Pilkada Jakarta

Serunya Ahok-Djarot vs Anies-Sandi di Debat Pamungkas

Debat pamungkas Pilkada DKI Jakarta 2017, 12 April 2017.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA.co.id - Debat Pilkada DKI putaran kedua akhirnya selesai dilaksanakan pada Rabu malam, 12 April 2017. Dalam debat resmi yang diadakan oleh KPU DKI Jakarta itu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno diberi kesempatan untuk kali terakhir untuk beradu gagasan, pemikiran, program, visi-misi demi meraih simpati pemilih di Ibu Kota.

Seperti biasa, dalam debat itu, Basuki-Djarot mengenakan baju bermotif kotak-kotak dengan paduan warna merah, biru tua dan garis putih yang menjadi andalan mereka serta celana hitam. Bedanya dengan debat pada putaran pertama lalu adalah Djarot memilih untuk memakai peci warna hitam.

Penampilan sedikit berbeda juga ditunjukkan Anies-Sandi. Mereka tidak menggunakan kemeja warna putih seperti biasanya melainkan warna biru, tapi tetap dengan peci hitam di kepala mereka dan celana coklat muda.

Debat pamungkas itu sendiri mengambil tema 'Dari Masyarakat untuk Jakarta'. Sedangkan sub tema adalah soal perumahan, pelayanan publik, transportasi, penataan pantai, dan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah.

Mantan penyiar berita, Ira Koesno, kembali bertindak sebagai moderator. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh KPU DKI, wanita berusia 47 tahun itu dinilai sebagai sosok yang profesional dan berpengalaman.

Debat dilaksanakan selama sekitar 2,5 jam, dari pukul 19.30 hingga 22.00 WIB dan tetap digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan. Selain pejabat KPU, Bawaslu DKI, sejumlah tokoh nasional atau politik juga turut hadir. Mereka antara lain Djan Faridz, Abraham Lunggana alias Haji Lulung, adik Prabowo Subianto, Hasyim Djojohadikoesoema, Fadli Zon, Maruarar Sirait, Idrus Marham, dan lainnya.

Tak lama setelah membuka acara, Ira segera mempersilakan kedua pasangan calon untuk naik panggung debat. Kemudian ia meminta seluruh hadirin berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah itu, mantan presenter tvOne itu pun memberikan kesempatan kepada Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno untuk memberikan sambutan.

Sumarno mengatakan bahwa tema dan format debat sedikit berbeda dengan debat sebelumnya. Salah satu yang utama adalah penyelenggara memberikan kesempatan kepada masyarakat yang terdiri dari sejumlah komunitas yaitu UMKM, transportasi, pemukiman dan rumah susun, nelayan, pendidikan dan disabilitas, untuk menyampaikan pertanyaan langsung kepada kedua kandidat.

"Moga-moga perubahan format ini memberikan satu kualitas yang lebih baik lagi, dari perdebatan yang selama ini kita lakukan sehingga akan meneguhkan para pemilih yang kemarin di putaran pertama lalu telah memilih pasangan calon dan memberikan referensi yang sangat penting kepada pemilih yang belum menentukan pilihannya pada Rabu 19 April yang akan datang," kata Sumarno.

Sumarno menegaskan institusinya sudah melakukan dua langkah utama agar putaran kedua berjalan lebih baik dibanding putaran pertama. Langkah pertama, penyempurnaan Daftar Pemilih Tetap atau DPT. Dan kedua, peningkatan kualitas dan kapasitas penyelenggara pemilu khususnya di bawah.

"Kami mengimbau masyarakat Jakarta, hari Rabu, 19 April. Ayo datang ke TPS, ayo memilih untuk Jakarta," tutur dia.

Begitu Sumarno mengakhiri pidato, sang moderator Ira Koesno pun memulai debat sesi pertama. Pada kesempatan itu, Ira menyampaikan pertanyaan dari panelis yang terdiri dari tujuh orang yang berasal dari kalangan akademisi, peneliti, dan pengamat itu.

Selanjutnya...Soal DPRD

Soal DPRD

Segmen awal terdiri dari dua pertanyaan. Pertama adalah soal pembahasan APBD di DPRD. Ira lantas memberikan kesempatan pada Ahok untuk berbicara.

Bagi Ahok, soal tersebut bukan masalah yang susah. Dia mengklaim memiliki pengalaman pada 2015.

"Yang paling penting membuat transparan. Persoalan DPRD kita jangan suudzon, banyak anggota DPRD yang baik. Oknum tertentu saja yang ada kepentingan," kata dia.

Penjelasan Ahok sempat berhenti di tengah jalan. Dia merasa waktu 2 menit yang diberikan tidak berjalan.

"Ini waktu nggak jalan," kata Ahok sambil menoleh ke arah Djarot yang duduk di belakangnya.

