Mudik 2017 Minim Celaka, Benarkah?

Kepadatan Tol Cipali saat arus balik libur Lebaran 2017.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

VIVA.co.id – Belum lagi usai Operasi Ramadniya 2017, Kepolisian dan segenap kementerian terkait buru-buru merilis bahwa ada penurunan jumlah angka kecelakaan selama arus mudik dan balik Lebaran 2017.

Bahayanya Nyalip di Garis Marka Tidak Putus yang Sebabkan Tewasnya Pembalap Hokky Krisdianto

Entah kenapa, klaim prestasi keberhasilan menjaga libur Lebaran yang dikawal dalam Operasi Ramadniya 2017 ini seperti harus disegerakan diumumkan ke publik.

Padahal secara prinsip, jumlah kecelakaan masih saja 'bergerak', setidaknya hingga ditutupnya operasi pada Rabu 4 Juli 2017, atau selama 16 hari tugas, terhitung sejak 19 Juni 2017 diresmikan.

Kakorlantas Polri: Tiga Nyawa Hilang Setiap Hari karena Kecelakaan

"Rasionya menurun sangat bagus," ujar Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Senin 3 Juli 2017, menjawab soal capaian penanganan arus mudik dan balik libur Lebaran 2017.

Simpang siur data

Kecelakaan Lalu Lintas Bisa Halangi Program Indonesia Emas

Pemudik speda motor memasuki kapal Roro di Pelabuhan Bakauheni Lampung

FOTO: Pemudik arus balik kendaraan sepeda motor antri memasuki kapal Roro di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan, Lampung, Minggu (2/7/2017)/ANTARA FOTO/Ardiansyah


Membandingkan capaian prestasi penganan arus mudik Lebaran, haruslah menggunakan data sebelumnya. Sehingga, bisa diukur capaian keberhasilan.

VIVA.co.id, mencoba menelusuri sejumlah pranala dan laporan sebelumnya soal capaian pada dua tahun ke belakang, 2016 dan 2015. Sekurangnya, dengan basis data dua tahun ke belakang itu, maka akan bisa dilihat bagaimana trennya.

Namun, ternyata menelusuri data itu bukan hal gampang. Tidak ada satu pun data yang konsisten, sehingga sulit dicarikan bagaimana sesungguhnya capaian hasil pada dua tahun sebelumnya.

Laporan di media, klaim sejumlah pejabat baik itu dari Kepolisian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Jasa Marga, Jasa Raharja, dan lain sebagainya, bahkan makin mempertegas tidak adanya konsistensi data.

Namun, guna menjawab perbandingan, VIVA.co.id mencoba menggunakan data milik Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri yang merilis hasil Operasi Ramadniya tahun 2016.

Hanya saja, sebelum ini, mari simak capaian hasil dari Operasi Ramadniya tahun 2017. Hasil ini dirilis Senin 3 Juli 2017, atau sehari sebelum penutupan Operasi Ramadniya 2017.

Merujuk dalam data yang disampaikan Posko Pusat Operasi Ramadniya 2017, total kecelakaan Lebaran tahun ini mencapai 2.441 kejadian. Jumlah ini tercatat dalam data yang diterbitkan IRSMS (Integrated Road Safety Management System).

Dari jumlah itu, jumlah korban meninggal dunia mencapai 592 orang, luka berat 542 orang, dan luka ringan sebanyak 3.324 orang.

Sedangkan untuk besaran kerugian, sejauh ini dari data Kepolisian baru merilis hingga H+2 Lebaran, yakni senilai Rp2,72 miliar. "Turun sekitar 25 persen," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul, Selasa, 27 Juni 2017.

Lalu, bagaimana dengan data dua tahun sebelumnya? Berikut, rangkuman data yang dirilis oleh Korlantas Polri yang VIVA.co.id kutip:

Tahun 2015
Kecelakaan: 2.975 kasus
Meninggal dunia: 606 orang
Luka Berat: 1.012 orang
Luka ringan: 3.674 orang
Kerugian: Rp5,85 miliar

Tahun 2016
Kecelakaan: 2.719 kasus
Meninggal dunia: 504 orang
Luka berat: 873 orang
Luka ringan: 3.635 orang
Kerugian: Rp5,55 miliar

Data Kecelakaan lalu lintas pada lebaran tahun 2016

FOTO: Data kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ramadniya 2016 yang dirilis Korlantas Polri

Jadi, jika merujuk ke data ini, diakui memang ada penurunan jumlah baik itu angka kecelakaan, korban meninggal dunia, luka berat, dan luka ringan.

Berikutnya, belum signifikan>>>

Belum signifikan

Namun, secara prinsip penurunan ini terlihat belum begitu signifikan. Mari kita bandingkan dengan tahun 2016 saja. Di tahun itu, angka kecelakaan mencapai 2.719 kasus. Sedangkan di 2017, terjadi 2.441 kasus. Ini, artinya ada penurunan sebesar 278 kasus.

