Ketika Pertamina Dipimpin Mantan Bos Perkebunan

Elia Massa Manik
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA.co.id – Pucuk pimpinan PT Pertamina, kini telah terisi. Presiden Joko Widodo menyerahkan amanatnya untuk mengelola perusahaan pelat merah di bidang minyak dan gas bumi tersebut kepada Elia Massa Manik. 

Siapa sebenarnya Elia? Dirangkum VIVA.co.id, dari berbagai sumber, dia diketahui memulai kariernya di PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan kemudian bergabung dengan Suez Grup pada 2001. Dia juga sempat bergabung dengan PT Kiani Kertas dan PT Jababeka Tbk.

Tidak hanya itu, Elia juga pernah menjadi CEO PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia. Namun, kariernya cemerlang sejak bergabung di PT Elnusa sebagai presiden direktur pada 2011 hingga 2014. Di anak usaha Pertamina itu, dia disebut-sebut berhasil menyehatkan perusahaan jasa migas itu.

Sebelum ditunjuk Jokowi menjadi Direktur Utama (Dirut) Pertamina, Elia menjabat sebagai Dirut PTPN III yang kini menjadi Holding, atau induk dari 14 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor perkebunan. Ia juga disebut-sebut berhasil merestrukturisasi perusahaan di sektor perkebunan tersebut.

Elia diangkat menjadi dirut melalu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina, yang akhirnya digelar pada Kamis 16 Maret 2017, setelah hampir dua bulan kursi dirut ditempati oleh pelaksana tugas Yenni Andayani menggantikan dirut sebelumnya Dwi Soetjipto . Rapat itu menghasilkan surat keputusan Nonor SK-52/MBU/03/2017 tentang Pengangkatan Anggota Direksi PT Pertamina. 

Mengapa Elia?

Sebagai perusahaan besar, secara teknis Pertamina memiliki kemampuan dan kapasitas yang tidak diragukan lagi untuk menjadi yang terdepan di bidangnya. Namun, juga diperlukan manajemen yang solid untuk mewujudkan hal tersebut. 

Seperti diketahui, dasar pemerintah memutuskan  merombak pucuk pimpinan Pertamina, karena diduga ada dualisme kepemimpinan, atau ‘matahari kembar’ antara Dwi Soetjipto yang kala itu menjabat dirut dengan Ahmad Bambang sebagai wakil dirut. 

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN, Gatot Trihargo mengatakan, dari kandidat yang ada, Elia dinilai paling bisa dipercaya. Terutama, dalam dalam menjaga soliditas sebagai perusahaan energi nasional tersebut. 

Terlebih lagi, Elia terbukti mampu memiliki segudang pengalaman membenahi manajemen perusahaan dan memimpin holding perusahaan perkebunan yang terdiri dari 14 perusahaan, sehingga menjadi sehat dari sisi bisnis. 

Gatot menjabarkan, selama kurun waktu 2016 hingga Maret 2017, Holding Perkebunan telah melaksanakan berbagai langkah pembenahan, baik dari aspek operasional, finansial dan teknologi. 

"Hingga sumber daya manusia, untuk meningkatkan kinerja perusahaan," tutur Gatot di kantor Kementerian BUMN, Kamis 16 MAret 2017. 

Pembenahan yang dilakukan manajemen Holding Perkebunan Nusantara itu, sambung dia, telah mengembalikan kepercayaan lembaga perbankan dan hal itu menjadi modal yang baik untuk terus meningkatkan kinerja seluruh anak usaha.

Sebelumnya, di Elnusa sebagai President and CEO pada Juli 2011 hingga Mei 2014, Elia pun dinilai berhasil melakukan restrukturisasi perusahaan. Anak usaha Pertamina di bidang jasa migas tersebut, akhirnya mampu mencetak laba dan meningkatkan kapitalisasi pasar dari sebelumnya dalam kondisi merugi. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal senada. Elia, menurutnya, memiliki pendekatan lain dalam membuat suatu perusahaan untuk maju. Pendekatan itu yang tidak dimiliki oleh kandidat lainnya. 

"Dia ahli dalam bidang restrukturisasi dan tegas, saya kira punya hati. Kita lihat saja, nanti hasilnya," ujar Luhut di kantornya, Kamis 16 Maret 2017.

Berikutnya, tamparan untuk Pertamina>>>

Tamparan untuk Pertamina

Pemilihan Elia sebagai Dirut Pertamina di luar ekspektasi banyak pihak. Sebagian besar publik berpendapat, sosok yang paling tepat untuk menggantikan Dwi Soetjipto berasal dari internal Pertamina di masa kepemimpinan Dwi. 

Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, ketika berbincang dengan VIVA.co.id berpendapat, meskipun pernah menjabat di Elnusa beberapa tahun lalu, dipilihnya Elia yang notabennya berasal dari eksternal Pertamina, menandakan ada yang tidak beres pada manajemen Pertamina yang dipimpin Dwi Soetjipto. 

"Saya kira, ini tamparan keras bagi orang-orang yang ada di Pertamina. Bagaimana bisa dia orang-orang yang lebih ahli dari sisi kapasitas di Pertamina, justru dipimpin dari luar dan bakcground-nya juga tidak sama dengan bisnis yang digeluti," ungkapnya, Kamis 16 Maret 2017. 

Terlebih lagi, menurutnya, prestasi Elia di Holding Perkebunan tidak sebagus yang disampaikan ke publik. Sebab, meskipun dengan pembenahan manajerial perusahaan yang baik, sehingga bisa kembali dipercaya perbankan, Elia meninggalkan Holding Perkebunan dengan utang yang tidak sedikit.

"Sebetulnya, beliau ini memimpin Holding PTPN III, perusahaan dia itu punya kerugian Rp800 miliar, lalu ditinggalkan ngutang Rp33 triliun. Bagaimana bisa, ini kok orang yang track record bermasalah seperti ini bisa menjadi pemimpin perusahaan tebesar BUMN di Indonesia," tambahnya. 

Selain itu, menurutnya, modal pengalaman Elia yang pernah menjabat sebagai Bos Elnusa tidak cukup banyak untuk bisa membenahi permasalahan yang ada di Pertamina saat ini. 

"Kelas El Nusa itu mungkin, sama seperti cicit perusahaan PT Pertamina. Jadi, saya kira yang ambil keputusan tersebut, yang punya masalah. Kecuali, dia ada kepentingan dibanding harus mencari sosok tepat untuk memimpin Pertamina," tegasnya. 

Misi terselubung

Dalam konferensi pers yang digelar Pertamina usai pelaksanaan RUPS, Kamis16 Maret 2017 di kantor Pertamina. Elia mengaku masih memiliki pengetahuan yang minim di bidang energi industri migas. 

Namun, amanat ini merupakan tantangan yang harus dipenuhinya sebagai seorang profesional. Sebab, bidang ini dinilai merupakan salah satu kunci perkembangan ekonomi Indonesia. 

"Karena energi ini, menurut saya sangat krusial dan menantang. Kalau bicara secara makro, energi ini adalah sesuatu yang paling utama. Kalau energi ini enggak beres, pengembangan industri kita tertahan," kata dia.

Dia pun menyampaikan, langkah pertama yang akan dilakukan di masa kepemimpinannya adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

"Bagaimana kita menata yang namanya SDM kita, tak hanya sistem, struktur, tetapi juga bagaimana menumbuhkan yang namanya kondisi SDM yang lebih holistik, sehingga kita bisa lebih bersaing ke depan dengan kemampuan manajerial yang jauh lebih baik," tutur Elia.

Karena, menurut dia, di dalam dunia yang bergerak lebih cepat, dibutuhkan SDM yang tahan banting dan berkualitas. Jika hal tersebut bisa terwujud, pencapaian kinerja dapat sesuai dengan yang ditargetkan.

"Intinya. Pertamina yang harus bisa menghadapi volatile environment yang mungkin akan lebih dahsyat ke depan. Jawabannya itu hanya satu, yaitu manusianya yang andal," kata Elia. 

Untuk membenahi SDM, dia mengatakan, segala konsekuensi akan diterimanya dengan lapang dada jika permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan di masa kepemimpinannya. 

"Jadi, kan ini perusahaan sudah bagus, kalau saya melenceng, tentu saya ditegur saja. Kalau perlu saya dipecat, pecat saja jika melenceng," tegasnya. 

Lebih lanjut, dia menegaskan, tidak terafiliasi dengan partai politik manapun dalam menjalankan tugasnya di Pertamina.

"Saya hanya dari kalangan profesional. Jadi, saya kira komitmen itu akan saya pegang," terangnya. (asp)

Sah! Simon Aloysius Mantiri Jadi Dirut Pertamina Gantikan Nicke Widyawati
Gedung ANTAM (Aneka Tambang)

Eks Dewan Pakar TKN Prabowo Ditunjuk Jadi Komisaris Utama Antam, Simak Sosoknya

Kementerian BUMN mengangkat Rauf Purnama sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias Antam.

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024