"Lanjut pak?" balas Ira.

Ahok pun melanjutkan paparannya. Dan beberapa saat kemudian mengakhiri penjelasannya.

Setelah itu giliran Anies menanggapi. Menurutnya, kunci dari penyusunan APBD terletak pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan aspirasi warga. Kemudian, transparansi, komunikasi, saling menghormati dalam negosisasi dengan DPRD.

"Yang jadi masalah bagaimana pemimpin bisa merangkul. Kami mendekati DPRD dengan rasa hormat, bicarakan baik-baik, tidak mengorbankan diri. Kuncinya transparansi, laporan publik.

Di sini, tak ada perbedaan mencolok antara Ahok dan Anies juga Djarot yang kemudian memberi tanggapan lagi. Mereka sama-sama menekankan pada aspek transparansi.

Pertanyaan sesi kedua dari panelis yang disampaikan Ira adalah soal masalah sanitasi, kesehatan, sumber penyakit dan lingkungan. Atas persoalan itu, Anies menekankan pada gaya hidup sehat demi mencegah berbagai macam penyakit.

Jika terpilih, dia berjanji akan merekrut tenaga-tenaga medis yang akan berkeliling di kampung-kampung. Selain itu juga tidak boleh ada warga yang kelaparan.

"Saya datang ke sebuah tempat di Jakarta Utara, dekat Koja. Seorang nenek, renta, lapar saya pak. Ini tidak boleh terjadi," kata dia.

Tampil menanggapi pernyataan Anies adalah Djarot. Menurutnya, program yang sudah ia jalankan adalah ketuk pintu dan layani. Petugas Puskesmas setiap saat datang ke rumah warga, mengecek kesehatan mereka.

Kedua soal sanitasi yang baik, dia menyatakan sudah melakukan bedah rumah. Lalu ketiga mengefektifkan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang bisa melakukan penyuluhan.

Selanjutnya...Pertanyaan Masyarakat

Pertanyaan Masyarakat

Debat kemudian berlanjut ke segmen berikutnya yaitu pertanyaan dari masyarakat. Kesempatan pertama diberikan pada perwakilan komunitas UMKM, kedua transportasi, ketiga rumah susun dan toilet untuk semua keluarga, dan keempat nelayan.

Namun, di antara pertanyaan-pertanyaan itu yang cukup menarik berasal dari dua komunitas terakhir yaitu rumah susun dan toilet untuk semua keluarga dan nelayan.

Tampil menyampaikan pertanyaan adalah Sukarto. Dia mengaku sebagai warga Rusun Jatinegara yang direlokasi akibat normalisasi Kali Ciliwung.

"Kami menderita secara ekonomi, mental, kami drop. Saat ini kami tinggal di rusun, sering bocor, kami menanggung beban biaya terus menerus. Apabila bapak terpilih, apakah bapak tega kami tinggal di rusun yang bocor ini?" tanya dia.

Ahok pun berdiri dan bersiap untuk menjawab. Dia mengakui beberapa rusun yang dibangun dengan kotraktor yang maling memang berakibat seperti itu.

"Kenapa kami memperlambat karena ingin mutu yang baik," kata dia.

Ahok menegaskan bahwa rusun tidak bayar. Biaya yang dibebankan ke warga hanya kontribusi untuk pemeliharaan lingkungan dengan subsidi 80 persen.

"Yang tidak mampu bayar sudah kami bayar. Hanya 30 persen, 70 persen tidak mau membayar. Ada unsur sosial yang tidak kami perhatikan. Saya mohon maaf, bapak ibu mohon bersabar," kata Ahok.

Anies lantas memberikan tanggapan. Dia mengatakan bahwa penderitaan warga salah satunya Bukit Duri dimulai ketika masuk rumah susun. Bagi dia, menata kampung dan dalam memimpin harus dengan membawa hati. Gubernur bukan sekedar melaksanakan peraturan karena pemimpin menganggap rakyat adalah saudaranya.

"Penderitaan rakyat adalah penderitaan gubernurnya bukan penderitaan rakyat penderitaan sekelompok orang. Ini adalah manusia yang punya hak hidup di Jakarta. Solusinya perumahan dengan DP 0 rupiah," kata Anies.

Anies menunjukkan salah satu daerah yang tidak dalam kondisi baik di Jakarta yaitu wilayah Krukut yang hanya berjarak 4 km dari balai kota. Dia berjanji akan menata ulang, membantu pembiayaan sehingga bukan dipindahkan.

"Diberikan solusi, karena hak untuk memilih rumah di situ. Nol rupiah DP-nya," tutur dia.

Djarot kemudian diberi kesempatan merespons. Dia mengaku sudah mengunjungi Rusun Jatinegara. Dia mengakui memang ada yang komplain. Tapi dia menunjukkan tetap ada kelebihannya.

