkaian konser yang dihelat sejak tahun 2016 silam itu.
"Terima kasih kepada promotor di seluruh dunia. Terima kasih kepada penggemar dari seluruh dunia yang menjadi bagian dari konser 16 bulan dan enam benua ini. Terima kasih kepada Justin yang sudah memberikan seluruh tenaganya."
Dikutip dari laman E!News, Selasa 25 Juli 2017, atas nama Bieber dan dirinya pribadi, Braun sangat minta maaf kepada para Beliebers yang belum berkesempatan menyaksikan pertunjukan tersebut. Saat ini, Braun dan kru mementingkan kondisi Bieber. Ia berjanji bahwa suatu saat pria 23 tahun tersebut kembali menyapa penggemarnya di seluruh dunia. "Justin akan kembali dan aku tahu ia sangat menantikan itu," tulisnya.
Selanjutnya... Ramai-ramai Batalkan Tur
Ramai-ramai Batalkan Tur
Tak hanya Bieber yang membatalkan tur musik dunia yang sedang berjalan. Beberapa penyanyi dunia juga melakukan hal yang sama. Yang terbaru adalah Linkin Park.
Band asal Amerika Serikat ini memutuskan untuk membatalkan tur musik mereka bertajuk, One More Light di Amerika Utara setelah sang vokalis, Chester Bennington, tewas bunuh diri. Hal itu diumumkan pihak promotor Live Nation.
"Kami sangat bersedih dengan meninggalnya Chester Bennington. The Linkin Park One More Light North Amerikan Tour dibatakan," tulis pengumuman seperti dikutip dari laman Aceshowbiz.
Tur musik ini adalah untuk mendukung album terbaru mereka, One More Light, yang rilis pada Mei lalu. Kelompok ini, telah menjalani perjalanan ke Amerika Selatan dan Eropa. Seharusnya, tur musik di Amerika Utara dimulai 27 Juli mendatang di Mansfield, Massachusetts.
Sebelumnya, penyanyi Inggris, Adele, secara mendadak membatalkan dua tur musiknya, yang rencananya akan digelar di Stadion Wembley, London. Penyanyi bersuara merdu ini mengumumkan hal tersebut secara emosional dalam Instagram miliknya.
Ia mengaku sangat berat untuk membatalkan konser ini karena menganggapnya sebagai tonggak sejarah karier musiknya. Ia berharap penggemar memaafkan dirinya.
"Saya telah berjuang keras sepanjang malam. Saya harus mendorong jauh lebih sulit dari biasanya. Aku harus selalu membersihkan tenggorokanku," ujarnya.
Alasan Adele membatalkan konsernya karena pita suaranya rusak. Namun, ia mengaku bukan masalah mudah untuk mengambil keputusan tersebut. "Saya pergi menemui dokter karena suara saya tak terdengar sama sekali, dan ternyata saya telah merusak pita suara saya. Maafkan aku. Maafkan atas kekecewaan kalian," ujar pelantun Heartbroken ini.
Pada Agustus 2016 lalu, Selena Gomez juga membuat heboh dan khawatir penggemarnya. Selena membatalkan sisa konser dunianya. Alasannya cukup dramatis. Ia mengaku ingin fokus dengan masalah fisik dan kesehatannya, yang menderita penyakit lupus.
Ia juga berpamitan untuk istirahat sementara dari dunia artis karena ingin mengobati penyakit yang dideritanya tersebut. Ia mengungkapkan membutuhkan istirahat agar bisa merawat dirinya sendiri.
"Setahun lalu saya mengungkapkan bahwa saya menderita lupus, penyakit yang dapat memengaruhi orang dengan cara yang berbeda," ujarnya seperti dilansir dari People.
Ia menambahkan bahwa efek samping dari lupus itu sangat banyak. "Saya telah menemukan bahwa kegelisahan, serangan panik dan depresi dapat menjadi efek samping dari lupus, yang dapat menjadi tantangan tersendiri," ungkapnya.
Mantan personel One Direction, Zayn Malik, dianggap paling sering membatalkan penampilannya di depan publik. Pada tahun 2016 lalu, Zayn membatalkan konsernya di Dubai. Ia meminta maaf kepada penggemar, da menyalahkan kecemasan ekstrem yang dialaminya sebagai penyebab dirinya membatalkan tur musik dunianya di sejumlah negara. Ia merasa tidak percaya diri tampil di atas panggung.
"Saya telah bekerja selama tiga bulan terakhir untuk mengatasi kecemasan ekstrem saya di seputar pertunjukan solo. Saya merasa sudah memiliki kemajuan, tapi saya mengakui bahwa dirinya belum cukup percaya diri untuk tampil di Dubai," katanya seperti dilansir dari The Independent.
Ia juga sempat membatalkan penampilannya di Capital Summertime Ball di Juni 2016, dengan alasan yang sama.
Dan pembatalan terus berlanjut. Kekasih Gigi Hadid ini pada Juni 2017 lalu, juga gagal tampil di Jepang. Banyak yang menduga bahwa alasan pembatalan Zayn tetap sama, yakni kecemasan berlebihan yang dideritanya selama bertahun-tahun.
Selanjutnya... Sisi Gelap Tur Musik Berkepanjangan
Sisi Gelap Tur Musik Berkepanjangan
Banyak orang membayangkan kehidupan para superstar yang sukses dan bergelimang harta, serta hebat dan menuai pujian saat di atas panggung. Namun, faktanya tak seindah yang dibayangkan penggemar.
Justru sebaliknya, kehidupan para artis dunia itu jauh dari ideal. Sebuah studi yang dilakukan Help Musicians menemukan bahwa 60 persen musisi berjuang menghadapi depresi atau menghadapi masalah psikologis lainnya. Dan 71 persen responden menjawab karena tur musik dunia yang dilakukannya.
Penyanyi Alanna McArdle mengumumkan kepergiannya dari band punk Cardiff karena alasan mental. Pernyataannya itu menyiratkan bahwa ketegangan yang disebabkan karena tur yang padat dan melelahkan, membuatnya memilih hengkang dari band tersebut.
Zayn Malik juga membuat penggemarnya menangis dan patah hati, saat pria berdarah Inggris-Pakistan ini menarik diri dari tur musik One Direction bertajuk, One Direction Tour of Asia. Ia pergi dan mengundurkan diri di tengah-tengah jadwal konser yang diadakan boyband asal Inggris tersebut di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
"Citra klasik seorang musisi di saat tur akan terasa berlawanan dengan yang kita ketahui,” kata Isabella Goldie dari Mental Health Foundation seperti dilansir dari The Guardian.
Hasilnya, banyak dari musisi yang melarikan diri dengan alkohol dan obat-obatan. Mereka lelah, bosan dengan jadwal yang padat dan pindah dari negara satu ke negara lain. Sementara mereka letih dan stres, para musisi ini harus tetap tampil dengan penuh semangat dan memasang wajah senyum di depan para penggemarnya.
"Mudah membiarkan pikiran dan tubuh Anda terbelenggu. Bagi mereka yang gelisah, kamar hotel bagaikan sel penjara," ujar Mat Zo.
Banyak dari musisi itu merasa beruntung karena dapat tampil di depan penggemarnya yang berjumlah hingga ratusan ribu. Namun, secara psikologis hal itu juga sangat mengganggu dan membebani mereka.
"Kami adalah orang-orang yang beruntung di dunia, yang bisa melakukan ini. Tapi bukan berarti itu mudah. Secara psikologi, sangat membebani. Terkurung di van selama 10 jam perjalanan..Anda tidak bisa tidur, Anda tidak bisa bergerak, tidak dapat melakukan apapun," ujar Meredith Graves dari band punk Perfect Pussy.
Menurut mantan artis Willis Earl Beal, tur musik dapat merusak musisi, dan juga kehidupan mereka secara pribadi. "Ada banyak ketegangan, karena saya berpikir sendiri, 'saya tak berhak menerima ini, saya bintang besar dan salah satu yang memberikan kontribusi dalam perceraian. Ini karier yang sial, berjuang menuju sesuatu yang tidak pernah ada," katanya putus asa.
Tak hanya soal pernikahan, hal ini juga membuat mereka menjauh dari teman-teman. Sehingga mereka tak memiliki orang-orang terdekat. "Teman-teman Anda belajar, dan kita melakukan sesuatu yang berbeda. Seru tapi kita seperti tersesat. Anda masih muda, dan Anda tidak menempuh jalan yang normal," kata Kate Nash yang berkarier dari muda.
Bahkan, tur musik berkepanjangan juga meningkatkan stres, kecemasan, kelelahan dan penyakit bagi musisi. Di samping itu, mereka juga sulit berkretivitas karena kesibukan tur. Meski dielu-elukan banyak orang, tetap saja para musisi ini merindukan kehidupan normal.
"Tur melembagakan Anda, dan itu bisa membuat kehidupan normal terasa biasa," ujar Justin Young.
Bahkan, penyanyi sekelas Madonna pun merasa tersiksa menjalani tur yang superpadat dan melelahkan. "Tidak ada yang namanya tidak mood, karena pertunjukan harus tetap berjalan," katanya seperti dilansir dari Billboard. "Saya manusia biasa, sama seperti yang lainnya, jadi saya memiliki malam, malam yang buruk, dan saya menangis dan saya mengatakan, 'saya tak ingin melakukan semua ini'," ujarnya.
Meski demikian, penyanyi gaek ini tetap profesional. Ia memutuskan untuk melanjutkan tur musik bertajuk, The MDNA Tour. Banyak orang yang terlibat dalam tur musiknya tersebut.
"Saya menjual tiket dan saya tak bisa mengecewakan penonton saya," ujarnya.
Hal ini juga sempat dirasakan Adele. Penyanyi ini sempat mengejutkan penggemarnya menjelang akhir tur konser dunianya. Adele mengaku sudah jenuh dan tidak ingin melakukan konser lagi. Surat yang ditulis oleh Adele itu beredar di Instagram. Surat itu diposting pada 28 Juni 2017 lalu.
"Jadi, ini setelah 15 bulan dalam perjalanan dan 18 bulan dari (album) 25 yang akan kita akhiri sekarang. Kami telah menelusuri perjalanan tur dari Inggris+Irlandia, sepanjang Eropa, dan seluruh Amerika dan akhirnya ke Australia dan Selandia Baru juga," tulisnya dalam surat tersebut seperti dilansir dari Aceshowbiz.
Dilanjutkannya, Adele merasa sudah tidak lagi betah dengan keadaan tur konser yang selama ini ia jalani. Ia merasa sudah tidak lagi cocok untuk melakukan tur konser musiknya yang mengharuskannya keliling dunia.
"Tur adalah sebuah hal yang aneh, itu tidak lagi cocok dengan kondisi saya. Saya adalah orang rumahan dan saya menyukai banyak hal-hal kecil. Ditambah, saya sangat dramatis dan memiliki pengalaman buruk mengenai tur," tulisnya lagi.
Bahkan, Adele memberikan kode, bahwa tur kali ini, kemungkinan tur ini akan menjadi konsernya yang terakhir. Di London, lanjut Adele, menjadi keinginannya untuk menyelesaikan konsernya yang terakhir kali.
"Saya ingin konser terakhirku ada di London, karena saya tidak tahu apakah saya akan melakukan tur lagi, dan saya ingin konser terakhir saya berada di rumah. Terima kasih kepada semua yang datang, untuk semua cinta dan kebaikan. Saya akan mengingat hal ini di sepanjang hidup saya. Saya sayang kalian. Selamat malam," ujarnya.
Tak hanya itu, kasus bunuh diri Chester Bennington juga dihubung-hubungkan dengan padatnya jadwal tur yang sedang dijalaninya bersama Linkin Park. Depresi yang diderita Chester membuat penggemarnya khawatir.
Diketahui, Psychology Today menyebut, depresi kerap menjadi motif utama dari orang-orang yang memilih untuk mengakhiri hidup. Bahkan, Jepang sebagai sebuah negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Dengan banyaknya kejadian di hutan bunuh diri Aokigahara, telah membuat sebuah badan khusus untuk menangani warganya yang menderita depresi.
Dalam banyak kasus, orang yang akan bunuh diri biasanya memang tidak menampakkan ciri-ciri perbuatan yang akan dilakukannya itu, karena mereka terbiasa memendam masalahnya sendiri tanpa seorang pun yang mendampinginya.
Selanjutnya... Penghasilan Besar dari Tur
Penghasilan Besar dari Tur
Para musisi dan penyanyi memang tak nyaman dengan tur musik berkepanjangan yang dijalani mereka. Namun, para musisi dan penyanyi dunia ini tak dapat menolaknya begitu saja. Selain membantu mempromosikan album baru dan juga nama mereka d ijagat hiburan dunia, tur ini juga merupakan pemasukan terbesar bagi mereka.
Mike Errico, penulis dan juga artis rekaman serta profesor di NYU Clive Davis Institue of Recorder Music mengungkapkan, tur adalah model bisnis paling kuno bagi para seniman dan dalam banyak hal, itu adalah bagian penting dari penghidupan mereka. Terlebih lagi di tengah perubahan besar industri musik yang mengalami pergolakan besar karena paradigma baru berkat kecanggihan teknologi. Orang tak lagi membeli album atau CD. Mereka tinggal mencarinya di internet.
Seperti dilansir dari nytimes, hal ini sangat berpengaruh dengan penghasilan musisi. Terjadi pergeseran pendapatan, kontrak rekaman juga terganggu dengan kemajuan teknologi. Dan satu-satunya cara untuk menghasilkan uang hingga jutaan dolar dalam industri musik saat ini, adalah melakukan tur musik keliling dunia.
Penghasilan para musisi dan penyanyi ini sangat fantastis dari tur musik. Sebut saja Taylor Swift. Dilansir dari Billboard, Swift menghasilkan uang US$30 juta atau setara dengan Rp394 miliar. Ia memang memiliki pendapatan lain dari lagu-lagu dan juga suvenirnya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa penghasilan dari konser adalah yang terbesar, dan membuat Swift sebagai penyanyi terkaya di dunia.
Artis menjalani tur tak semata-mata karena uang, tetapi juga mereka dipaksa oleh label karena hal itu menguntungkan. Label dapat menjual penampilan live mereka saat di atas panggung.
Namun, terlalu mahal harga fisik yang harus dibayar para artis karena padatnya jadwal konser yang harus mereka jalani. Dave Grohl terpaksa membatalkan konsernya saat ia jatuh di panggung pada konser di Swedia.
Insiden itu membuat kakinya patah. Artis lainnya yang juga sempat membatalkan tur karena terluka dan juga masalah kesehatan adalah Sam Smith, Miranda Lambert, Steven Aoki, Little Big Town, Meghan Trainor, Nickelback, dan juga Kelly Clarkson.
Karena luka dan gangguan kesehatan itu, justru membuat uang yang mereka hasilkan juga hilang begitu saja.
Pertanyaannya, mengapa artis rekaman tidak dapat mengatur atau menawar secara kolektif seperti aktor atau penulis naskah? Para musisi ini memang memiliki persatuan, yang disebut American Federation of Musician, tetapi tidak kuat. Karena organisasi ini hanya mewakili musisi simfoni, artis rekaman tidak benar-benar dianggap sebagai anggota inti, karena masa jabatan mereka lebih pendek dibanding musisi simfoni atau orkestra.
Yang bisa menyelamatkan generasi musik berikutnya mungkin dengan melakukan transaksi dan melakukan rekaman sendiri. Sebagai independen sejati, mereka mampu bekerja antara teknologi yang membuat rekaman lebih murah, dan tanpa label rekaman yang menggigit.
Lainnya berkumpul dan berkelompok yang berpusat pada advokasi, dan mendesak perubahan undang-undang yang mendikte pembayaran royalti dalam ekonomi arus baru, sesuatu yang berarti semua perbedaan saat cedera, kecelakaan atau usia membawa karier musisi tur terhenti. (one)