Membasmi Aksi Brutal Geng Motor Jakarta
- Viva.co.id/Anwar Sadat
VIVA.co.id – Kawanan geng motor kembali mengancam Ibu Kota. Mereka beraksi secara sadis tanpa pandang bulu.
Sasarannya juga tidak tebang pilih, baik perempuan, laki-laki, maupun aparat penegak hukum. Kebanyakan korbannya hanyalah salah sasaran. Seperti yang menimpa Brigadir Marianus, anggota Brimob dari Satuan 3 Pelopor Kelapa Dua, Depok, pada Rabu dini hari, 24 Mei 2017.
Dia bersama sang istri menjadi korban amukan komplotan geng motor yang beraksi di sekitar kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Bahkan, Rian --sapaan Marianus-- dihajar berbagai senjata tajam yang mengakibatkan luka serius di bagian tubuhnya. Diketahui, kawanan geng motor tersebut juga selalu membawa senjata tajam, di antaranya pedang, celurit, besi, gir, hingga bambu atau kayu.
Peristiwa yang menimpa Rian itu bermula saat dia dan istrinya singgah di salah satu warung. Korban sengaja mampir di warung itu untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Kelapa Dua, Depok.
Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba saja geng motor datang dan langsung menyerang orang-orang di warung-warung yang ada di sekitar lokasi. Melihat keganasan penyerang, Brigadir Rian langsung memasang badan untuk melindungi istrinya.
Dia sempat melakukan perlawanan, tapi pelaku menyerang dengan berbagai senjata tajam. Rian tak berdaya, wajahnya dihantam dengan besi dan gir hingga beberapa giginya hancur. Tak hanya itu, pelaku juga memukuli korban dengan balok-balok kayu.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Timur, Ajun Komisaris Besar Sapta Maulana Marpaung, mengatakan sudah menurunkan anak buahnya untuk memburu para pelaku kejahatan jalanan itu. "Kepolisian saat ini sedang memburu pelaku penyerangan itu. Sementara Brigadir Rian sudah dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk mendapatkan perawatan medis," ujar Sapta di Jakarta, Rabu, 24 Mei 2017.
Sementara itu, Polda Metro Jaya mencatat, sejumlah tempat yang dianggap rawan aksi geng motor yang biasanya jauh dari keramaian, keamanan dan penerangan. Artinya penerangan yang remang-remang. Khusus di Depok, ada beberapa yang sudah ditandai, di antaranya Jalan Juanda Kecamatan Sukmajaya, Jalan Arif Rahman Hakim Kecamatan Beji, Jalan Krukut Kecamatan Limo, Jalan Pitara Kecamatan Pancoranmas, Jalan Lewinanggung, Jalan Pekapuran Kecamatan Cimanggis, Jalan Raya Ciputat, Jalan Raya Mochtar Kecamatan Sawangan, Jalan Bambu Kuning Bojonggede.
Selanjutnya... Tindak tegas
Tindak tegas
Tak tinggal diam melihat aksi brutal geng motor, polisi langsung bekerja cepat. Tiga orang pelaku yang merupakan anggota dua geng motor berbeda ditangkap. Ketiga pelaku yakni PH (25 tahun), WRA (18), dan IM (26). Penangkapan tersebut dilakukan pada Sabtu dini hari, 20 Mei 2017 saat sejumlah geng motor menjalankan aksinya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Besar Budi Hermanto, mengatakan, ketiga pelaku diamankan lantaran membawa senjata tajam. Pelaku ditangkap di jalan Kelapa Hijau, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ketika rombongan geng motor melintas, sempat diberhentikan oleh petugas. Mereka langsung kocar-kacir dan menghindari petugas. Namun, sebagian mereka dapat tertangkap.
Kepolisian menemukan senjata tajam jenis golok dan juga katana saat pemeriksaan. Karena membawa senjata tajam tanpa izin dan tidak ada kaitan dengan pekerjaannya, ketiganya langsung diamankan oleh pihak kepolisian.
"Mereka menyembunyikan senjata tajamnya di balik pakaian. Seperti golok disembunyikan pada pinggang, sedangkan katana disembunyikan di balik punggungnya," ujar Budi.
