Teror Bom New York dan Sidang Akbar PBB

Ledakan di New York, Minggu, 18 September 2016.
Sumber :
  • Fox News.

VIVA.co.id – Sejak akhir pekan hingga Senin pagi, ketenangan warga kota New York terusik. Tiga kali ledakan bom terjadi di tiga wilayah yang berbeda.

Ledakan pertama terjadi pada Sabtu malam sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Ledakan terjadi di depan Gedung 131 West 23 Street, kawasan Chelsea, New York, Amerika Serikat. Akibat ledakan bom ini, sekitar 29 orang mengalami luka-luka.

Apartemen, restoran dan pertokoan yang berada di kawasan itu mengalami kerusakan. Kuatnya ledakan bahkan memecah kaca hingga ke lantai lima sebuah gedung apartemen. Beruntung tak ada korban tewas.

Ketika bom di Chelsea masih dalam proses penanganan, selang beberapa jam, polisi kembali menemukan bom rakitan lainnya. Minggu, 18 September 2016, bom kedua ditemukan di West 27th Street, sekitar empat blok dari lokasi ledakan.

Aksi belum berhenti. Senin pagi, 19 September 2016, sebuah bom juga meledak dekat Stasiun Elizabeth. Bom ini meledak saat polisi mencoba menjinakkannya menggunakan robot. Selain bom yang meledak ini, polisi juga mencurigai empat benda lainnya. Menurut keterangan polisi, alat peledak itu ditemukan dalam sebuah tas punggung yang ditinggalkan di tempat sampah. Ada lima buah benda dalam tas punggung tersebut. Saat polisi berusaha menjinakkannya menggunakan robot, satu bom  justru meledak. Tak ada korban jiwa dalam ledakan ini.

“Saya tidak bisa membayangkan jika kelima benda itu meledak dalam waktu bersamaan. Akan banyak sekali korban jiwa yang jatuh,” ujar Wali Kota New Jersey, Christian Bollwage, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 19 September 2016.

Diberitakan BBC, Senin, 19 September 2016, bom yang meledak pada Sabtu dan peledak lain yang ditemukan di New York, sama-sama merupakan panci bertekanan atau pressure cooker yang diisi peledak dan pecahan logam.  Gubernur New York, Andrew Cuomo menegaskan hal tersebut.

Menurut Cuomo perangkat-perangkat peledak tersebut memiliki 'desain yang serupa' dengan insiden Boston Marathon. "Akan tetapi, yang membedakan adalah ledakan di New Jersey memakai media pipa, sedangkan New York dengan panci bertekanan," katanya. Sementara untuk meledakkan bahan peledak di dalamnya, pelaku menggunakan ponsel lipat dan lampu hiasan Natal.

Hingga saat ini, polisi belum menemukan tersangka aksi teror ini. Pelaku juga masih terus mengumpulkan informasi untuk menemukan pelakunya.  Wali Kota New York Bill de Blasio mengatakan, sejauh ini warga kota New York tetap tenang dan tak terpancing provokasi. De Blasio juga mengaku belum bisa memberi penjelasan panjang soal bom tersebut.

Ledakan Bom di New York Rentan Dipolitisir Trump

"Apakah ada motif politik atau motif pribadi? Kita belum tahu dan sedang diselidiki. Kita tahu itu bom dan ini kejadian serius. Siapa pun mereka kita pasti menemukannya dan akan diadili," ujar Wali kota New York, Bill de Blasio.

Pihak berwenang di kota New York menyebut ledakan itu merupakan aksi yang disengaja. Sementara Gubernur Cuomo, saat konferensi pers, pada Minggu, 18 September 2016, menyebut insiden itu sebagai aksi terorisme. Namun ia menegaskan, tidak ada bukti bahwa itu adalah aksi terorisme internasional.

Polisi New York Temukan Bom Rakitan Kedua

Sementara itu, serangan berbeda terjadi di Minnesota. Ketika New York diguncang bom, aksi penikaman terjadi di mal Saint Cloud, negara bagian Minnesota, pada Sabtu, 17 September 2016. Diberitakan VOA, 18 September 2016, sembilan orang terluka akibat serangan itu. Sebuah kantor berita yang dikelola ISIS mengatakan, serangan penikaman itu dilakukan oleh seorang "tentara ISIS."

Sidang Umum PBB

Wali Kota Sebut Ledakan di New York Disengaja

Aksi ledakan di New York dan penikaman di Minnesota terjadi menjelang Sidang Umum PBB yang akan diadakan di kota tersebut.  Pekan ini, seluruh pemimpin dunia akan menghadiri Sidang Majelis Umum PBB.

Perang saudara di Suriah dan krisis pengungsi diperkirakan akan mendominasi pembicaraan dalam sidang tersebut. Belum ada pernyataan pejabat AS yang mengaitkan kedua aksi tersebut dengan penyelenggaraan Sidang Akbar tersebut.

Calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, adalah orang yang paling sinis membicarakan imigran. Trump yang pernyataannya berulangkali memojokkan Islam dan imigran Timur Tengah pernah mengatakan, jika ia terpilih, maka ia akan menutup AS dari seluruh Muslim, termasuk imigran.  Maka, serangkaian aksi teror yang terjadi sepanjang Sabtu hingga Senin bisa saja digunakan oleh pengusaha properti itu untuk menggaungkan kembali kebijakan anti-imigran yang kerap ia sampaikan.

Pengamat Hubungan Internasional dari President University, Anak Agung Banyu Perwita menilai, aksi bom sporadis ini bisa dihitung sebagai aksi by design atau rekayasa. Isu ini bisa dinilai sebagai pembenaran ucapan Trump, bahwa AS harus diproteksi dari imigran Muslim, juga Amerika Latin.

"Saya melihat ini sebagai ‘senjata’ Trump untuk meyakinkan konstituennya bahwa benar Amerika dalam ancaman teror besar. Indikasi adanya by design bisa saja terjadi. Tentu ini akan menjadi bahan menarik untuk diperdebatkan oleh dua calon Presiden AS," kata Banyu kepada VIVA.co.id, Senin, 19 September 2016.

Jika analisa itu benar, maka Trump semakin mendapat kesempatan untuk membenarkan pendapatnya soal imigran Muslim. Apalagi saat ini Kepolisian New York (NPD) sudah mengidentifikasi satu tersangka. Melalui akun Twitternya @NYPDnews, NYPD mengumumkan pencarian terhadap satu tersangka bernama Ahmad Khan Rahami.

Diberitakan BBC, Rahami adalah seorang warga negara naturalisasi AS yang berasal dari Afghanistan. Menurut polisi, pria berusia 28 tahun itu tinggal di kawasan Elizabeth, New Jersey. Ia kemungkinan membawa senjata dan berbahaya.

Hingga saat ini Trump memang belum memberikan pernyataan apa pun terkait aksi bom tersebut. Sidang Umum PBB juga masih akan berlangsung sepanjang pekan ini. Namun perkembangan dan penyelidikan atas serangkaian ledakan yang terjadi di New York tetap ditunggu.

Sepanjang pekan ini, mata seluruh penjuru dunia tertuju ke kota tersebut. Semoga aksi bom dan aksi teror lainnya tak sampai mengganggu jalannya sidang yang penuh pembahasan soal perang saudara di Timur Tengah, imigran dan pengungsi yang tak berkesudahan, juga terorisme dan aksi kekerasan yang menggila. Berharap cemas, resolusi yang dihasilkan akan membawa dunia pada perdamaian panjang. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya