Ahok 'Main-main' dengan Kitab Suci
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Bukan Ahok bila tingkah dan ucapannya tak menuai kontroversi. Belum lama ini, pernyataannya, saat berdialog dengan warga Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada Selasa 27 September 2016, menjadi viral di media sosial.
Pria yang bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu sempat mengutip surat dalam kitab suci Alquran, Al Maidah ayat 51, saat berbicang dengan warga Kepulauan Seribu. Ahok berbincang terkait program pemberdayaan pembudidaya Ikan Kerapu.
Dalam rekaman video berdurasi 40 hingga 60 detik yang diunggah di media sosial, Ahok mengatakan bahwa program pemberdayaan kerapu di Kepulauan Seribu akan tetap berlanjut, meski Ia tak lagi terpilih menjadi Gubernur DKI.
Namun, di tengah-tengah pernyataannya itu, Ahok spontan mengutip surat Al Maidah yang kerap dijadikan dalih lawan politiknya untuk tidak memilih pemimpin nonmuslim. Berikut pernyataan lengkap Ahok di Kepulauan Seribu yang mengutip ayat kitab suci Alquran:
"Enggak usah khawatir. Saya berhenti Oktober 2017. Dengan program yang baik pun, bapak masih bisa panen dengan saya, kalau saya tidak terpilih jadi gubernur. Jadi, saya cerita ini supaya bapak ibu semangat. Jadi, bapak ibu enggak usah berpikiran, 'ah nanti kalau Ahok enggak kepilih, pasti programnya (pemberdayaan pembudidaya kerapu) bubar'. Enggak. Saya jamin sampai Oktober 2017. Jadi, jangan percaya sama orang. Kan, bisa saja dalam hati kecil, bapak ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongi (orang) dengan surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak bapak ibu. Kalau bapak ibu merasa enggak bisa pilih karena takut masuk neraka, oh enggak apa-apa. Karena ini panggilan bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi, bapak ibu enggak usah merasa enak, karena nuraninya enggak bisa pilih Ahok. Kalau kerasa enggak enak, bapak ibu bisa mati pelan-pelan lho."
Simak video lengkap Ahok kutip Al Maidah di tautan ini.
Ahok tak menyadari pernyataannya itu, kemudian mengundang reaksi keras dari berbagai kalangan. Banyak pihak yang menudingnya telah melakukan penistaan agama, karena mengutip surat Al Maidah yang dikaitkan dengan kebohongan dan pembodohan, agar umat muslim tidak memilih pemimpin dari kalangan nonmuslim.
Pernyataan Ahok yang kerap mengutip ayat Alquran, bukan kali ini saja. Dalam beberapa kesempatan, Ahok juga mengutip ayat 51 dalam surat Al Maidah, yang menurutnya selalu dijadikan dalih sebagian kalangan muslim untuk tidak ingin memilihnya kembali sebagai gubernur. Ayat 51 surat Al Maidah itu berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin mu sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim".
Ahok meminta lawan-lawan politiknya beradu program dengannya, bukan sekadar menyebarkan larangan untuk memilih dirinya dengan mengandalkan ayat 51 surat Al Maidah.
Penistaan agama
Gara-gara itu pula, Ahok dilaporan banyak pihak ke Kepolisian atas tuduhan penistaan agama. Mulai dari Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), Pemuda Muhammadiyah, Hizbut Tahrir, FPI (Front Pembela Islam), DDII (Dewan Dakwah Islamiah Indonesia), Forum Anti Penistaan Agama (FUPA) hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI), turut melaporkan Gubernur DKI Jakarta itu.
Anggota ACTA, Novel Bamukmin yang juga anggota FPI, menganggap Ahok telah melakukan penistaan agama dengan mempermainkan tafsir Alquran. Pihaknya melaporkan Ahok dengan Pasal 156a KUHP jo Pasal 4 UU No. 1/PNPS Tahun 1965 dan UU Informasi dan Transaksi Eletronik (UU ITE)
"Bukan lagi masalah hukum. Ini masalah agama, yang umat Islam wajib melawan. Ahok ini sudah berat, sudah terang-terangan menjurus mengatakan kalau umat Islam dibohongi Alquran," kata Novel di Gedung MK, Jakarta, Kamis 7 Oktober 2016.