Tak hanya di Jakarta Selatan, polisi juga menangkap 10 orang pria anggota geng motor lantaran diduga melakukan penyerangan terhadap seorang warga, Fajar Andriansyah (24), hingga tewas di kawasan Jatiwaringin, Makasar, Jakarta Timur, Minggu, 21 Mei 2017. Mereka yang ditangkap merupakan anggota geng motor bernama Jatiwaringin All Star.Â
Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Andry Wibowo menjelaskan, tujuh pelaku ditangkap pada Senin 22 Mei 2017. Sehari kemudian, tiga orang lainnya dibekuk di sekitar kawasan Jatiwaringin. Ia menjelaskan, ada tiga orang pelaku lagi yang kini masih diburu. "Ada tiga orang lagi masih dikejar. Infonya total semua 13. Usia para pelaku ini variatif, antara 15 tahun sampai 25 tahun," ujarnya.Â
Meski sudah melakukan tindakan tegas kepada anggota geng motor brutal itu, polisi juga meningkatkan keamanan dan kewaspadaan dalam menjaga Jakarta. Polri melakukan kerja sama dengan TNI, dan membentuk tim khusus untuk melaksanakan patroli skala besar. Patroli ini dilakukan untuk mengantisipasi isu aksi geng motor tersebut.
"Saya sudah menerjunkan anggota bahkan saya melaksanakan patroli skala besar dengan teman-teman TNI, baik TNI AD, AL semua dan juga dari Polisi Militer nya kami laksanakan. Jadi isu-isu terkait yang ada di situ kami sudah antisipasi lah," kata Iwan.
Iwan menegaskan pihaknya akan menindak tegas geng motor atau kelompok apapun yang melanggar hukum atau melakukan tindak pidana. Ia mengaku, pihaknya sudah memiliki data geng motor yang biasa ada di wilayah hukumnya. Kata dia, mereka didominasi kelompok remaja berkendara sepeda motor yang sering nongkrong di sejumlah tempat dengan mengaku dari kelompok tertentu. Meski begitu, tak semua kelompok tersebut melakukan pelanggaran hukum.
"Geng motor yang kegiatannya positif juga ada. Seperti itu bukan geng ya, namanya klub motor atau apa. Bakti sosial atau itu. Kalau dia tak melakukan pelanggaran hukum tidak apa-apa mungkin," kata Iwan.
Selanjutnya... Ingin eksis
Ingin eksis
Pengamat sosial Devi Rachmawati mengatakan, munculnya geng motor itu dikarenakan beberapa faktor, di antaranya pembentukan integritas, pemberontakan dan perlawanan terhadap status sosial. Umumnya, geng motor itu berisikan kalangan remaja yang tidak dapat pengakuan dari lingkungan keluarga maupun rumah.
Mereka, kata Devi, mencari alternatif agar bisa eksis dan diakui. Dengan alasan tersebut, tak jarang kalangan remaja bergabung dengan suatu geng apalagi geng motor. "Di dalam geng, mereka itu dapat identitas, dan keuntungan ekonomi jika geng motor tersebut melakukan tindakan pencurian. Untuk yang kalangan ekonomi lemah, mereka bergabung dengan geng motor agar bisa eksis," ujar Devi saat dihubungi VIVA.co.id.
Devi menambahkan, untuk anggota geng motor yang bisa melakukan tindakan kekerasan terhadap korban, dianggap sudah paling hebat. Sebab, namanya akan tersebar di kalangan geng motor lain karena berhasil melukai korban.Â
"Kalau mereka berhasil melakukan penyiksaan, itu akan tersebar. Dan itu akan mendapat penghargaan secara sosial," ucap dia.
Dari pandangannya, mereka yang tergabung dalam geng motor biasanya yang memiliki waktu yang cukup luang dan belum punya tanggung jawab lebih. Sedikit data menunjukkan jika anggota geng motor brutal itu yang sudah menikah bahkan punya anak. Untuk mencegah bertambahnya anggota geng baru, Devi mengimbau agar orangtua berperan aktif.
"Pertama, anak yang memang belum bisa naik motor, tidak punya SIM dan masih di bawah umur dewasa, lebih baik jangan diberi dahulu. Jika orangtua memberikan, itu sama saja menjerumuskan anak untuk melakukan tindakan yang negatif dan sudah melanggar hukum," ucap dia. (one)