Pokemon Go, Kenapa Bisa Bikin Heboh?
- REUTERS/Mark Kauzlarich
VIVA.co.id – Dalam sepekan terakhir ini demam game Pokemon Go sedang melanda dunia. Dalam hitungan hari, game yang dikembangkan Niantic Lab bersama dengan Nintendo dan The Pokemon Company telah menjadi tren mainan digital baru.
Sepekan muncul di pusat aplikasi App Store dan Google Play, Pokemon Go makin banyak dimainkan. Catatan menunjukkan di Google Play saja, game itu sudah diunduh 100 ribu kali.
Sejatinya Pokemo Go baru hadir di tiga negara yaitu Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. Di dua negara terakhir, Pokemon Go sudah memuncaki di pusat aplikasi.
Analis perusahaan web, Similiar Web mengungkapkan dua hari usai dirilis, Pokemon Go telah diinstal lebih dari lima persen perangkat Android di Negeri Paman Sam. Statistik berbicara, Pokemon Go dimainkan rata-rata 43 menit sehari, lebih lama penggunaan rata-rata WhatsApp, Instagram pengguna AS.
Kemudian dari sisi pengguna aktif, Pokemon Go nyaris menyamai pengguna aktif Twitter dan menyaingi platform kencan populer Tinder. Â
Selain soal data kuantitatif, Popularitas Pokemon Go juga bisa dilihat dari cara pengguna memainkannya. Beberapa pengguna bahkan kecanduan memainkan game ini. Ada yang iseng sambil mengendarai kendaraan bermotor, mencari karakter Pokemon, jalan di pantai, jalan di ruangan dan lainnya. Tingkah pengguna mencari Pokemon itu terlihat seperti orang kurang kerjaan, mondar mandir, menatap layar ponsel pintar, hanya demi menangkap karakter Pokemon.
Efek dari candu Pokemon Go itu dalam beberapa kasus menimbulkan kabar buruk. Insiden terjadi akibat keasyikan terpaku pada game tersebut. Misalnya pengguna cedera tubuh ringan sampai parah karena tak memperhatikan lingkungan sekitar saat memainkan Pokemon Go.
Insiden itu dialami oleh salah satu pengguna di Amerika Serikat, yang harus dilarikan ke UGD karena mengalami retak tulang metatarsal pada kakinya. Korban tersebut retak kakinya akibat asyik bermain Pokemon Go dan harus istirahat selama 6-8 pekan untuk pemulihan.
Sementara pengguna Pokemon Go asal Indonesia, Eko Wijaya mengaku karena keasyikan bermain Pokemon Go, dia nyaris tertabrak motor di parkiran mal.
Namun demikian ada cerita lain dialami oleh remaja putri asal AS, Shayla Wiggins. Asyik mencari Pokemon, dia malah menemukan mayat di dalam air di jembatan Pantai Wyoming, AS.
Demam Pokemon Go ternyata menular ke kalangan pesohor dunia. Salah satu artis dunia yang ketagihan game itu yakni John Mayer. Istri penyanyi John Legend, Christine Teigen juga mengunggah keseruan bermain Pokemon Go di akun Twitternya. Tak ketinggalan, Kevin Jonas juga terkena demam Pokemon Go.
Dongkrak saham
Pokemon Go juga melahirkan berkah bagi industri digital. Platform streaming musik Spotify misalnya, mendapat keuntungan dari demam Pokemon Go. Game itu mendongkrak popularitas lagu yang bertema Pokemon di platform-nya.
Dalam keterangannya, Spotify memantau data streaming lagu selama satu minggu, dari 3 Juli hingga 10 Juli 2016.
"Jumlah streaming lagu Pokemon, Theme‘Gotta Catch ‘Em All’ meningkat sebanyak 362 persen di seluruh dunia selama seminggu belakangan ini," tulis Spotify dalam keterangannya kepada VIVA.co.id, Selasa 12 Juli 2016.
Sementara itu, jumlah keseluruhan streaming lagu bertema Pokemon lainnya di Spotify juga meningkat lebih dari tiga kali lipat.
Pokemon Go juga menginspirasi ide bisnis. Dilansir dari Jalopnik, Selasa, 12 Juli 2016, viralnya permainan Pokemon Go membuat ada beberapa orang menawarkan jasa mengantar pemain keliling kota.
Dengan menggunakan mobil pribadi mereka, penyedia jasa ini siap mengantar pemain ke semua tempat, baik siang maupun malam hari.
Tarif yang mereka patok bervariasi, US$15-20 (Rp196-262 ribu) per jam. Tarif itu berlaku untuk satu orang pemain. Pemilik mobil biasanya hanya mengizinkan tiga orang pemain ikut di dalam mobil, dengan alasan kenyamanan.
Uniknya lagi, pemilik mobil sudah menyediakan peralatan ‘berburu’ yang lengkap, mulai dari internet Wi-Fi hingga charger untuk semua jenis smartphone, mulai dari iPhone Thunderbolt hingga charger khusus smartwatch.
Beberapa pemilik mobil juga menyediakan makanan dan minuman ringan yang dapat dikonsumsi para pemain saat mencari karakter Pokémon Go.
Berkah Pokemon Go juga memacu keuntungan saham dari Nintendo di Jepang. Dalam dua hari saja, game itu menyuntik keuntungan di pasar keuangan bagi Nintendo sampai US$7,5 miliar atau Rp98,4 triliun.
Saham Nintendo melonjak 36 persen sejak penutupan perdagangan Kamis lalu. Melonjak seperempat dari nilainya pada Senin, ke level tertinggi sejak November 2015.
Kunci sukses Pokemon Go
Menanggapi viral Pokemon Go, Chief Executive Officer dan Pendiri Niantic, John Hanke mengatakan kekuatan game itu yakni pada karakteristik pemetaan. Sebagaimana diketahui, Hanke pernah berkontribusi mengembangkan aplikasi pemetaan Google Maps dan Google Earth, pada awal perusahaan.
"Banyak dari kami bekerja pada Google Maps dan Google Earth dalam beberapa tahun. Jadi kami menginginkan pemetaan ini menjadi bagus," kata Hanke kepada Mashable.
Selain karakteristik pemetaan, bos Niantic itu mengatakan kesuksesan Pokemon Go juga dirangsang oleh game augmented reality (AR) sebelumnya, Ingress.
Platform Ingress membantu menciptakan kumpulan data yang menentukan kemunculan Pokéstop dalam Pokémon Go saat ini.
Pada awal kemunculan Ingress, Niantic membentuk sebuah kumpulan lokasi berbasis tempat historis. Niantic juga mendesain data karya seni publik yang ditambang dari foto geo-tagging pada Google. Bisa dibilang Ingress menjadi embrio Pokemon Go.
Selain Ingress, game AR sebelum Pokemon Go yang pernah hadir yaitu Ghostbuster pada 2012. Sayangnya, Ghostbuster tidak tumbuh populer karena biasanya muncul problem server dan kualitas kamera perangkat.
Popularitas Pokemon Go juga bisa terjadi karena kekuatan karakter atau brand Pokemon yang sudah hadir sejak dua dekade lalu.
Awalnya Pokemon merupakan seri permainan video yang identik dengan konseol Game Boy dan kemudian sukses sebagai waralaba. Selanjutnya waralaba Pokemon hadir dalam beragam bentuk yaitu permainan video, anime, manga, voucher, buku, mainan dan lainnya.
Dikutip dari The Verge, pada 1998 sampai 2001, waralaba Pokemon tumbuh kian cepat dan telah menjadi fenomena global. Pada ulang tahunnya yang ke-15, Pokemon telah memiliki lebih dari 19 game dan total ada 649 karakter Pokemon yang telah muncul.
Dan kini pada 2016, Pokemon telah memiliki 73 game, pertunjukan televisi, 18 film, pertunjukan super bowl commercial dan total 718 karakter Pokemon.
Kini lebih dari 260 juta game yang terkait Pokemon yang terjual di seluruh dunia, lebih dari 21,5 miliar voucher game yang telah dikirimkan secara global.
Teori konspirasi
Popularitas Pokemon Go dalam waktu singkat nyatanya tak berjalan mulus. Ada yang mengaitkan game itu dengan teori konspirasi, yakni pengawasan dan mata-mata dari pemerintah.
Pengaitan Pokemon Go dan teori konspirasi ini dilandasi dari kebijakan privasi yang tertera dalam platform aplikasi tersebut.
Menurut Gawker, Selasa 12 Juli 2016, pengguna internet dalam platform Reddit menuliskan di kebijakan privasi, pengguna secara tak sadar telah memberikan izin kepada Pokemon Go mengakses kamera dan lokasi. Pengguna Reddit itu menuliskan, pemain Pokemon Go juga otomatis memberikan akses penuh kepada game itu ke akun Google mereka. Jadi tiap informasi pengguna sampai anak pengguna sangat potensial disadap, meskipun belakangan Niantic menegaskan tidak ada upaya pengumpulan data dan pengawasan pengguna.
Teori konspirasi Pokemon Go juga dikaitkan dengan latar belakang Niantic yang didirikan oleh karyawan veteran Google, John Hanke.
Niantic pernah mendapat suntikan dana dari firma modal ventura In-Q-Tel. Diketahui sebagian besar dana yang dikucurkan In-Q-Tel berasal dari Badan Intelijen Geospasial Nasional (NGA) Amerika Serikat. NGA punya misi khusus mengumpulkan, menganalisis dan mendistribusikan informasi intelijen geospasial.
Titik penting
Fenomena Pokemon Go juga dianggap menjadi titik penting bagi masa depan game AR.Teknologi digital saat ini mulai menjajaki era baru yaitu AR dan virtual reality (VR).
Teknologi VR merupakan teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer. Dengan teknologi ini, pengguna bisa berinteraksi dan hadir dalam objek maya, padahal mereka dalam dunia nyata.
Sementara teknologi AR merupakan teknologi yang memasukkan informasi atau konten digital pada lingkungan pengguna secara real time. Secara mudah, AR menambahkan konten maya pada lingkungan nyata. Â
Dikutip dari Tech Opinions, Presiden dan Kepala Analis TECHnalysis Reserach LLC, Bob O’Donnell mengatakan jika viral Pokemon Go makin meluas berarti tren AR ke depan bakal makin mulus.
Setidaknya, kata dia, para pembuat teknologi AR tak perku panjang lebar menjelaskan manfaat dari augmented reality.
Sebab, Bob O’Donnell mengatakan, pada dasarnya teknologi AR dan VR sangat sulit dijelaskan kepada pengguna, tanpa mereka mencoba pengalamannya.
Dia menilai Pokemon Go bisa menjadi kunci untuk menentukan bagaimana mengubah platform game serta perangkat dan aplikasi AR.
Â
Bob O’Donnell juga memberikan kredit pada Pokemon Go yang secara tak terduga yang mengedukasi pengguna dalam aktivitas fisik dan interaksi sosial. Ini terbilang kontras dengan fakta penggunaan teknologi saat ini yang cenderung membuat pengguna asyik sendiri dengan perangkat mereka.
Jadi, kata dia, dampak sosial dari Pokemon Go menutupi kekurangan dari VR yang cenderung lebih banyak melibatkan pengalaman individu. Pokemon Go dengan sendirinya telah membuat aplikasi VR menjadi lebih sosial, tapi tak mengurangi pengalaman menantang.
(ren)