Menilik Ekonomi Islam Menjawab Tantangan Global
- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id - Sejumlah pemimpin negara Islam dari seluruh dunia, Selasa 2 Agustus 2016, berkumpul di Jakarta Convention Center (JCC) dalam World Islamic Economic Forum (WIEF) ke 12. Pertemuan kali ini, memiliki tujuan pemerataan pertumbuhan, dan memberdayakan bisnis masa depan.
Pertemuan yang dihadiri 69 negara tersebut, dihadiri sejumlah pemimpin negara di antaranya Presiden RI Joko Widodo, Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Mohd Tun Abdul Razak, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Republik Guinea Alpha Conde, dan Perdana Menteri Republik Sosialis Sri Lanka Ranil Shriyan Wickremesinghe.
Melihat tujuan utama dari ekonomi Islam itu sendiri, tentu semua negara sangat setuju dalam pertemuan ini, yakni harus menciptakan keputusan strategis yang bisa membangkitkan kesejahteraan masyarakat Islam di dunia. Saat ini, sejumlah negara berpenduduk muslim memiliki tantangan yang sama, yang harus diselesaikan bersama.
Seperti contohnya Indonesia, dalam pertemuan WIEF kali ini, Presiden Joko Widodo mengaku ada sejumlah permasalah yang dihadapi sejumlah negara Islam di dunia. Salah satunya, adalah isu pengangguran yang masih cukup besar dan menjadi isu terpenting yang harus segera diselesaikan di era persaingan. Â
Masalah pengangguran yang masih cukup besar di beberapa negara Islam sangat jelas terlihat, khususnya pada kaum muda. Sehingga, penting bagi seluruh negara menyiapkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk bisa memenangkan era persaingan global.
Selain itu, tingginya jumlah pengangguran kaum muda di sejumlah negara Islam di dunia juga masih didorong oleh rendahnya sejumlah inovasi di bidang ekonomi, sehingga sudah seharusnya di zaman teknologi seperti saat ini, upaya inovasi ekonomi menjadi hal utama dikerjakan untuk mengejar kesetaraan pendapatan.
Pentingnya membenahi kualitas tenaga kerja dan inovasi ekonomi, tentu tidak lepas dari kondisi perekonomian dunia yang terjadi saat ini. Di mana, tantangan ekonomi negara Islam tentu semakin tinggi ke depannya, akibat masih tidak jelasnya kondisi ekonomi global.
Saat ini, menurut Jokowi, ekspor global turun hingga 14 persen dibandingkan satu tahun lalu, atau sekitar US$10 triliun, kemudian dari surat utang pemerintah yang beredar, sekitar dua pertiganya memiliki bunga di bawah nol persen, yang artinya kondisi ekonomi sangat memprihatinkan.
Untuk itu, dalam situasi yang serba tidak pasti seluruh komunitas muslim sebaiknya bisa mengoptimalkan penggunaan kekuatan fundamental setiap negara, yaitu demografi penduduk. Saat ini, komunitas muslim memiliki demograsi terbanyak di dunia, dengan jumlah anak muda yang proporsinya paling besar.
Umur pemuda muslim di dunia saat ini ada di kisaran 23 tahun hingga 30 tahun secara rata-rata, sehingga sudah seharusnya ini bisa dimanfaatkan.
Peluang RI
Dengan besarnya bonus demografi Indonesia hingga 2030, Presiden Jokowi mengakui, akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk bisa mengembang ekonomi ke depan. Cara itu, tentu bisa dilakukan dengan memberdayakan kaum mudah bergerak di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Jika kita berkomitmen untuk mendorong upaya ini, hasilnya tentu sektor domestik bisa semakin kuat dan ekonomi global, tentu juga akan semakin kompetitif. Hal ini pula menjadi 'mantra' bagi ekonomi Indonesia yang lebih modern yang tercantum dalam nawa cita," jelas Jokowi.
Dorongan pengembangan sektor UMKM ke depannya juga harus didukung teknologi informasi, hal tersebut tentunya dalam memperluas jangkauan pasar. Tidak hanya fokus pada dalam negeri melainkan bisa langsung mengejar pasar-pasar di negara lain.
Optimalisasi
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menambahkan dalam upaya mengembangkan ekonomi islam di Indonesia, pengembangan sektor UMKM akan dilakukan dengan tiga langkah strategis.
Yaitu, kerja sama pemerintah dan sektor usaha, pertukaran budaya dan fashion anak muda, serta membuat diskusi nyata, agar pengusaha saling bertatap muka secara langsung.
"Harus saya akui bahwa inovasi akan ciptakan pemenang, atau pecundang. Semakin besar inovasi, maka akan tercipta banyak pemenang. Kalau tidak hati-hati, akan ada banyak pecundang," kata dia.
Kepala Ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy, mengatakan dalam pengembangan ekonomi Islam melalui pengembangan UMKM adalah langkah tepat. Terlebih, kontribusi UMKM terhadap ekonomi nasional cukup besar, sehingga ada dua hal yang perlu digaris bawahi.
Pertama, adalah dari sisi pembiayaan (financing), UMKM yang berbasis syariah, tentunya berbeda dari sisi pengelolaannya dan mereka biasanya agak kesulitan dari sisi financing, sehingga tentu sangat membutuhkan banyak modal. Kedua, bagaimana UMKM dapat diberikan manfaat dari pengembangan teknologi.
"Dari sisi pengembangan teknologi biasanya UMKM ini sulit, terlebih untuk melakukan promosi. Padahal, banyak produk-produk berkualitas, ini bisa menjadi jawaban inovasi yang harus dikembangan Indonesia saat ini, untuk mengembangkan pasarnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar dia. (asp)