Urbanisasi ala Pelaku Kejahatan
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Davidson Tantono (30) meninggal akibat peluru yang ditembakkan dari jarak dekat, ketika mempertahankan tasnya yang berisi uang Rp300 juta dari sebuah bank.
Sekejap mata, jasad David tak bergerak di sebuah SPBU di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat. Saat itu, ia bermaksud untuk memeriksa kondisi ban mobilnya yang mengalami kebocoran. David tak menduga, ban bocor itulah yang menjadi awal mula petaka hidupnya.
Ia telah menjadi target dan sebutir peluru di kepalanya menjadi akhir dari perjalanannya. Siang terik, para penjahat itu tetap nekat dengan lagak bak koboi menembak David.
Tiga hari kemudian, tepatnya pada 12 Juni 2017. Italia Candra Kirana Putri, gadis berusia 23 tahun ikut tewas tertembak di tangan penjahat bersenjata di rumahnya di Tangerang, Banten.
Waktu kejadian sama, siang hari. Sebuah peluru merenggut nyawa perempuan berambut panjang ini usai bersarang di dada kirinya. Italia ditembak hanya dengan jarak tak kurang dari dua meter.
Cuma karena hendak mempertahankan sepeda motornya yang direbut paksa penjahat. Dalam sekejap pula masa depan gadis malang ini tercerabut oleh buasnya penjahat jalanan.
FOTO: Polisi memperlihatkan sketsa wajah pelaku perampokan dan pembunuhan Italia Candra Kirana
Rekaman CCTV mempertegas betapa beringasnya para penjahat kini. Tak peduli waktu dan siapa, dengan mudahnya mereka mencabut nyawa para korbannya lalu melenggang.
Meski kemudian polisi mendapati sketsa wajah pelaku dari CCTV, hingga kini, dua orang bermotor yang menenteng senjata api itu belum tertangkap.
David dan Italia akhirnya menjadi korban kekerasan jalanan para penjahat. Dan ini tentu saja bukan kasus pertama, belum melingkupi soal geng motor yang tega menebas siapa pun di jalanan dengan parang. Teror ini seolah-olah melumbab seiring puasa Ramadan dan jelang Lebaran 2017.
Selanjutnya, Urbanisasi Penjahat
***
Urbanisasi Penjahat
Kepolisian mengakui ada kekhawatiran eskalasi para penjahat selama Ramadan dan Lebaran. Beberapa contohnya sudah terbukti di sejumlah tempat.
Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan Ditreskrim Umum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengaku telah membuat langkah antisipasi dini soal ini.
Polisi telah mengindentifikasi sejumlah penjahat pemain lama yang mungkin kambuh lagi di musim Lebaran. "Sudah dilakukan profiling," katanya, Rabu, 15 Juni 2017.
Namun demikian, hal itu tentu belum cukup. Sebab, sebagai ibu kota negara, Jakarta memang memiliki magnet yang bisa menyedot siapa pun. Penjahat salah satunya.
Dibumbui oleh semarak Ramadan dan Lebaran 2017, masa ini seolah bak musim panen bagi mereka. "Pelaku kejahatan seperti berurbanisasi. Jadi mereka berkumpul dari mana saja daerahnya," ujar Hendy.
Atas itu, cukup sulit menebak para pemain yang kembali dari daerah asalnya untuk mencari 'peruntungan' di kota besar. Sebab, kelompok ini kadang bisa berafiliasi dengan penjahat lama, bisa juga kadang bermain sendiri dan membuat aksi sendiri.
Dan pastinya, tingkat 'kesadisan' bisa jadi berbeda. Faktanya, penggunaan senjata api merebak. David yang tewas di SPBU Daan Mogot dan Italia yang terjerembap di teras rumah menjadi bukti kuat kesadisan para penjahat ini.
FOTO: Barang bukti pelaku kejahatan di Jakarta
Merujuk pada data Polda Metro Jaya pada 2016, khusus Jakarta memang menunjukkan ada lonjakan kejahatan secara keseluruhan. Ini bisa ditunjukkan dari rentang waktu kejahatan yang terjadi dalam sehari.
Jika pada 2015 ada kejahatan setiap 12 menit 26 detik, maka pada 2016 menjadi 12 menit 18 detik. "Crime clock mengalami percepatan selama delapan detik," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Iriawan akhir 2016.
Tak cuma itu, meski secara akumulatif total angka kriminalitas pada 2016 ada 42.149 kasus atau menurun dibanding 2015 yang mencapai 44.304 kasus, ada hal yang perlu dikhawatirkan yakni lonjakan kasus sebesar 12 persen untuk perkara pencurian dengan kekerasan.
"Tahun 2015 ada 641 kasus. Lalu naik di tahun 2016 menjadi 719 kasus atau naik sebanyak 78 kasus," kata Iriawan.
Tentunya, kasus ini cuma menjadi salah satu perkara yang mengkhawatirkan. Buktinya pada 2016 juga setidaknya masih ada 10 kasus lain yang menonjol. Yakni, pencurian dengan pemberatan (curat) sebanyak 3.187 kasus, penganiayaan berat (anirat) sebanyak 1.153 kasus, dan pembunuhan 71 kasus.
Kemudian, pencurian kendaraan bermotor (curanmor) dengan 2.866 kasus, kebakaran sebanyak 532 kasus, judi 422 kasus, pemerasan/ancaman sebanyak 375 kasus, perkosaan dengan 67 kasus, narkotika sebanyak 5.333 kasus, dan kenakalan remaja sebanyak lima kasus.
Lalu, bagaimana dengan kejahatan yang terjadi di periode Ramadan atau Lebaran? Sekali lagi memang meningkat.
Data yang dirilis dari Pusat Informasi Kriminal Polri, pada 2013, tepatnya saat Idul Fitri mencatat ada 448 kasus yang terjadi pada periode Ramadan dan Lebaran, Juli-Agustus.
Perkara serupa itu kemudian meloncat jauh pada 2014. Di mana pada masa Ramadan dan Lebaran 2014, kejahatan bahkan terjadi hingga 2.539 kasus atau melompat hingga lima kali lipatnya.
Sementara itu, untuk 2015, lonjakan pun kembali terjadi. Data polisi mencatat bahwa ada 4.925 kasus kembali terjadi tahun itu. Jumlah ini meningkat hingga 100 persen dibanding tahun sebelumnya.
Atas itu, jika kemudian ada lonjakan kenaikan kasus kejahatan pada musim Lebaran atau Ramadan, pastinya bukan hal yang biasa.
Selanjutnya, Mengapa Meningkat
***
Mengapa Meningkat
Dalam sebuah survei yang diterbitkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) pada 2015. Jakarta sudah dinobatkan sebagai daerah paling buncit untuk kondisi keamanan daerah.
Survei yang menyasar 50 kota di dunia bahkan mengelompokkan 10 kota yang paling tak aman, dan tentunya dengan Jakarta sebagai posisi paling terburuk.
Adapun ke-10 kota itu yakni, Istanbul, Delhi, Moskwa, Mumbai, Mexico City, Riyadh, Johannesburg, Ho Chi Minh City, Teheran, dan terakhir Jakarta.
Predikat ini jelas mengkhawatirkan. Dengan jumlah penduduk belasan juta jiwa, Jakarta bak menjadi ladang empuk pelaku kejahatan.
Apalagi kondisi ini dibumbui dengan beragam faktor seperti kesenjangan antara yang miskin dan kaya, dan segala hal yang berbau ekonomi makin membuat pelik situasi ini.
Sejauh ini, kepolisian memang telah membentuk sejumlah tim khusus pemburu penjahat. Setidaknya kini penjahat mulai berpikir ulang untuk berbuat, karena ada polisi yang rela berkeliling sepanjang siang dan malam.
Selain itu, disarankan kepada warga, untuk menghindari aksi melawan perampok yang bersenjata api. "Menghindar dari situasi, segera laporkan ke polisi," kata Wakil Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Brigjen Pol Suntana.
Selebihnya, adalah usaha menjaga bersama-sama dari masyarakat. Komunikasi antartetangga dan bentuk pengamanan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) terbukti masih begitu efektif mencegah kejahatan.
Singkatnya, mencegah memang masih lebih baik daripada mengobati. Jadi, jangan pernah memberi kesempatan kepada penjahat untuk berpikir melakukan kejahatan.