Harapan Reformasi di Pundak Jenderal Tito Karnavian
- REUTERS/Darren Whiteside
VIVA.co.id – Istana Negara menjadi saksi bisu, seorang jenderal muda dilantik menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Presiden Joko Widodo telah resmi melantik dan mengambil sumpah Komisaris Jenderal Tito Karnavian, lulusan terbaik Akademi Kepolisian tahun 1987 sekaligus peraih penghargaan Adhi Makayasa, sebagai orang nomor satu di Korps Bhayangkara.
Di usia yang masih terbilang muda, 51 tahun, Jenderal Tito telah melakukan lompatan besar dalam sejarah Polri. Pasalnya, Kapolri sebelum Tito, Jenderal Badrodin Haiti merupakan lulusan Akpol 1982. Praktis ada lima angkatan jenderal senior yang dilompati Tito. Tapi, Presiden punya pilihan, Tito harus setia dan siap menjalankan tugas sebagai abdi negara.
Disaksikan puluhan pejabat negara, keluarga dan tamu undangan, Komjen Pol Tito Karnavian yang mengenakan seragam PDU lengkap dengan lencana dan atribut, mantap mengucapkan sumpah jabatan seorang Kapolri.
"Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya untuk diangkat pada jabatan ini, baik langsung maupun tidak langsung, dengan dalih apapun, tidak memberi atau menyanggupi akan memberikan sesuatu kepada siapapun juga, karena saya akan setia kepada negara," kata Tito Karnavian meniru sumpah yang dilafalkan Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu siang, 13 Juli 2016.
Tito juga bersumpah akan menjalankan jabatan atau pekerjaan dengan mementingkan kepetingan negara dari pada kepentingan pribadi atau golongan. Tito juga akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, bekerja dengan jujur dan tertib untuk kepentingan negara. Serta berjanji akan memegang rahasia, baik sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan.
Usai mengucapkan sumpah jabatan, Sekretaris Militer Presiden, Marsekal Muda TNI Hadi Tjahjanto membacakan surat keputusan kenaikan pangkat untuk Tito Karnavian. Presiden Jokowi kemudian menghampiri Tito dan menyematkan tanda pangkat bintang empat di bahunya. Tito sempat terharu. Sejak itu, Ia resmi menyandang pangkat jenderal penuh.
Presiden Jokowi punya dua pesan untuk Kapolri baru Jenderal Tito Karnavian. Pertama, Tito diminta menjaga persatuan, kekompakan, soliditas internal polri sebagai fondasi yang kokoh dan kuat dalam menjalankan tugas yang diberikan negara. Kedua, melakukan reformasi polri secara menyeluruh dan konsisten.
Jokowi menyadari tugas dan tantangan Polri ke depan semakin berat dan kompleks. Namun, Jokowi yakin, di bawah kepemimpinan Tito, Polri mampu menjawab tantangan tugas yang berat itu dengan baik sehingga polri menjadi institusi yang semakin dipercaya oleh rakyat. Untuk menghadapi tantangan yang berat itulah, Jokowi minta Tito fokus pada dua hal utama itu.
"Mulai dari perubahan mental sampai dengan perubahan perilaku setiap anggota polri. Saya ingin reformasi polri betul-betul konkret serta terlihat nyata dalam wajah pelayanan dan perlindungan polri pada rakyat. Perbaiki kualitas pelayanan pada masyarakat yang lebih mudah, lebih sederhana, tidak berbelit-belit, bebas pungli dan dengan prosedur yang jelas," kata Jokowi.
Jokowi juga minta Tito agar praktik mafia hukum diberantas dan memperkuat profesionalisme Polri dalam penegakan hukum. Dengan begitu kepastian hukum dan rasa keadilan bagi masyarakat bisa terwujud.
Jokowi mengingatkan agar Tito bisa memberikan pengayoman dan perlindungan setara kepada semua warga bangsa Indonesia yang beragam. Polri kata Jokowi, harus mampu menjadi perekat kebhinekaan, menjaga toleransi, serta memperkuat persatuan Indonesia.
"Bersama dengan itu, Polri juga harus mampu bersinergi dengan institusi pemerintah yang lain untuk mengajak masyarakat tetap waspada pada ancaman bahaya terorisme dan narkoba. Lakukan langkah-langkah penangkalan, pencegahan, serta deteksi dini terhadap setiap potensi di lapangan yang ada terutama ancaman terorisme," imbau Jokowi.
[Baca: ]
Jaga Soliditas
Setali tiga uang, Jenderal Badrodin Haiti, Kapolri sebelum Tito, sempat menyampaikan beberapa masukan kepada Tito Karnavian, sebelum dilantik menjadi Kapolri di Istana Negara. Pada Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-70, Jumat, 1 Juli 2016 lalu, Badrodin berpesan agar Tito dapat membenahi masalah internal Polri terkait soliditas anggota, rekrutmen anggota polisi hingga masa tugasnya selesai.