Sekretaris PP Muhammadiyah Pedri Kasman dalam keterangan persnya mengatakan, pelaporan terhadap Ahok yang kini mengajukan diri menjadi calon pada Pilkada DKI 2017, itu dilakukan karena diduga menghina ayat Alquran.
Pedri mengutip pernyataan Ahok dalam pertemuan dengan warga Kepulauan Seribu pada 27 September 2016, Ahok meminta masyarakat, agar tidak "dibohongi" menggunakan surat Al Maidah ayat 51.
"Apa yang dilakukan Ahok, terang merupakan bentuk penghinaan dan penistaan bagi Islam, dan jelas Ahok telah melakukan penistaan terhadap Islam. Bukan hanya itu, apa yang dilakukan Ahok mencerminkan bahwa dia telah menghina Pancasila sebagai dasar negara," jelas Pedri di Jakarta, Jumat 7 Oktober 2016.
Pancasila sendiri, menghargai keberagaman dan kebhinekaan. Justru Ahok, kata Pedri, merusak kebhinekaan tersebut dengan mengeluarkan pernyataan itu.
"Siapa pun orangnya dan apapun agamanya, wajib menjunjung tinggi kebhinekaan yang sudah menjadi kesepakatan bersama untuk keutuhan NKRI tercinta ini," tegas dia.
Munculnya gelombang pelaporan Ahok gara-gara 'sembarangan' mengutip ayat Alquran bisa dipahami. Anggota Dewan Perwakilan Daerah asal pemilihan DKI Jakarta, Fahira Idris menilai wajar bila ada ormas yang melaporkan mantan Bupati Belitung Timur itu ke pihak Kepolisian.
Karena sudah menjadi ranah hukum, Fahira menyarankan, agar pengadilan yang memutuskan apakah yang dikatakan Ahok soal surat Al Maidah ayat 51 sebagai penistaan agama, atau tidak.
"Tapi satu yang pasti, dia (Ahok) tidak punya kompetensi menilai, menafsir, apalagi mengambil kesimpulan ayat dalam Alquran. Dia lebih baik diam, kalau tidak memahami apa yang dia katakan," kata Fahira dalam keterangan persnya, Jumat 7 Oktober 2016.
Blunder
Disadari atau tidak, kegaduhan soal pernyataan Ahok yang mengutip ayat suci Alquran bisa berimbas pada elektabilitasnya yang terus melorot belakangan ini. Maka, calon pasangan Ahok, Djarot Saiful Hidayat mengingatkan koleganya itu, agar tak mudah mengumbar ayat suci Alquran, apalagi hanya untuk kepentingan politik semata.
Wakil Gubernur DKI Jakarta itu mengaku sudah menegur Ahok, agar tidak lagi menggunakan ayat suci Alquran untuk mengkritik apapun. Hal itu untuk menghindari kesalahan interpretasi dari masyarakat yang mendengar.
"Saya sudah kritik Ahok, kamu jangan lagi mengkritik sesuatu dengan ayat apapun, pakai solatiplah sekarang," kata Djarot, saat memberi pelatihan saksi kepada kader PDI Perjuangan di kawasan Puncak, Bogor, Jakarta, Jumat 7 Oktober 2016.
Djarot juga menghimbau semua pihak untuk mengambil intisari dari Islam, sebagai agama yang rahmatan lil alamin, atau membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.
"Jangan menurunkan nilai agama yang agung untuk kepentingan politik, kekuasaan, kepentingan pribadi, dan mencari perempuan, seperti Aa Gatot, pesugihan, sama seperti Dimas Kanjeng yang ramai itu," ucapnya.
Lebih lanjut, Djarot meminta Ahok, agar cukup menyampaikan prestasi dan kinerja yang telah dicapai selama memimpin Jakarta.
"Jangan menyinggung hal itu (ayat suci Alquran), saya ingatkan. Sampaikan apa yang sudah kita kerjakan. PDIP sudah sepakat, kita pusatkan perhatian pada satu kawasan pembangunan menurut RPJMD," kata dia.
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengaku terusik dengan sikap Gubernur Ahok yang mengeksploitasi sisi agama dan sukunya dalam pertarungan Pilkada DKI 2017. Ia menilai, Ahok seperti tidak percaya diri di ruang publik.
"Saya terus terang, tidak sepakat dengan sikap over acting saudara Ahok yang mengeksploitisir unsur-unsur agama dan kesukuannya. Ini membuktikan saudara Ahok itu minder," ujar Fahri di Gedung DPR RI, Kamis, 6 Oktober 2016.
