Setelah Lulus Kampus Negeri, Lalu Apa?

Ilustrasi-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2017
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ampelsa

VIVA.co.id – Tahun ke tahun, ujian masuk untuk perguruan tinggi negeri selalu ramai diikuti. Ribuan orang rela mengadu nasib, agar bisa meraih satu kursi di kampus negeri.

Saban hari, segala informasi soal penerimaan pasti dipantau. Mulai dari kursus singkat, bimbingan belajar, sampai ke memburu soal bekas ujian tahun sebelumnya, menjadi ciri bagi mereka yang berburu kampus selepas sekolah.

Hari ujiannya juga jauh lebih ribet. Beberapa dari mereka yang kadang tinggal di luar kota, nekat menginap sehari sebelumnya, biar tidak sampai ketinggalan ujian.

Begitu pun dengan momen pengumuman kelulusan. Ini pun menjadi masa yang paling was-was bagi oran tua dan para pesertanya. Beberapa, kadang sampai mencurahkan kekhawatirannya di jejaring sosial.

"Faktanya aku lebih menantikan kalimat, Selamat, Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) 2017, daripada Selamat berbuka puasa," tulis seorang pengguna jejaring sosial dalam statusnya yang diunggah menjelang penguman SBMPTN 2017.

Ya, magnet gengsi perguruan tinggi negeri, memang masih menarik bagi remaja selepas sekolah. Selain itu juga, komponen biaya lebih murah di negeri ketimbang swasta, tentu menjadi fokus utama para orangtua agar anaknya lulus.

Termasuk, kebijakan regulasi yang memang terkesan 'berat sebelah', yakni banyaknya pintu masuk untuk menuju kampus negeri. Mulai dari Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), SBMPTN, Ujian Mandiri, hingga Ujian Bersama.

Sehingga, mau tak mau, keran masuk calon mahasiswa ke universitas negeri akhirnya memang lebih banyak ketimbang swasta, yang terkesan seperti menunggu 'muntahan' mereka yang gagal ujian masuk kampus negeri.

Berikutnya, lebih baik>>>

Lebih baik

Di Indonesia, secara keseluruhan total ada 4.498 perguruan tinggi. Sebanyak 25.548 program studi pun ditawarkan di ribuan kampus ini.

Banyaknya kampus di Indonesia ini, bahkan diakui di atas jumlah kampus di Tiongkok, yang hanya memiliki 2.825 perguruan tinggi. Sementara itu, negara ini memiliki penduduk jauh lebih besar dari Indonesia.

Hingga 2016, merujuk data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menyebut, kini kualitas perguruan tinggi di Indonesia, terbukti terus mengalami peningkatan. Setidaknya, ini ditunjukkan dengan masuknya tiga perguruan tinggi Indonesia dalam 500 kampus terbaik dunia.

Kampus itu, yakni Universitas Indonesia (UI) di urutan 277 dari sebelumnya pada posisi 325. Lalu, Institut Teknologi Bandung (ITB) di peringkat 331 dan Universitas Gadjah Mada (UGM) di peringkat 402 dunia.


Tak cuma itu, indikasi lainnya adalah tingginya minat orang asing untuk berguru di kampus Indonesia. Data 2016 mencatat, telah ada sedikitnya 6.967 surat izin belajar diterbitkan.

"Ada 150-500 permohonan setiap minggunya," kata Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK-DIKTI Patdono Suwignjo.

Dan, untuk kampus yang saat ini diketahui sebagai penerima mahasiswa asing terbanyak yakni, Universitas Gadjah Mada (negeri) 494 orang, Universitas Indonesia (negeri) 349 orang, Universitas Sumatera Utara (negeri) 335 orang, Intitut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Mandiri (swasta) 295 orang dan Universitas Hasanuddin (negeri) 256 orang.

Karena itu bisa dimaklumi, jika warga asing saja banyak berguru ke kampus Indonesia, tidak ada salahnya bila orang Indonesia juga ikut berburu kampusnya di negeri sendiri.

Selanjutnya, ketimpangan nyata>>>

Ketimpangan nyata

Data dari Kemenristek Dikti, selama 2014-2017, memang menunjukkan jumlah peminat SNMPTN. Jumlah ini seiring dengan banyaknya kampus negeri yang mulai ikut berpartisipasi. (lihat tabel dan infografis)

Jumlah Pendaftar SNMPTN:
2014: 664.509 orang
2015: 764.185 orang
2016: 721.326 orang
2017: 797.023 orang

Jumlah Perguruan Tinggi Negeri:
2014: 64 buah/91.294 kursi
2015: 74 buah/115.788 kursi
2016: 78 buah/126.804 kursi
2017: 85 buah/128.085 kursi

Dari data ini diakui, memang terjadi peningkatan jumlah pendaftar. Kampus negeri tetap menyedot banyak peminat. Namun, di balik ini ada fakta yang mengejutkan bahwa meski diminati, ternyata jumlah universitas negeri di Indonesia begitu minim.

Tercatat hingga 2017, dari total 4.472 perguruan tinggi, lebih dari 4.000-nya adalah kampus milik swasta. Suka tidak suka, kampus swasta tetap merajai jebolan mahasiswa di Indonesia.

Meski kemudian dari periode 2010-2014, pemerintah mulai menerbitkan kebijakan pe-negeri-an puluhan kampus swasta yang beberapa diantaranya banyak di daerah terpencil.

Namun, memang jumlah itu tetap belum signifikan. Atas itu, mahfum kemudian mengapa kampus negeri begitu diminati. Harapan bisa menekan biaya yang terkenal mahal di swasta pun menjadi faktor pemicu awal. (Baca: Jalan Panjang 'Menegerikan' Kampus Swasta)

Atas itu, jika kemudian pada 2017, dari total peserta 797.738 orang yang mengadu nasib di ujian SNMPTN, bisa dipastikan kini ada 649.872 orang yang mesti berjuang lagi di gelombang berikutnya bila tetap ingin di kampus negeri.

Tes itu berupa ujian mandiri. Setidaknya, ini menjadi pintu terakhir sebelum menuju kampus swasta bagi mereka yang tak mau bersabar menunggu pada tahun depan lagi. "Jangan berkecil hati," kata Panitia SBMPTN Ravik Karsidi.

Pesan Rektor IBI Kesatuan Bogor saat Wisuda Periode 2023-2024 dengan 671 Wisudawan

Fakta lain yang juga cukup mengejutkan adalah masih tingginya disparitas mutu pendidikan. Dari total 4.472 perguruan tinggi, baru 50 kampus saja yang telah terakreditasi A dan sebanyak 2.512 program studi terakreditasi A, atau baru 12 persen dari 20.254 program studi.

Kondisi ini, akhirnya berkorelasi dengan mutu lulusan yang akan dilahirkan. "Ini menunjukkan bahwa mutu sebagian besar perguruan tinggi dan prodi kita, masih sangat memprihatinkan dan perlu penanganan serius dan sitematis," kata Direktur Penjaminan Mutu Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Aris Junaidi.

Mahasiswa Prihatin Proses Pilkada di Banten Kental Politisasi Hukum

Atas itu, meski kini secara fakta gelombang antusiasme atas SBMPTN memang meningkat. Namun, hal yang lebih prioritas kini adalah bagaimana mutu lulusan mereka di perguruan tinggi kelak.

Sebab, ini menjadi masalah pelik paling penting ke depannya. Lulus di sebuah perguruan tinggi negeri bukan akhir, tetapi justru dari awal mula generasi Indonesia ke depan.

Pintu Universitas di Eropa Mulai Tertutup Bagi Mahasiswa Tiongkok

Generasi yang baik maka akan menjadi indikator sejahteranya sebuah bangsa. Seperti kata Menristek Dikti Mohamad Nasir, "Kalau pendidikan tingginya baik, pasti kota itu akan berubah cepat. Pertumbuhan ekonomi akan seperti deret ukur, bukan deret hitung. Pertumbuhan ekonomi rendah karena SDM (Sumber Daya Manusia)-nya rendah." (asp)

Peraih Program Indofood Riset Nugraha (IRN)

Berani Berinovasi dan Menginspirasi Dunia, Ini Peran Pemuda dalam Transformasi Pangan

Generasi muda, sebagai pelopor inovasi, diharapkan dapat menciptakan solusi berbasis potensi lokal untuk menjawab berbagai tantangan.

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024