Lalu, korban meninggal dunia. Di 2016, total korban mencapai 504 orang. Sementara  itu, untuk 2017 ada 592 orang. Ini artinya, ada kenaikan jumlah orang yang meninggal dunia sebanyak 88 orang.

Jelas, jumlah kematian ini bukan angka kecil. Sangat naif jika prestasi capaian kecelakaan dipuji menurun, namun yang mati justru meningkat disebut sebagai prestasi.

Perbandingan berikutnya dari jumlah korban luka berat. Pada 2016, jumlahnya mencapai 873 orang, sedangkan untuk tahun ini mencapai 542 orang. Jumlah ini menurun sebanyak 331 orang.

Selanjutnya, untuk korban luka ringan. 2016, mencapai 3.635 orang. Sedangkan di 2017, mencapai 3.324 orang, atau dengan kata lain ada penurunan sebanyak 311 orang.

Atas itu, jika konsistensi data ini tetap dipergunakan, secara prinsip memang ada penurunan. Namun, hal yang tak bisa diabaikan adalah besarnya jumlah orang yang meninggal dunia.

Kondisi Terkini Tol Cipali dari Udara

FOTO: Kendaraan pemudik beristirahat di ruas Tol Cipali

Fakta bahwa ada 592 orang yang meregang nyawa akibat kecelakaan selama arus mudik dan balik 2017, mesti menjadi perhatian serius. Sekaligus, juga membuktikan bahwa keberhasilan yang diklaim pemerintah ternyata masih menyimpan 'borok'.

Namun, sepertinya pemerintah lebih mengunggulkan data arus mudik tanpa arus balik yang dianggap berhasil. Sehingga, wajar kemudian buru-buru mengklaim keberhasilan.

"Angka kecelakaan turun banyak sekali. Sekarang ini tidak sampai 60 persen dari jumlah kecelakaan pada masa angkutan Lebaran tahun lalu," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Senin, 3 Juli 2017, dikutip dalam laman resmi Kementerian Perhubungan, dephub.go.id.

Selanjutnya, zero accident>>>

Zero Accident

Apapun itu, Presiden Joko Widodo secara prinsip menegaskan bahwa harus ada pengurangan jumlah kecelakaan setiap momen libur lebaran.

Penegasan ini disampaikan Jokowi sejak 2016 dan telah diminta kepada setiap instansi terkait untuk mencapainya. Visi bahwa momen Lebaran harus zero accident, atau nihil kecelakaan.

"Targetnya zero accident," ujar Direktur Angkutan dan Multi Moda Ditjen Perhubungan Darat, Cucu Mulyana, pada persiapan arus mudik Lebaran 2016 lalu.

Target tinggi ini memang sengaja dipatok, mengingat mudik Lebaran sudah menjadi momen khas orang Indonesia menyambut Idul Fitri. Bagaimana tidak, jutaan orang berpindah secara serentak untuk menikmati momen Lebaran bersama keluarganya.

Atas itu juga, sejak 2016, sedianya sudah menjadi dasar awal perbaikan pencapaian hasil arus mudik untuk 2017.

Melihat dari kesiapan 2017, dalam Operasi Ramadniya selama 16 hari, 19 Juni-4 Juli 2017, Polri menyiapkan 4.209 pos pelayanan se-Indonesia.

Lalu, sebanyak 167.146 personel yang terdiri dari anggota Mabes Polri 2.956 personel, Polda 97.444 personel, TNI 13.131 personel, Dinas Perhubungan 9.765 personel, Pol PP 11.720 personel, Dinas Kesehatan 9.128 personel, Pramuka 6.913 personel, dan lain-lain sejumlah 16.076 personel, juga telah disiagakan.

ARUS MUDIK CIPALI PADAT

FOTO: Kondisi arus mudik lebaran 2017 di gerbang tol Cipali

Jelas, ini kesiapan yang terbilang matang. Maklum, target pengurangan angka kecelakaan menjadi prioritas. Belum dengan kesiapan infrastruktur seperti 337 kilometer ruas tol darurat di pulau Jawa dan 65 kilometer di Sumatera, sudah barang tentu ini bentuk keseriusan pemerintah.

Harus diakui, ini memang layak diapresiasi. Tinggal bagaimana memaksimalkan antara kesiapan infrastrukturnya dan menguatkan edukasi ke pemudik.

Sebab, bagaimana pun juga, meski kesiapan personel pengamanan dan infrastruktur mudik telah memadai, faktanya kecelakaan ditengarai oleh kesalahan manusianya.

"Risiko kecelakaan lebih besar pada arus balik libur Lebaran, karena sudah mengalami faktor kelelahan," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya