Kenali Rubella Si Penyakit Menular Intai Janin

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Pixabay/Ann_San

VIVA.co.id – Rubella akhir-akhir ini menjadi sorotan. Namanya disebut-sebut di media massa, forum-forum media sosial, dan menjadi momok menakutkan bagi ibu-ibu rumah tangga.

Bolehkah Anak Lakukan Vaksin Tanpa Izin Orangtua?

Rubella, atau campak Jerman adalah salah satu penyakit menular akibat infeksi yang disebabkan oleh virus rubella yang sering menyerang anak-anak, remaja, terutama membahayakan bagi ibu hamil, karena berdampak cacat hingga kematian pada bayi yang dilahirkan.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 400 kasus rubella yang tercatat pada 2011.

8 Mitos Soal Vaksin Ini Picu Kembali Munculnya Penyakit

Selain itu, dikatakan juga beban endemi ini cukup tinggi, seperti misalnya di Bandung diketahui ada 63 suspect, 20 di antaranya sudah dipastikan rubella. Di Surabaya, pada 1993-2013, terdapat 93 suspect. Sementara itu, di Yogyakarta, diketahui terdapat 1.419 suspect.

Virus rubella ini dapat menyebar dengan sangat mudah. Penularan utamanya dapat melalui partikel air liur di udara yang dikeluarkan penderita melalui batuk, atau bersin.

Imunisasi Belum Maksimal, Indonesia Risiko Tinggi Campak Rubella

Berbagi makanan dan minuman dalam piring, atau gelas yang sama dengan penderita juga dapat menularkan rubella. Sama halnya jika seseorang menyentuh mata, hidung, atau mulut, setelah memegang benda yang terkontaminasi.

Gejala yang ditimbulkan pun terlihat sangat sederhana. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Dr. H. M. Subuh, MPPM mengatakan, meski demikian, virus ini bisa menyebabkan kematian.

"Gejala rubella, memang kelihatan sepele seperti demam, bercak merah, batuk, pilek, konjungtivitis, atau mata merah. Tetapi, komplikasi campak ini yang memberatkan. Dia bisa radang paru, otak, diare berat, radang telinga, dehidrasi hingga menyebabkan kematian," ujar Subuh kepada VIVA.co.id di Gedung Kemenkes beberapa waktu lalu.

Berikutnya, campak Jerman berbeda dengan campak biasa>>>

***

Campak Jerman berbeda dengan campak biasa

Campak jerman (rubella) dan Campak adalah dua jenis yang berbeda. Yang membuat kedua penyakit ini terlihat sama adalah gejalanya yang sama-sama menimbulkan ruam di kulit. Bagaimana membedakannya?

Dilansir dari laman healthline, kedua penyakit ini memiliki penyebab yang berbeda. Campak disebabkan paramyxovirus, sementara campak jerman disebabkan virus Rubella RNA.

Dari ruam yang muncul pun bisa dilihat perbedaannya. Ruam pada campak akan muncul saat panas sedang tinggi -tingginya, sedangkan rubella tidak.

Perbedaan lainnya, panas pada campak biasanya panas tinggi, yakni dengan temperatur lebih dari 38,5 derajat Celcius. Sedangkan pada campak jerman demamnya lebih ringan, di mana kurang dari 38,5 derajat Celcius. Selain itu, ruam pada campak akan menghitam lalu mengelupas sendiri setalah 1-2 minggu.

Untuk mencegahnya pun berbeda. Untuk mencegah campak, maka anak bisa mendapatkan vaksin campak. Sementara untuk mencegah campak jerman atu rubella adalah dengan imunisasi Measles, Mumps and Rubella (MMR).

Meskipun terkesan sederhana, karena hanya muncul ruam dan demam. Namun, rubella sangat berbahaya jika menyerang wanita hamil, terutama sebelum usia kehamilan lima bulan, atau pada trimester pertama, rubella berpotensi tinggi untuk menyebabkan sindrom rubella kongenital atau bahkan kematian bayi dalam kandungan.

Menurut data WHO diperkirakan tiap tahun terdapat sekitar 100 ribu bayi di dunia yang terlahir dengan sindrom ini.

Sindrom rubella kongenital dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, katarak, penyakit jantung kongenital, kerusakan otak, organ hati, serta paru-paru.

Diabetes tipe 1, hipertiroidisme, hipotiroidisme, pembengkakan otak hingga aborsi spontan, atau keguguran mendadak.

"Sindroma rubella kongenital ini, juga bisa menimbulkan kelainan bawaan seperti gangguan mental atau retardasi mental, kelainan jantung dan otak, tuli, hingga kebutaan. Jadi, sangat membahayakan bagi ibu hamil," ujar Subuh.

Gejala rubella sederhana, hanya ruam dan demam

Penderita rubella pada anak-anak cenderung mengalami gejala-gejala yang lebih ringan daripada penderita dewasa.

Tetapi, ada juga penderita rubella yang tidak mengalami gejala apa pun dan tetap dapat menularkan rubella.

Dilansir WebMd, penyakit ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak terjadi pajanan sampai menimbulkan gejala. Gejala-gejala umum rubella meliputi, demam, sakit kepala, hidung tersumbat, tidak nafsu makan, iritasi ringan pada mata, pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher. Nyeri pada sendi, terutama pada penderita remaja wanita.

Sedangkan pada bagian permukaan kulit dapat diindikasikan dengan Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan, yang awalnya muncul di wajah lalu menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung selama 1-3 hari.

Begitu terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5 hari hingga 1 minggu. Masa penularan tertinggi penderita rubella biasanya pada 1-5 hari setelah ruam muncul.

Selanjutnya, langkah pemerintah, vaksin gratis mencegah rubella>>>

***

Langkah pemerintah, vaksin gratis mencegah rubella

Pencegahan rubella yang paling efektif adalah dengan vaksinasi, terutama bagi wanita yang berencana untuk hamil. Sekitar 90 persen orang yang menerima vaksin ini akan terhindar dari rubella.

Sejak adanya program vaksinasi, jumlah kasus rubella yang tercatat secara global berkurang secara signifikan. Vaksin rubella pertama kali tergabung dalam vaksin kombinasi MMR (Mumps, Measles, dan Rubella) yang juga mencegah campak dan gondong yang diberikan sebanyak 2 kali.

MMR hadir tidak termasuk dalam sembilan vaksin yang diwajibkan pemerintah, namun hanya sebagai vaksin anjuran (tambahan). Selain itu, MMR merupakan vaksin impor yang harganya bisa mencapai di atas Rp600 ribu.

Beberapa tahun belakangan, MMR mengalami kelangkaan berbarengan dengan beberapa vaksin impor lain. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) lewat situs resminya idai.or.id mengakui, terjadinya kekosongan vaksin impor sejak 2015 hingga saat ini terjadi secara global di seluruh Indonesia.    

Setelah hampir dua tahun, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan endemi rubella.

Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyiapkan imunisasi Measles Rubella (MR) untuk anak-anak di bawah usia 15 tahun dan masuk dalam program pemerintah.

Imunisasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk membasmi virus yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Dr. H. M. Subuh, MPPM mengatakan, bahwa imunisasi ini sudah disiapkan selama 10 tahun. Imunisasi yang masuk dalam program pemerintah ini kini siap diluncurkan dan dimulai dari Pulau Jawa.

Subuh menambahkan vaksin MR ini tak jauh berbeda dengan vaksin MMR. Dari sisi beratnya penyakit, measles dan rubella dianggap lebih berat sehingga vaksinnya menjadi MR.

Hingga saat ini, imunisasi yang menjadi program wajib di Indonesia ada 9. Pemberian imunisasi MR tidak menambah atau mengubah imunisasi wajib yang ada saat ini.

"Imunisasi MR akan ditambahkan ke campak, tidak menambah suntikan baru. Sasarannya adalah anak dari usia sembilan bulan hingga 15 tahun," ujar Subuh.

Imunisasi MR bersifat wajib, artinya setiap anak di bawah usia 15 tahun akan mendapatkan vaksin. Pemberian imunisasi pun tidak melihat status imunisasi sebelumnya, jadi meski sudah mendapatkan imunisasi campak, imunisasi MR tetap bisa diberikan.

"Tujuan imunisasi MR adalah untuk meningkatkan kekebalan terhadap campak rubella, cepat memutuskan transmisi campak rubella, menurunkan angka kesakitan, dan angka kejadian," ujarnya menjelaskan.

Kemenkes menargetkan, lebih dari 95 persen dari 34 juta sasaran imunisasi di tahun 2017,  yang dilakukan di enam provinsi, 119 kabupaten/kota di Pulau Jawa.

Imunisasi MR akan dilaksanakan dalam dua fase. Fase pertama dilaksanakan Agustus dan September 2017 di Pulau Jawa, di mana Agustus akan dilaksanakan di fasilitas pendidikan mulai dari PAUD, TK, hingga SMP.

Kemudian di bulan September akan dilaksanakan di luar sekolah seperti Posyandu, Puskesmas, dan layanan-layanan kesehatan. Sementara itu, fase kedua akan dilaksanakan pada tahun 2018 di seluruh Indonesia.

Selain itu, Subuh mengungkapkan bahwa pemberian vaksin MR ini tidak menambah atau mengubah vaksin yang ada sekarang.

Jadi, meski sebelumnya anak sudah mendapatkan imunisasi atau vaksin campak dan rubella, imunisasi MR tetap harus diikuti. Mengingat, mungkin saja pada saat imunisasi pertama kondisi anak sedang tidak kondisi yang baik, atau cara penyuntikan yang tidak tepat, sehingga efektivitas vaksin tidak optimal.

"Pemberian imunisasi ini wajib dan diatur dalam undang-undang. Juga tanpa melihat status imunisasi sebelumnya," ujar Subuh saat ditemui VIVA.co.id baru-baru ini.

Subuh menjelaskan, imunisasi MR merupakan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan sudah menjadi komitmen global untuk membasmi virus campak rubella yang bisa memicu kecacatan dan kematian pada anak.

Sementara itu, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc, mengatakan imunisasi MR bisa menjadi jawaban bagi para ibu yang menunggu adanya vaksin MMR, atau Mumps Measles Rubella.

"MMR itu ada tiga vaksin dalam satu vaksin, tapi Mumps atau gondongan tidak membahayakan. WHO menganjurkan MR. Vaksin MR masih mahal karena masih diimpor. Jadi imunisasi MR ini adalah berita baik bagi para ibu," kata Jane.

Jadi, adanya imunisasi MR gratis yang diberikan pemerintah bisa menjadi jawaban bagi para ibu. Saat ini, kata Jane, harga 10 dosis vaksin MR berharga Rp160 ribu, dibandingkan dengan campak yang harganya hanya Rp31 ribu untuk 10 dosis. (asp)

Ilustrasi anak campak

WHO Sebut Campak Akan Jadi Ancaman Berbahaya Secara Global

Di Indonesia sendiri, polio kembali muncul di Aceh. Sementara itu, dunia pun sedang dalam ancaman penyakit campak akhir-akhir ini.

img_title
VIVA.co.id
8 Desember 2022