"Ini kan ada beberapa tahapan mulai dari rekrutmen, pendidikannya, kemudian pendidikan pengembangan, pembinaan karier dan masalah jabatan," kata Badrodin. []
Kemudian, tugas lain yang harus dikerjakan oleh Tito Karnavian antara lain masalah keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) harus ditegakkan agar kondisi sosial aman. Penegakan hukum juga harus dilakukan dengan tegas dan tidak diskriminatif.
Masalah toleransi dan kerukunan umat beragama juga harus diperhatikan bagi peggantinya kelak. Polri harus mengantisipasi kerusuhan komunal yang berdampak adanya perpecahan di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, kasus-kasus kejahatan cyber crime yang marak terjadi akhir-akhir ini harus segera dituntaskan oleh anggota kepolisan. "Kasus-kasus yang menggunakan teknologi cyber misalnya itu juga banyak yang kita tidak bisa selesaikan," terang Badrodin Haiti.
Di akhir masa jabatannya, Badrodin menyerahkan buku memori dan penjelasan laporan kesatuan dari Asisten Perencanaan Kapolri kepada Tito Karnavian. Secara umum pesan itu terangkum dalam laporan capaian kinerja selama Badrodin menjadi Kapolri.
Juru Bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, mengatakan salah satu topik yang disampaikan Badrodin kepada Tito adalah mengenai beberapa tugas prioritas yang belum terselesaikan, seperti perburuan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah.
"Perlu dilakukan evaluasi terus pelaksana Operasi Tinombala," kata Boy di kantor Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu, 13 Juli 2016.
Kemudian, perhatian lain yang tak kalah penting adalah mengenai Indonesia menjadi tuan rumah dalam acara sidang umum Interpol pada 26 November 2016, yang akan berlangsung di Bali. Rencananya, agenda ini akan diikuti 196 negara sahabat. "Ini agenda besar perlu persiapan," ujarnya.
Tugas lainnya adalah meningkatkan penanggulangan kejahatan dan penyelesaian perkara. "Tugas anggota Polri di perbatasan, Bhabinkamtibmas, satu polisi satu desa ada peningkatan," ujarnya.
Selain itu, Boy mengungkapkan Badrodin juga menyampaikan soal anggaran, belanja pegawai, barang, dan modal yang dimiliki Polri.
Menanggapi pesan Badrodin itu, Boy mengatakan jika Tito mengapresiasi laporan itu dan mengucapkan terima kasih, seraya berjanji untuk menjadikan laporan tersebut sebagai dasar kepemimpinannya nanti.
"Pak Tito akan lanjutkan semua program berdasarkan renstra (rencana dan strategi) quick in berlanjut, pada dasarnya melanjutkan program yang dicanangkan Polri, menuntaskan hal yang belum terselesaikan," ungkap Boy.
Perbaiki Kultur
Jenderal Tito usai pelantikan, memastikan semua perintah dan arahan Presiden akan dilaksanakan dengan baik. Soliditas anggota kata Tito, jadi perhatian agar bisa membangun organisasi Polri yang solid di semua level hingga level pimpinan. Ia pun menyadari pada praktiknya nanti, akan memimpin banyak jenderal senior maupun junior.
"Tapi, saya cukup optimis dilihat dari semenjak pengumuman pencalonan sampai dengan hari ini, mungkin bisa dilihat juga hampir semua bintang dua ke atas juga hadir, yang di Jakarta, kemudian yang bintang tiga juga hadir, dan saya kira banyak memberikan dukungan-dukungan," ujar Tito usai pelantikan di Istana Negara.
Tito merasa optimis dapat menjaga soliditas anggota Polri, termasuk dengan para seniornya, karena komitmennya untuk membangun Polri. Menurutnya, komitmen membangun Polri merupakan komitmen bersama seluruh anggota Polri baik di level bawah maupun pimpinan. "Kalau Polrinya baik akan dapat bermanfaat bagi perkembangan demokrasi dan sistem pemerintah, termasuk menjadi negara dan bangsa yang kuat," katanya.
Masih soal soliditas, Tito menekankan soliditas internal tidak hanya di level elite. Ia juga mendorong semua pimpinan Polri di kewilayahan, Polda, Polres, Polsek hingga Kasospol, agar mampu membangun hubungan internal yang baik dengan anggotanya masing-masing. Ia berharap hubungan baik pimpinan dengan bawahan terjadi dua arah.
"Ada hubungan yang baik bukan hanya sebagai pimpinan komandan kepada bawahan, tapi juga hubungan yang lebih personal dengan bawahan-bawahan. Ini yang saya harapkan. Jadi harus rajin blusukan ke bawah. Ini akan saya dorong semua," tegas Tito.
Kemudian, pesan Presiden juga menekankan pada komitmen reformasi Polri. Tito mengatakan reformasi Polri berhubungan dengan kultur perilaku anggota yang arogan agar lebih humanis dan perilaku anggota yang non koruptif. Ia menyadari butuh waktu untuk mengubah kultur itu, sebab perilaku itu erat kaitannya dengan masalah kesejahteraan dan lain sebagainya.
Disamping itu, peningkatan kinerja dan pelayanan publik menjadi yang paling utama. Tito berjanji akan meningkatkan pelayanan publik dengan memanfaatkan teknologi informasi. Muaranya adalah dengan merekrut dan menyiapkan SDM Polri yang tepat dan baik untuk menjadi pengayom dan pelindung masyarakat.
"Karena rekrutmen seleksi awal itu 70 persen menentukan kinerja. Kalau memilih orang yang tidak tepat orang yang salah, bukan mereka nanti akan menjadi pelindung pengayom tapi akan menjadi pengganggu masyarakat," ujarnya.
Lebih dari itu, pembinaan dan pendidikan kepada sejumlah anggota polisi dari Akademi Kepolisian ke luar negeri untuk belajar dan menimba ilmu di negara-negara yang indeks korupsinya rendah di Eropa dan Amerika. Diharapkan sepulangnya dari luar negeri, mereka membawa kultur dan pola berpikir yang anti korupsi.
"Ini yang banyak kita lakukan nanti dalam rangka reformasi internal," terang mantan Kapolda Metro Jaya ini. Tito memastikan permasalahan kejahatan yang berimplikasi kontigensi, seperti terorisme, konflik intoleransi atau konflik massal tetap menjadi menjadi fokus utamanya. [Baca: ]
Dari aspek eksternal, Tito memastikan akan menjalin sinergi yang baik antar lembaga negara, baik sesama penegak hukum, TNI maupun kementerian/lembaga. Menurutnya, kunci keberhasilan sebuah lembaga adalah mampu menjalin komunikasi, baik secara formal maupun informal.
"Untuk itu saya tentu dari tingkat atas akan memberi contoh membangun hubungan dengan jajaran TNI, para pimpinan TNI, semua angkatan kemudian juga dengan lembaga-lembaga penegak hukum, Kejaksaan, KPK, lembaga peradilan, termasuk juga departemen-departemen. Kita akan membangun hubungan yang baik melalui komunikasi formal dan informal," paparnya.
Stigma Densus
Di luar pujian dan harapan yang ditujukan kepada Tito Karnavian. Muncul kekhawatiran dengan latar belakang Tito sebagai mantan Kepala Detasemen Khusus 88, dan terakhir sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT), justru akan membangun stigma buruk terhadap lembaga pendidikan Islam khas Indonesia, yakni pesantren sebagai sarang teroris.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Sodik Mujahid berharap dengan segudang pengalaman di bidang anti terorisme, Tito diharapkan bisa membantu menjaga kerukunan antarumat beragama.
"Kami yakin, Kapolri mempunyai pemahaman yang dalam terhadap sejarah dan karakter setiap agama yang ada di Indonesia, sehingga turut serta membangun kerukunan umat beragama," kata Sodik Mujahid di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 13 Juli 2016.
Terkait penanganan terorisme seperti kelompok Santoso dan lain-lain, Tito juga diminta menangani secara cepat dan tuntas. Pengejaran Santoso diminta tidak dikesankan sebagai media pelatihan, atau uji coba persenjataan Polri.
"Apalagi, proyek kerja Kepolisian yang berlarut-larut, serta tidak membangun generalisasi stigma buruk terhadap lembaga pendidikan seperti pesantren," ujar Sodik.
Politikus Partai Gerindra ini mengakui, Tito adalah sosok Kapolri yang muda, berprestasi, bersih, profesional, dan cendekia. Dengan kehadiran Tito, Polri diharap jadi pelindung dan pelayan masyarakat.
"Diawali dengan memberi contoh dan keteladanan dalam kepatuhan terhadap hukum, komitmen, kesetiaan, dan profesionalisme," katanya.
Wakil Ketua Fadli Zon punya pandangan lain soal tantangan berat yang akan dihadapi Polri ke depan. Sekalipun sudah banyak prestasi kepolisian saat ini. Tapi masih banyak juga yang perlu dibenahi, misalnya terkait masalah kriminalitas yang semakin meningkat. Selain itu, terorisme juga menjadi masalah serius yang harus ditangani Polri.
"Saya kira ini masalah-masalah yang ke depan. Mungkin kalau tingkat ekonomi kita membaik, kriminalitas akan rendah. Tapi kalau ekonomi kita memburuk, maka kriminalitas makin tinggi," kata Fadli.
Ia memprediksi perekonomian Indonesia tidak akan lebih baik dari sebelumnya. Sehingga, Indonesia juga akan menghadapi tantangan ekonomi yang berat. Menurutnya, persoalan ekonomi ini akan erat hubungannya dengan tingkat keamanan, yang dikhawatirkan makin terganggu.
"Kriminalitas bisa tinggi. Di sinilah tantangan Kapolri baru. Tapi saya yakin, dengan koordinasi dan konsolidasi dari seluruh jajaran Polri ini akan memberikan kendali secara vertikal," ujar politikus Gerindra ini.
Baca juga: