'Seribu' Jalan Misi Planet Mars
- www.exploration.esa.int
VIVA.co.id – Planet Mars memang masih punya daya tarik bagi peneliti antariksa. Planet tetangga Bumi itu kian hari membuat kepala ilmuwan antariksa kian penasaran.Â
Mereka penasaran sejauh mana lingkungan Mars bisa mendukung upaya koloni manusia di masa depan. Maka tak heran para ilmuwan dari berbagai negara berlomba-lomba mengirimkan misi ke Mars, semuanya punya satu titik temu, ingin mengungkap potensi kehidupan di Planet Mars.Â
Misi eksplorasi ke Planet Mars yang paling anyar yaitu misi ExoMars, yang merupakan kolaborasi dari Badan Antariksa Eropa (ESA), Badan Antariksa Italia (ASI) dan Badan Antariksa Federal Rusia (Roscosmos). Misi tersebut ingin mencari kehidupan di Planet Merah yang dijadwalkan pada 2018.
ExoMars diluncurkan dari Bumi pada 14 Maret 2016. Misi ExoMars menghubungkan dua pesawat antariksa yaitu Trace Gas Orbiter (TGO) dan pendarat Schiaparelli. Pesawat pertama bertugas untuk mengorbit Planet Merah sedangkan pesawat terakhir bertugas sebagai pesawat pendarat di Planet Mars.Â
Begitu mendarat aman di permukaan, recananya Schiaarelli langsung menjalankan tugas mempelajari kecepatan angin, arah, kelembapan, tekanan, suhu udara dari Mars. Hasil pengukuran itu akan dikirimkan ke TGO yang mengorbit Mars
Misi untuk pendaratan ke Planet Mars memang bukan misi yang mudah. Direktur Umum ESA, Jan Woerner di Pusat Kendali Misi ExoMars ESA di Darmstadt, Jerman mengatakan, untuk menerbangkan misi ke Mars adalah tantangan yang sangat besar.Â
"Untuk sampai aman di orbit juga merupakan tantangan yang sangat besar," jelas Woerner dikutip dari Space.
Hal senada juga diakui oleh Badan Antariksa AS (NASA). Direktur Divisi Ilmu Planet NASA, Jim Green, mengatakan, pendaratan pesawat antariksa di Mars merupakan tantangan yang sangat besar. Untuk itu dia mengatakan, NASA sangat respek dan mengagumi ambisi dari peneliti ESA dalam misi ExoMars tersebut.Â
Tantangan berat itu memang akhirnya terbukti. Begitu dilepaskan dari pengorbit TGO pada 16 Oktober 2016, pendarat Schiaparelli akhirnya memasuki lapisan atas atmosfer Mars. Usai melewati atmosfer atas tersebut, pendarat itu terkonfirmasi kemudian melepaskan parasut dan 'baju' pelindung berupa perisai panas.Â
Momen ini memang menentukan, momen yang disebut dengan ‘teror’ enam menit itu berjalan lancar, Schiaparelli terkonfirmasi mulus melalui fase pertama tersebut. Semuanya terasa berjalan lancar.Â
Selanjutnya pendarat tersebut bersiap menuju ke permukaan Mars. Di sini tantangan menanti, semenit menjelang sampai permukaan Mars, peneliti ESA hilang kontak dengan pendarat tersebut.Â
Sampai sejauh ini, peneliti ESA mengaku belum bisa memastikan nasib pendarat tersebut. Apakah memang sudah menginjakkan di permukaan Mars atau belum.Â
Saat ini tim ESA butuh waktu untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada Schiaparelli dan menemukan pendarat itu di permukaan dengan menggunakan citra dari pengorbit Mars, misalnya pengorbit NASA, Mars Reconnaissance Orbiter.
Misi pendaratan Schiaparelli tergolong penting, sebab data yang dikumpulkan pendarat itu berguna bagi misi pendaratan kendaraan penjelajah ExoMars yang dijadwalkan berlangsung pada 2020.Â
Selain itu, data dari Schiaparelli juga penting bagi NASA dalam meluncurkan misi Mars 2020 dan Mars Insight.Â
Riwayat pendarat di Mars
Pernyataan misi eksplorasi ke Mars sangatlah menantang memang benar adanya. Sebab misi pengiriman ke Planet Merah seringkali berakhir dengan kegagalan, padahal biaya yang digelontorkan untuk misi ke Mars tidak sedikit dan tentunya persiapan dan penelitian yang panjang.Â
Menurut data yang dikutip dari Space, dari 40-an misi yang diluncurkan ke Mars sejak 1960-an, lebih dua pertiganya mengalami antiklimaks alias gagal, misalnya problem kegagalan komponen, gangguan roket, kesalahan teknis pada pesawat saat mendarat di permukaan Mars sampai pesawat hilang tak terdeteksi.Â
Bagi ESA, mereka bukan pertama kalinya meluncurkan misi ke Mars. ESA merasakan betul tantangan untuk mendaratkan misi ke permukaan Planet Merah itu. Seringkali misi ESA berakhir gagal. Misalnya, misi ESA melalui pendarat Beagle 2 pada 2003 lalu, berakhir dengan hilang.
Pendarat Beagle 2 buatan Inggris saat itu berhasil masuk atmosfer Mars, tapi kemudian mengalami kecelakaan saat pendaratan dan akhirnya hilang tanpa jejak. Belakangan penyelidikan ilmuwan menunjukkan kepadatan atmosfer di Mars menyebabkan parasut dan kantung udara Beagle 2 terlambat mengembang dan membuyarkan ambisi ESA.Â
Sebelum misi Beagle, tercatat dua misi pendaratan dari Uni Soviet pada 1970-an juga mengalami kegagalan. Pertama, misi pendarat Mars 2 menabrak permukaan Mars secara tak sempurna di cekungan Hellas, parahnya saat itu berbarengan dengan badai debu besar di seluruh Mars.Â
Tak kapok, Uni Soviet kemudian meluncurkan misi pendaratan Mars 3 pada 1971, misi ini mengalami problem yang sama, badai besar melana Mars saat pendarat Mars 3 mendarat di area Terra Sirenium. Meski berhasil mendarat, tapi usia Mars 3 hanya 20 detik saja, sebab setelah itu sinyal pendarat itu kemudian diam dan mati.Â
Kegagalan juga melanda NASA, pada Januari 1999, pendarat Mars Polar Lander mengalami kecelakaan sebelum mendarat di Kutub Selatan Planet Mars karena masalah kecacatan teknis.Â
Pencapaian terbaik Eropa dalam misi di Mars yaitu pengorbit Mars Express yang sudah ada di orbit Mars sejak 2003. Namun pencapaian Eropa itu sudah disamai oleh negara Asia, India yang telah mengirimkan pengorbit Mars, Mars Orbiter Mission (MOM) atau yang dikenal dengan Mangalyaan yang telah ada di orbit Planet Merah itu sejak 2014. Praktis ESA dalam hal ini masih gagal dalam misi pendaratan di permukaan Mars.
Sebaliknya misi pendaratan di permukaan Mars berhasil ‘dimonopoli' oleh NASA, meski sempat gagal dengan Mars Polar Lander.Â
NASA mengawali keberhasilan pendaratan di Mars paa misi Viking 1 pada 20 Juli 1976, satu dekade sebelumnya badan antariksa AS itu berhasil mengirimkan pengorbit Mariner 4 pada 1965. Mariner 4 saat itu memotret 21 foto permukaan kering dan berdebu Mars.
NASA makin ‘hoki’, mereka berhasil mendaratkan Viking 1, kemudian diikuti sukses pendaratan berikutnya, Viking 2 pada 3 September 1976. Empat tahun kemudian Viking 2 dinyatakan telah mati.Â
Selanjutnya NASA berhasil mendaratkan pendarat Mars Pathfinder Lander pada 4 Juli 1997. Pendarat ini merupakan pendarat mobile pertama yang berhasil berada di permukaan Mars.Â
NASA makin menunjukkan 'keperkasaannya' di permukaan Mars. Pada 4 Januari 2004, kendaraan pendarat seukuran mesin golf, Spirit, berhasil mendarat dan berhenti di Kawah Gusev, Planet Mars. Spirit mampu bertahan selama lebih dari enam tahun sebelum diam dan mati pada Maret 2010.Â
Sementara kembaran Spirit, Opportunity berhasil mendarat pada 25 Januari 2004 yang bertugas meneliti kawah di Mars. Pendarat ini bahkan mampu hidup di Mars sampai 12 tahun.Â
Sukses NASA terus berlanjut. Pendarat robotik Phoenix NASA berhasil mendarat mulus di permukaan Mars pada 25 Mei 2008.Â
Rekor sukses NASA dalam mendaratkan misi ke Mars tak berhenti. Pada 6 Agustus 2012, NASA mendaratkan robot pendarat Curiosity.Â
Berhasil di darat, NASA juga menjadi ‘raja’ di orbit Planet Mars. Tercatat pengorbit NASA yang mengelilingi Mars yaitu Mars Reconnaissance Orbiter, Mars Odyssey, dan Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission (Maven).Â
Asa tersisaÂ
Dilihat dari riwayat tersebut, maka tak heran kenapa peneliti ESA sangat berambisi dan berharap banyak pada keberhasilan dari pendaratan Schiaparelli. Namun sayang, misi tersebut, sejauh ini, kurang mulus. Pendarat hilang kontak tak jelas posisinya sampai kini.
Meski pesawat masih misterius posisinya, ESA yakin keberhasilan masuk ke atmosfer Mars membuka jalan misi pencarian kehidupan di Mars. Â
"Setelah peristiwa kemarin (berhasil masuk ke atmosfer Mars), kami memiliki pengorbit yang mengesankan di sekitar Mars, yang siap untuk mendukung misi kendaraan ExoMars pada 2020," kata Direktur Umum ESA, Jan Wörner.
Meski pesawat pendarat ESA itu sejauh ini masih hilang, untungnya peneliti ESA mengonfirmasi telah mengamankan data detik-detik terakhir sebelum hilang kontak. Selama Schiaparelli turun menuju permukaan Mars, data dari pesawat pendarat itu telah dikirimkan ke pesawat pengorbit TSO, yang berada di orbit Planet Mars. Saat ini data penting tersebut sedang dikirim ke pemantau di Bumi dan sedang dianalisis olah para ahli ESA.Â
Sinyal dari Schiaparelli saat sesudah menembus atmosfer berhasil ditangkap teleskop di India dan Mars Express berhenti sesaat sebelum pesawat diharapkan menuju tahap menyentuh permukaan Mars.Â
Nah, kini peneliti di pusat operasi ESA di Jerman sedang menganalisis data yang dikirimkan ke TSO maupun dari teleskop Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT), yang berada di Pune, India dan pengorbit Mars Express.
Sebagian data yang dianalisis telah mengonfirmasi pesawat pendarat itu telah masuk ke atmosfer dan turun menuju ke permukaan Mars, sesuai yang diharapkan.
Mengingat misi eksplorasi ke Mars sangat menantang, Direktur Divisi Ilmu Planet NASA, Jim Green, mengatakan, perlu adanya sebuah kolaborasi yang lebih luas guna memuluskan misi di permukaan Mars.
“Kolaborasi internasional serta kerja sama dengan industri swasta tetap menjadi elemen krusial dalam misi ke Mars dan selebihnya," ujar Green.