"Mari kita bandingkan. Kampung Pulo masuk Rusun Jatinegara. Ada KJP, TransJakarta gratis. Kami mohon maaf tidak bisa memuaskan semua orang. Kami menyampaikan permohonan maaf, kami perbaiki yang bocor-bocor, kami tanggung jawab, 30 meter persegi cukup layak di kampung pulo," kata dia.

Dari komunitas nelayan yang membacakan pertanyaan adalah Iwan. Dia mengaku sudah tinggal di pantai Jakarta turun temurun. Kemudian dia menyinggung soal kebijakan reklamasi.

"Apakah mau mengentikan reklamasi?" tanya dia.

Anies yang mendapat kesempatan pertama untuk memberikan tanggapan mengatakan bahwa dirinya menolak reklamasi karena memberikan dampak yang buruk pada nelayan. Selain itu, kebijakan itu juga bisa menyebabkan banjir di wilayah sekitarnya.

"12 sungai mengalir di Teluk Jakarta. Konsekuensinya banjir, fenomena rutin, air mengalir di hadapkan pada reklamasi," kata dia.

Terkait nelayan, Anies berjanji akan memberikan pelatihan kewirausahaan untuk nelayan secara intensif. Lalu, ia berikan modal.

"Pelatihan pendidikan untuk nelayan, amat minim. Kita kembangkan SMK untuk perikanan, nelayan dilatih produktif," tuturnya.

Saat diberi kesempatan menjawab, Ahok menunjukkan sebuah foto nelayan Muara Angka, Jakarta Utara. Dia menegaskan tidak pernah mau mengusir nelayan.

"Pantai Mutiara mengajukan perumahan mewah kami tolak. Tanah 10 hektar, untuk tempat penyimpanan ikan, pengolahan ikan," kata dia.

Menurut Ahok, nelayan berhak tinggal di pulau hasil reklamasi. Alasannya, 50 persen tanah adalah punya DKI.

Sementara itu, Sandiaga menegaskan bahwa Iwan adalah bagian dari pihaknya. Dia menolak reklamasi karena tidak terbuka dan berdampak buruk pada nelayan.

"Kami berpihak pada 24 ribu nelayan di Jakarta," kata Sandiaga.

Klaim serupa juga disampaikan oleh Djarot. Namun, dia menuturkan bahwa nelayan tidak layak hidup di rumah-rumah kurang baik. Oleh karena itu, dia memiliki program penataan rumah yang memadai.

Selanjutnya...Debat Ahok vs Anies

Debat Ahok Vs Anies

Debat pamungkas kemudian sampai pada tahap yang paling menarik yaitu debat langsung antar pasangan calon dengan pertanyaan yang berasal dari mereka sendiri. Pada bagian awal, Ira Koesno memberikan kesempatan pada para cawagub yaitu Djarot dan Sandiaga.

Kesempatan pertama diberikan pada Djarot. Mantan Wakil Wali Kota Blitar itu bertanya soal kebijakan umum anggaran ke Sandiaga. Kemudian, Sandiaga balik bertanya soal menjaga stabilitas harga bahan pokok khususnya menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

Debat yang lebih panas tersaji saat Ahok dihadapkan pada Anies. Bagian ini terdiri dari empat putaran. Pertama Anies bertanya pada Ahok soal ratusan ribu remaja yang putus sekolah.

Menurut Anies, ada 116 ribu anak yang tidak memiliki akses pendidikan yang bisa menyebabkan pengangguran. Ia pun bertanya bagaimana solusi dari Ahok?

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Ahok pun mengakui banyak anak yang tidak sekolah. Namun dari mereka, ada yang tidak mau sekolah meskipun dia sudah memberikan fasilitas KJP.

"Karena sudah terlanjur lama tidak sekolah, merekrut mereka sebagai pegawai harian lepas. Bekerja jadi tukang di perumahan dengan gaji UMP dapat sertifikat. Dinas-dinas kebersihan lingkungan, perumahan, PU dalam rangka menampung mereka yang tidak punya kerjaa, dilatih dapat setifikat," jawab Ahok.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

Debat pun terjadi. Anies menilai Ahok memiliki kesamaan dengannya. Namun perbedaannya adalah Anies tidak terpatok pada pemerintah tapi akan melibatkan civil society dan pihak swasta.

Mendengar argumentasi itu, Ahok membantah. Dia mengaku tidak paham kenapa dinilai tidak melibatkan swasta. Padahal, langkah itu sudah dia lakukan. Tapi Anies tetap bersikukuh ada perbedaan soal tersebut.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Kedua, masalah reklamasi. Pada ronde ini, Ahok bertanya pada Anies tentang bagaimana sikap mantan Menteri Pendidikan itu terhadap Pulau M yang sudah terlanjur jadi, dan sikapnya pada Keppres yang mengatur kebijakan itu serta soal membatakan 1,2 juta tenaga kerja.