Fahri mengatakan, sebagai pejabat publik, Ahok berada di ruang publik. Dengan demikian, secara otomatis Ahok dinilai sudah menjadi milik publik yang terdiri dari banyak suku dan agama. Sedangkan soal agama, menurutnya, adalah ruang privat yang tidak perlu dipersoalkan oleh Ahok.
"Jadi, misal di Islam ada interpretasi soal pemimpin, ya biarin aja, kenapa terganggu. Ya, Anda jadi pemimpin yang baik saja. Benar enggak Anda tidak korupsi? Begitu Anda masuk ruang publik, itu Anda punya semua orang kok, semua agama," kata Fahri.
Pembelaan Ahok
Sementara itu, Ahok sendiri merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya mengutip kitab suci. Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, ucapannya yang mengutip ayat 51 surat Al Maidah di Alquran saat berdiskusi dengan warga Kepulauan Seribu, bukan bentuk penghinaan terhadap kitab suci umat muslim.
Menurut Ahok, ada seseorang yang sengaja memotong klip perkataannya dari video dokumentasi pertemuan yang diunggah Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan DKI ke saluran YouTube resmi Pemprov DKI.
Â
Pemotongan dilakukan tepat saat Ahok, sapaan akrab Basuki, menghubungkan konteks ayat 51 surat Al Maidah dengan kecemasan warga terhadap keberlangsungan program pemberdayaan pembudidaya Kerapu yang sedang dia tinjau.
Ahok saat itu meminta warga supaya tidak merasa terpaksa memilihnya, karena ayat 51 surat Al Maidah ditafsirkan sebagian kalangan, sebagai larangan bagi umat muslim untuk tidak memilih pemimpin bukan dari kalangan mereka.
Ia mengatakan, meski ia tidak terpilih kembali dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017, program pemberdayaan di Kepulauan Seribu tersebut akan tetap berjalan.
"Saya tidak mengatakan (bahwa saya) menghina Alquran," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jumat 7 Oktober 2016.
Mantan Anggota DPR RI itu menyadari, sejak berkiprah di bidang politik dari tahun 2003, ia kerap menemukan lawan politiknya berkampanye negatif memanfaatkan ayat itu. Lawan politiknya memanfaatkan fakta bahwa mayoritas rakyat Indonesia merupakan umat Muslim.
"Saya temukan lawan-lawan politik yang rasis dan pengecut, selalu menggunakan ayat itu untuk membodohi orang (agar) tidak pilih saya," ujar Ahok.
Terkait maraknya laporan yang mengatasnamakan ormas keagamaan maupun profesi terkait pernyataannya itu, Ahok tidak terlalu risau. Ia juga yakin, Kepolisian tidak perlu memanggilnya. Versi lengkap dokumentasi diskusi dengan warga Kepulauan Seribu ada di saluran YouTube Pemerintah Provinsi DKI.
Dari video yang durasinya lebih dari 100 menit, polisi akan dapat menangkap maksudnya. Ia sama sekali tidak bermaksud menyampaikan bahwa ayat 51 surat Al Maidah membohongi umat muslim.
"Polisi yang periksa juga bisa ketawa. Kan, dia (ACTA) menuduh saya menghina Alquran, yang menghina Alquran siapa?" ujar Ahok.
Â
Lebih dari itu, Tim pribadi Basuki Tjahaja Purnama juga memberikan klarifikasi atas tudingan Gubernur DKI Jakarta telah melakukan penodaan agama.
Melalui akun Instagram @timbtp, tim yang terdiri dari para staf pribadi yang membantu Ahok melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur DKI, mengunggah tangkapan layar tampilan laman YouTube yang menunjukkan video lengkap Ahok saat berdiskusi dengan warga Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Selasa, 27 September 2016.
"Pernyataan sesungguhnya Pak Ahok di Kepulauan Seribu yang diplintir dan disesatkan. Pak Ahok menyampaikan bahwa politisasi agama, dengan mengutip ayat-ayat kitab suci, baik Alkitab, Al-Quran dll nya adalah bentuk kebohongan kepada publik. Bukan kitab sucinya yang bohong, tapi politisasi kitab sucinya," demikian tertulis dalam unggahan seperti saat diakses pada Kamis 6 Oktober 2016. (asp)