Menghukum Pelaku Bullying

Suasana di kampus Gunadarma, Depok, Senin, 17 Juli 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan

VIVA.co.id – Menjadi mahasiswa seharusnya sudah masuk tahap menjadi lebih dewasa, lebih matang dalam berpikir dan bertindak. Bukannya justru berbuat onar dan merugikan orang lain.

Demo UU Ciptaker, Ribuan Mahasiswa UI dan Gunadarma Geruduk Istana

Namun, aksi perundungan alias bullying yang diperlihatkan mahasiswa di suatu perguruan tinggi di Kota Depok beberapa waktu lalu merupakan perbuatan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai mahasiswa. Apalagi korbannya pun sesama mahasiswa, yang dianggap lemah karena berkebutuhan khusus atau mengidap autisme. 

Bullying di Indonesia memang bukan masalah baru. Tapi, sangat disayangkan bila perundungan ini terjadi di lingkungan orang-orang berpendidikan tinggi. Pihak-pihak yang berkepentingan – termasuk penyelenggara perguruan tinggi – jangan lagi menganggap bullying sebagai suatu kenakalan biasa, namun harus menjadikannya sebagai kejahatan.

Protes Uang Kuliah, Mahasiswa Gunadarma Bawa 'Pocong' ke Kampus

Apalagi aksi itu tidak sekadar menindas, namun juga sengaja mempermalukan korban dengan menyiarkan perundungan itu ke media sosial. Penderitaan yang dialami FH, demikian inisial mahasiswa semester satu di Universitas Gunadarma Depok, mencuat lewat rekaman video atas perundungan yang dialaminya beredar di media sosial. Pelakunya pun disinyalir sesama mahasiswa di Gunadarma dan identitasnya sudah diketahui.

Memang, dari rekaman itu, tidak terlihat adanya pemukulan atau kekerasan fisik lainnya yang menyebabkan FH terluka. Hanya saja, dalam tindakan ini, pelaku seolah sengaja mempermalukan FH di hadapan banyak orang, agar keterbatasan yang ada pada diri FH diketahui semua orang.

Terbebani Uang Semester, Mahasiswa Gunadarma Demo di Kampus

Tampak pelaku sengaja memegangi badan FH agar tak bisa bergerak. Dan, yang lebih menyakitkan, pelaku dan orang-orang yang ada di lokasi, tanpa rasa belas kasihan, ikut menikmati aksi bully dengan ikut menertawai apa yang terjadi pada FH.

Dari rekaman itu pula, terlihat FH sangat tersakiti dan dia berusaha meluapkan kekesalannya atas perundungan itu dengan melemparkan tong sampah ke arah pelaku

Hanya beberapa saat saja video beredar, kecaman demi kecaman bermunculan dari berbagai pihak, terutama dari organisasi peduli penyandang disabilitas. Apalagi ternyata video itu diunggah langsung oleh salah satu pelaku bully.

"Saya merasa ini tidak manusiawi, pelaku merasa bangga dan lingkungan tidak ada yang mencegah dan itu diunggah langsung oleh pelaku," Farida dari Yayasan Cinta Sahabat Sosial saat ditemui di kampus Gunadarma, Margonda Depok, Senin, 17 Juli 2017.

Berdasarkan informasi yang dihimpun VIVA.co.id, ternyata FH bukan kali ini saja menjadi korban bully di kampusnya. Cukup banyak mahasiswa setempat yang sering melihat FH diganggu.

Namun sangat disayangkan, tak ada tindakan pencegahan apapun yang dilakukan pihak kampus untuk mencegah terjadinya bullying terhadap FH. Terbukti, penindasan terhadap FH terus berlangsung.

Bahkan, meski kasus ini sudah mendapatkan sorotan dari banyak pihak, sejauh ini belum ada langkah konkret dari pihak kampus untuk meramu jurus jitu mencegah bullying. 

Pihak rektorat baru membentuk tim investigasi untuk mengungkap siapa dalang dari pelaku bully terhadap FH. Namun mereka belum menyiapkan mekanisme mencegah perundungan.

"Kita sudah panggil para pelaku yang diketahui mereka itu satu kelas. Untuk melengkapi data dan fakta kita akan interogasi mereka semua untuk mengetahui secara pasti apa motifnya. Kami sudah bentuk tim investigasi nanti hasilnya akan dilaporkan, ya sesegera mungkin," kata Wakil Rektor III Universitas Gunadarma, Irwan Bastian.

Memang, Gunadarma berjanji akan menjatuhkan sanksi akademis bagi pelaku dan orang-orang yang ada di lokasi bully FH. Meski pelaku sudah meminta maaf kepada FH dan keluarganya. 

Tapi, pihak universitas belum juga melaporkan kasus itu ke kepolisian. Seperti yang diharapkan organisasi peduli penyandang disabilitas, agar tercipta efek jera dan bully tak lagi terjadi. 

"Kasus ini perlu ditindaklanjuti hingga ke ranah hukum. Agar tidak ada lagi diskriminasi," kata Sofa dari organisasi Masyarakat Peduli Autis Indonesia (Mpati).

Selanjutnya...Rentan Dibullying

Rentan Dibullying

Masalah yang menimpa FH itu menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat autis selama ini memang rentan dan paling sering menjadi korban bullying. Hal itu diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan lembaga peduli autis, Interactive Autism Network Kennedy Krieger.

Berdasarkan hasil survei yang itu diketahui bawa anak autis juga tiga kali lebih mungkin mengalami bullying dibandingkan anak-anak normal. 

Yang lebih mengerikan, dari hasil survei itu, terungkap bahwa anak autis sengaja dibully agar mereka terprovokasi untuk melakukan perlawanan. Apalagi diketahui, anak autis biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa. 

Di Indonesia memang sangat sulit mengantisipasi anak autis terhindar dari bully, terutama di lingkungan pendidikan. 

Tapi jika bully telah terjadi, maka keluarga anak autis harus cermat dan tepat untuk membangkitkan kembali semangat mereka.

Keluarga harus mau mendengarkan apa yang menjadi keluhan saat anak autis menghadapi dunia luar yang belum tentu bisa mengerti dengan kondisi mereka. 

Menurut anggota organisasi Family Lives, Sandra Hiller, seperti dikutip di laman Bullying, keluarga sudah seharusnya membekali anak autis cara melindungi diri.

Jika bully dilakukan secara verbal, beritahu anak untuk tidak menggubris apa yang dilakukan para pelaku. Buat skenario bagaimana para pelaku bully melakukan aksinya, lalu ajari anak untuk merespons dengan tepat.

Jangan biarkan para pelaku bullying mendominasi hidup anak. Bantu anak mengembangkan kemampuan barunya di lingkungan baru yang positif. Ajak anak ke beberapa komunitas yang mungkin ia sukai. Dengan begitu, anak bisa mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan membantu mereka mendapatkan teman baru. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya