Melacak Jejak Misterius Pembunuh Akseyna
VIVA.co.id – Sudah dua tahun satu hari, kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, masih misterius. Polisi masih mengungkap jejak pembunuh mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut.
Kematian ini sulit diungkap karena pihak Polda Metro Jaya mengakui ada beberapa kendala yang menjadi faktornya. Salah satunya, usia kasus pembunuhan ini sudah lebih dari setahun sehingga sulit dianalisa.
"Kalau sudah setahun itu kan susah untuk dianalisa, tetap kita lakukan upaya yang intinya adalah scientific investigasi mengarah kepada dugaan pelaku," kata Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Direskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan, Senin, 27 Maret 2017.
Hendy menekankan faktor olah tempat kejadian perkara (TKP) di danau Universitas Indonesia saat awal dan sekarang jelas tak bisa disamakan. Lamanya waktu dan TKP yang memburamkan jejak pelaku menjadi kendala mengungkap pembunuh pemuda yang akrab disapa Ace itu. Ace ditemukan tewas di danau UI pada Kamis, 26 Maret 2015.
Dalam pengungkapan kasus, Hendy menjelaskan ada yang harus diusut dalam asumsi waktu, asumsi pelaku, sampai modus operandi. Terkait pengungkapan kasus ini, dikatakannya, polisi berhati-hati. Apalagi, di awal kasus sempat mencuat bahwa kasus ini diduga karena bunuh diri.
"Mengungkap perkara itu mesti dilihat dari asumsi pelaku, asumsi modus asumsi, ada asumsi waktu, bagaimana modus operandi. Semua ini dikaitkan dengan alat bukti yang memperkuat untuk menemukan benang merah," lanjut Hendy menjelaskan.
Adapun Kriminolog Universitas Indonesia, Kisnu Widagso, mengatakan, belum terungkapnya kasus kematian Ace karena tak semua kasus dapat mudah diungkap kepolisian. Diakuinya, faktor TKP yang diduga sudah rusak atau tak steril bisa membuat polisi sulit untuk mengungkapnya. Pasalnya, saat ditemukan mayat Ace, banyak masyarakat yang lalu lalang di sekitar TKP.
"Pertanyaannya faktor apa sih kasus sulit atau mudah diungkap, rumus standar adalah seberapa integritas TKP artinya jangan dirusak. Apakah TKP utuh atau sudah rusak. Apakah pelaku meninggalkan jejak memadai untuk dilakukan pengembangan," kata Kisnu ketika dihubungi VIVA.co.id, Minggu 26 Maret 2017
Kata Kisnu, kesulitan polisi mengungkap masih dimaklumi karena Ace tewas di danau yang ada air dan hal itu dapat merusak bukti-bukti yang ada.
"Kalau kita bercermin kepada kasus kan dia berada di danau. Ada air, sifat air cenderung merusak bukti yang ditinggalkan. Jadi memang tidak gampang," ujar Kisnu.
Selanjutnya...Tantangan Polisi
***
Tantangan Polisi
Mengusut kematian Ace menjadi pekerjaan rumah bagi pihak Polda Metro Jaya. Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Direskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan, mengatakan, kasus Ace jadi pekerjaan rumah bagi dirinya.
"Itu (kasus Ace) PR bagi saya, pertama saya menjabat. Kan concern saya ke Akseyna tetapi ada beberapa benturan misalkan dari olah TKP awal, kemudian pemeriksaan saksi yang sudah lama. Setelah diperiksa lama, berhenti, itu jadi problema sendiri ketika kita membuka kembali sebuah case (kasus)," kata Hendy.
Hendy mengatakan pihaknya akan bekerja keras untuk mengungkap kasus ini. Tim penyidik terus melakukan pengusutan agar menemukan titik terang yang mengarah ke jejak pelaku.
"Ini jadi tantangan polisi. Masih dalam proses investigasi oleh tim," lanjutnya.
Foto: Petugas kepolisian sedang melakukan penyelidikan di Danau Universitas Indonesia.
Hendy menambahkan ada beberapa analisa dalam kasus ini yang pembuktiannya harus dilakukan secara scientific investigasi.
"Kita lakukan upaya yang intinya adalah scientific investigasi mengarah kepada dugaan pelaku," ujarnya.
Kemudian, dari analisa barang bukti ditemukan surat wasiat. Dari penelitian pakar yang merupakan ahli grafologi, diperoleh informasi adanya perbedaan karakter penulisan di surat wasiat tersebut. Selain saksi, pihak Polda sudah mendatangkan ahli untuk membantu mengungkap kasus ini.
"Dalam kesimpulan ahli itu ada dua penulis yang berbeda tetapi berbedanya ini siapa kan kita harus cari pembanding. Nah, ini yang kita harus intens untuk mencari pembanding siapa penulis yang memodifikasi tulisan tersebut," jelasnya.
Dalam perkembangan kasus ini, polisi sudah melakukan pemeriksaan sebanyak 13 saksi, yang terdiri dari keluarga, teman kuliah dan indekos Ace.
"Sampai sekarang sudah 13 saksi. Itu sudah dari keluarga, teman," katanya.
Untuk mengungkap kasus ini, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan rencana memanggil saksi lain yang bisa menambah keterangan.
Selanjutnya...Suara Hati Sang Ayah
***
Suara Hati Sang Ayah
Belum terungkapnya kasus kematian Ace membuat ayah almarhum, Kolonel Sus Mardoto, miris. Ia menilai pihak kepolisian lamban dalam mengungkap kasus kematian putranya.
"Hari ini maupun bulan kemarin belum ada perkembangan apapun, agak lambat ya?" kata Sus Mardoto, Sabtu, 25 Maret 2017.
Dijelaskan dia, pihak keluarga terus menjalin komunikasi dengan pihak kepolisian untuk mengetahui perkembangan kasus anaknya. Meski sudah mengikhlaskan kematian putranya, tapi dia berharap pihak aparat kepolisian bisa menemukan titik terang kasus ini.
"Yang kami rasakan secara manusiawi memang setiap orang akan menemui kematian. Saya ikhlas dia di sana biar lapang. Yang kami masalahkan kasusnya kok tidak terasa perkembangannya. Bukannya bukti-bukti petunjuk di awal sudah banyak ditemukan oleh kepolisian," tutur Mardoto saat dikonfirmasi, Senin 27 Maret 2017.
Ia pun menyayangkan sikap polisi yang sempat mengambil kesimpulan kematian anaknya karena diduga bunuh diri tanpa dilakukan penyelidikan. Ia juga menilai TKP tempat putranya ditemukan tewas sudah tak steril sehingga mempengaruhi pengungkapan kasus.
"TKP berantakan di danau dan di kosan juga sudah dimasuki oleh rombongan yamg mengaku teman anak saya. Ini menjadi seperti memburamkan penyidikan. Tentunya ini harus dibalas dengan penyidikan yang lebih kuat untuk membalas kesalahan awal," ujarnya.
Untuk mengungkap rasa penasarannya, Mardoto pun aktif berkomunikasi dengan Kapolresta Depok, Komisaris Besar Herry Heryawan, untuk menanyakan dua hal terkait kasus tersebut.
"Yang pertama saya tanyakan perkembangannya, kemudian yang kedua saya minta izin untuk mengambil barang-barang anak saya di kosannya," ujar Mardoto.
Foto: Keluarga mendatangi indekos Akseyna di Beji, Depok, Sabtu (25/3/2017).
Pihak keluarga pada Sabtu, 25 Maret, juga sudah mendatangi kamar indekos almarhum di kawasan Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu, 25 Maret 2017. Dua tahun kematian Ace yang belum terungkap, tak membuat pihak keluarga surut mencari tahu perkembangan kasus ini.
Kedatangan keluarga ke kamar indekos almarhum Ace bisa dilakukan setelah mendapatkan izin dari kepolisian. Sebelumnya, pihak kepolisian belum mengizinkan kamar indekos untuk didatangi karena untuk proses penyelidikan. Maka saat mendatangi kamar indekos, pihak aparat kepolisian turut mengawal.
"Kami ambil barang-barang ini bukan untuk menyerah atau apa atas kasus ini. Justru kami begini untuk melecut kembali agar kasus ini bisa segera terungkap," kata kakak kandung korban, Arfila Ahad Dori, Sabtu 25 Maret 2017.
Ada beberapa barang yang dibawa pihak keluarga seperti buku-buku kuliah, perlengkapan makan hingga pakaian. Setelah dikumpulkan, barang-barang milik almarhum disimpan keluarga di dalam koper.
"Ya semuanya kami bawa, yang bisa bermanfaat. Ini semua (barang) yang biasa digunakan anak kosan lah," ujarnya.