Duka dari Zona Merah Gempa Aceh
- ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
VIVA.co.id – Gempa tektonik berkekuatan 6,5 skala richter mengguncang wilayah Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu, 7 Desember 2016, sekitar pukul 05.03 wib. Guncangan gempa merobohkan bangunan dan menyebab puluhan warga meninggal dunia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) menyampaikan hasil pemantauan, bahwa gempa berjarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga pukul 15.00 wib kemarin, korban meninggal akibat gempat berjumlah 94 jiwa. Hampir seluruh korban ditemukan dalam keadaan tertimbun reruntuhan bangunan. Sebanyak 91 jiwa berasal dari Kecamatan Pidie Jaya, dua dari Bireuen dan satu korban dari Pidie. Sedangkan luka berat berjumlah 128 jiwa, luka ringan 489 jiwa.
"Data jumlah korban jiwa maupun luka-luka dipastikan akan terus bergerak naik. Ini dikarenakan kerusakan yang disebabkan oleh gempa cukup masif," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 7 Desember 2016.
Kerusakan akibat dampak gempa menyebabkan 161 rumah rusak berat. Sebanyak 105 ruko dan bangunan publik, 14 masjid, satu sekolah dan satu rumah sakit rusak. Sejumlah ruas jalan nasional dan jembatan juga mengalami kerusakan. Dampak gempa yang tidak berpotensi tsunami ini paling besar dirasakan warga di Kecamatan Pidie Jaya, Meureudu, Trienggadeng dan Samalanga. Berdasarkan informasi, masih banyak warga yang terimpa reruntuhan dan belum berhasil divekuasi.
Presiden Jokowi yang menerima laporan kejadian gempa ini langsung menginstruksi seluruh aparat untuk bergerak sesuai dengan otoritasnya guna melakukan tanggap darurat bencana di Aceh. Presiden juga mengutus Kepala Staf Presiden, Teten Masduki ke lokasi bencana.
"Sudah saya perintahkan seluruh aparat bergerak. Akan kami ikuti terus," kata Jokowi, di Istana Negara, Jakarta.
Hari ini, Kamis, 8 Desember 2016, Presiden dijadwalkan mengunjungi lokasi bencana di Aceh setelah dari Bali. Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah daerah dan pusat sudah menyiapkan semua kebutuhan untuk evakuasi korban dan warga yang berada di pengungsian.
Pangdam Iskandar Muda, Mayjen Tatang Sulaiman yang berada di lokasi menambahkan, pencarian korban akan fokus pada bangunan yang roboh di Kecamatan Pidie Jaya, Meureudu, Trienggadeng dan Samalanga. "Reruntuhan ruko dan penginapan di Samalanga," katanya.
Alat berat telah dikerahkan untuk mencari korban yang tertimbun reruntuhan. BPBD setempat dibantu TNI, Polri, dinas-dinas terkait, relawan terus melakukan pencarian dan evakuasi. Pemerintah melalui Kementerian Sosial juga sudah menyiapkan berbagai bantuan logistik bagi korban. Sebanyak 740 personel TNI berada di lokasi terdampak untuk membantu evakuasi. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri ikut dikerahkan untuk mengindentifikasi korban. Tenaga medis dan obat-obatan dari daerah-daerah sekitar Pidie Jaya juga sudah dikerahkan.
Ketua DPR RI Setya Novanto berharap kepada seluruh stakeholder dan pihak-pihak yang selama ini memiliki kewenangan langsung maupun tidak langsung dalam penanganan musibah untuk segera bertindak, khususnya mengantisipasi juga kemungkinan gempa susulan.
Ia juga akan mengkoordinasikan penanganan musibah ini dengan komisi-komisi di DPR RI yang terkait. Agar segala bentuk antisipasi dan bantuan lebih bisa dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran dan tujuan kepada mereka yang membutuhkan.
"Tentu saja kita berharap tidak ada lagi kejadian yang sama ke depannya. Karena itu, deteksi dini atas berbagai peristiwa yang bisa menimbulkan korban jiwa sangat penting untuk kita perhatikan," kata Novanto.
Warga Masih Khawatir
Gempa darat yang terjadi di Pidie jaya memang menyebabkan daya rusak yang mengkhawatirkan meski terjadi hanya 15 detik. Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, sejak gempa awal, hingga siang telah terjadi 11 gempa susulan dengan kekuatan paling besar 4,8 SR. Tampak bahwa tren kekuatan gempabumi susulan semakin kecil,
"Trend magnitudo makin mengecil. Mohon masyarakat Pidie Jaya tetap tenang dan jangan terpancing isu," katanya.
Namun begitu, warga masih tidak berani kembali ke rumah. Selain di tenda pengungsian, banyak warga yang bermalam di masjid dan kantor instansi pemerintahan. Tapi ditegaskan Daryono, gempa susulan wajar dan harus terjadi pasca gempa signifikan. Karena, deformasi batuan yang terjadi saat gempa mengguncang, perlu gaya untuk proses stabilisasi setelah patahan yang cukup besar terjadi.
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Berdasarkan peta tataan tektonik Aceh tampak bahwa di zona gempabumi memang terdapat struktur sesar mendatar. Analisis BMKG yang menunjukkan bahwa gempabumi Pidie Jaya dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar, atau strike-slip fault.
Dugaan kuat, sesar aktif yang menjadi pembangkit gempabumi ini adalah Sesar Samalanga-Sipopok Fault yang jalur sesarnya berarah barat daya menuju timur laut. Karena terjadi akibat pergerakan sesar lokal. Belum tentu mempengaruhi Sesar Sumatera Besar atau Great Sumatera Faul. Sesar Samalanga satu dari sekian banyak sesar yang berada di sekitar Sesar Sumateara.
Ahli gempa bumi, Cecep Subarya, ikut menegaskan titik gempa yang terjadi di Pidie Jaya ini berada pada sesaran retakan kecil yang berada di sekitar Sesar Sumatera. Sesar lokal yang berada di sekitar patahan yang juga sering disebut sesar Semangko memang banyak sekali. Selain di Aceh, juga berada di daerah Bukittinggi, Solok dan Sijunjung.
Aceh Masuk Zona Merah Gempa
Setidaknya berdasarkan sejumlah pranala, ada delapan gempa besar tercatat yang pernah menghantam Pulau Sumatera sepanjang tahun 2004-2016. Pada 2004, gempa hebat mengguncang pesisir barat Sumatera dan menghantam dengan kekuatan 9,1 skala richter. Gempa ini dilaporkan terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf.
Bahkan gempa ini juga tercatat terlama, karena mencapai waktu 10 menit dan membuat seluruh wilayah di bumi bergeser hingga 1 sentimeter. Lebih parahnya lagi, gempa ini melahirkan gelombang tsunami puluhan meter dan menyapu bersih Aceh, Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura hingga Maladewa.
Gempa ini secara total menewaskan ratusan ribu orang, dan Aceh terbanyak korban dengan jumlah perkiraan lebih dari 300 ribu orang dan meluluhlantakkan lebih dari 500 ribu bangunan. Gempa terjadi karena geseran Sesar Sumatera Besar atau Great Sumatera Faul yang diperkirakan terpanjang di dunia.
Kepala Badan Geologi Ego Syachrial mengatakan kawasan Aceh memang termasuk dalam zona merah. Dalam peta kebencanaan, banyak pemukiman di Aceh terdapat di atas patahan aktif.
"Kita mengatakan merah memang di Aceh ini. Rawan bencana, apalagi Aceh menjadi salah satu ujung pergerakan lempeng ini (aktif).
Dengan gempa yang terjadi saat ini, yang harus dilakukan Pemerintah adalah mengurangi risiko bencana sebelum bencana terjadi. Pemerintah Indonesia mesti membuatkan ketentuan tegas terkait penyebaran pemukiman warga yang berada di jalur gempa. Langkah ini penting dipikirkan agar ketika terjadi bencana maka korban jiwa dapat diminimalisir. Saat ini, ada 148 juta jiwa tinggal di pemukiman yang dibangun di kawasan rawan gempa. Masyarakt juga perlu ditingkatkan kemampuan mitigasi mereka. Sebab orang Indonesia masih belum memiliki budaya sadar bencana yang baik.