Menurut Anies, reklamasi adalah soal keberpihakan kepada siapa. Dia menuturkan Keppres 52 tahun 1995 pasal 4, memberi gubernur kewenangan.

"Ketika saya gubernur saya akan memanfaatkan otoritas ini untuk rakyat banyak bukan sekolompok orang tapi kepentingan publik. Dua, rekalamsi sekarang dijakanlan beda yang ada di Keppres, bentuknya, ada bentuknya. Sekarang berbeda sekali," kata Anies.

Ahok pun meminta Anies tidak membohongi masyarakat. Disebut demikian, Anies kemudian menyindir nasib warga Bukit Duri yang paham akan arti kebohongan dalam kampanye.

Dia menegaskan kepentingan warga Jakarta akan dia lindungi. Dia tidak ingin Jakarta banjir.

"Airnya dipercepat ke laut di depan laut di siapkan pulau-pulau untuk menampung air, efeknya balik ke Jakarta. Kita akan merasakan banjir di tempat ini," kata Anies.

Lalu soal lapangan pekerjaan, Anies menilai tidak perlu reklamasi tapi rehabilitasi 13 sungai, pantai-pantai di Jakarta Utara. Langkah itu justru bisa menyerap tenaga kerja yang jauh lebih banyak.

"Begitu kita membangun pulau-pulau di sana lalu menjadi pemukiman yang mewah, yang pasti memiliki bukan nelayan yang hadir di sini, mereka hanya menonton," katanya.

Ketiga, Anies bertanya soal bagaimana strategi Ahok membangun persatuan di Jakarta. Ahok kemudian menyindir Anies yang tidak pernah menjadi bupati dan anggota DPR atau DPRD.

Dia menyampaikan kunci dia berhasil menjadi bupati dan kemudian Gubernur DKI Jakarta adalah adil, tidak terima suap dan tidak berpihak. Menurut Ahok, sejumlah program dan kebijakannya cukup adil. Dia juga menilai Anies kurang informasi soal keadilan yang dia lakukan dan sudah dinikmati warga Jakarta.

Di sini perdebatan terjadi. Anies menilai cukup unik jika dikatakan Jakarta sudah adil. Dia pun meminta Ahok mengunjungi Krukut yang terjadi banyak ketimpangan sosial.

Dan terakhir, Ahok bertanya mengenai program DP nol rupiah, dan tentang syarat warga dengan penghasilan 7 juta dan 3 juta.

"Nyuwun sewu, mbok menawi pemahaman Pak Basuki radi keliru," kata Anies dalam bahasa Jawa, memulai jawabannya.

Dia mengatakan bahwa konsep DP nol rupiah adalah soal pembiayaan bukan pembangunan. Menurutnya, pihaknya nanti akan melakukan pembiayaan sedangkan pembangunan bisa dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Tapi Ahok merasa jawaban itu tidak menjawan pertanyaannya.

"Saya tidak menemukan jawaban, ini retorika," kata Ahok.

Setelah rangkaian perdebatan itu, Ira Koesna kemudian menlanjutkan dengan segmen penutup. Dia meminta para pasangan calon meredakan ketegangan di masyarakat yang terjadi akibat Pilkada DKI Jakarta ini.

Djarot yang diberi kesempatan pertama mengaku akan menelpon Anies dan Sandi, menggandeng siapapun untuk diajak bicara apapun hasilnya. Entah menang atau kalah.

"Apapun pilihan bapak ibu kita tetap bersaudara. Kita pelayan warga. Tokoh-tokoh masyarakat kita datangi untuk Jakarta milik kita bersama, wajib kita jaga bersama," kata Djarot.

Selanjutnya...Saling Minta Maaf

Saling Minta Maaf

Sementara itu, Anies mengatakan bahwa kebencian pada suatu kaum tidak boleh menjadikan siapapun berbuat tidak adil. Karena bagi dia, adil mendekatkan pada taqwa.

"Kami memimpin Jakarta adalah gubernur semuanya. Apa pun pilihannya kemarin, tak penting. Kami adalah gubernur semua, lintas agama, etnis, bahasa. Semuanya diperlakukan sama," kata dia.

Anies menuturkan tugas generasi sekarang adalah meneruskan Republik dan juga Jakarta. Bagaimana Indonesia tetap terbangun persatuan, kebhinekaannya.

Bagian paling akhir, dua pasangan calon diminta untuk meminta maaf atas perkataan atau perbuatan yang mungkin menyindir lawan. Baik Anies maupun Ahok lantas meminta maaf kepada lawan dan sejumlah pihak lainnya.

Kini, debat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua sudah berakhir. Masing-masing pasangan calon masih memiliki kesempatan untuk kampanye sampai 15 April 2017. Setelah itu, warga akan menentukan pilihan mereka pada 19 April 2017. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya