Jakarta Terancam Rob
- ANTARA/Fanny Octavianus
VIVA.co.id – Air laut terhempas masuk ke Perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat, 3 Juni 2016, sekitar pukul 20.00 WIB. Seketika, kawasan permukiman elite itu dilanda banjir air laut. Rob semakin merendam lokasi itu ketika tanggul penahan air jebol.
Banjir setinggi 30 hingga 100 sentimeter (cm) lantas menggenangi empat blok dengan 124 rumah di lokasi itu. Sejumlah mobil milik warga terendam hingga hampir seluruh badan kendaraan. Puluhan warga pun dievakuasi.
Sebenarnya, kata Hartono, salah satu warga di Perumahan Pantai Mutiara, air laut kerap memasuki perumahan itu, namun kali ini yang terparah. Keluhan akibat banjir ini sudah sering disampaikan kepada pihak pengembang. Termasuk masalah tanggul-tanggul yang memisahkan air laut dan perumahan.
"Pengembang enggak renovasi dari dulu, padahal banjir rob tiap tahun," ujarnya, Sabtu 4 Juni 2016.
Untuk sementara, tanggul darurat telah dibuat Dinas Tata Air Jakarta bersama pengembang. Namun, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Denny Wahyu Haryanto memperkirakan, tanggul itu hanya akan bertahan satu pekan.
Perbaikan tanggul yang jebol di perumahan itu merupakan tanggung jawab pengembang. Sebab, saat ini tanggul tersebut belum diserahkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Sebelum tanggul jebol, BPBD DKI Jakarta telah memantau di stasiun pemantauan air laut Pasar Ikan. Dari pemantauan tersebut, diketahui kenaikan air laut sudah mulai bergerak hingga 193 cm. Status siaga tiga pun diberlakukan di beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan laut.
Air laut semakin meluap dan mencapai puncaknya, dengan ketinggian hingga 245 cm, pada pukul 20.00 WIB. Status tinggi muka air di stasiun pemantauan air laut Pasar Ikan pun naik menjadi siaga dua. "Untuk siaga dua, biasanya tidak ada dampak signifikan. Tapi ini karena tanggul jebol, dampaknya kena kompleks Pantai Mutiara ini," ujarnya.
Jebolnya tanggul air di perumahan elite itu lantaran siklus air laut yang mulai pasang. “Satu minggu ini memang bulan besar, bulan purnama, air laut pasangnya sedang tinggi," ujar Denny, di lokasi kejadian, Sabtu, 4 Juni 2016.
Rob tak hanya melanda Perumahan Pantai Mutiara. Setelah menggenangi permukiman itu, rob menerjang kawasan Muara Angke. Tanggul penahan air laut di lokasi itu pun jebol. Akibatnya, ratusan rumah dan pelelangan ikan terendam banjir dalam peristiwa Sabtu malam, 4 Juni 2016 itu.
Sehari kemudian, air laut merendam kawasan pelabuhan Muara Baru. Rob menggenang mulai Minggu, 5 Juni 2016, sekitar pukul 22.00 WIB. Ketinggian air mencapai sepaha orang dewasa. Air laut juga masuk ke dalam kantor Polsek Muara Baru.
Pasar pelelangan ikan tak luput dari terjangan rob. Bahkan, kehadiran rob setinggi pinggang orang dewasa itu sempat mengganggu aktvitas di pasar tersebut. "Pelelangan tidak lumpuh, tapi memang terganggu,” ujar Kapolsek Muara Baru, Ajun Komisaris Polisi Mulyana, Senin, 6 Juni 2016.
Selanjutnya…Ancaman Banjir Air Laut
***
Ancaman Banjir Air Laut
Banjir air laut atau rob kerap melanda Jakarta. Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dalam situsnya, ncicd.com, menyebutkan penurunan tanah di wilayah Jakarta Utara merupakan penyebab banjir pasang di kawasan itu. Kecepatan penurunan tanah rata-rata 7,5 sentimeter (cm) per tahun. Akibatnya, sekitar 40 persen dari wilayah Jakarta Utara berada di bawah muka air laut.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengemukakan, rob menjadi ancaman serius bagi Jakarta. Berdasarkan hasil pengukuran tahun 1925-2010, permukaan air laut Jakarta selalu naik setiap tahun.
Kenaikannya rata-rata 0,5 cm per tahun. Di sisi lain, penurunan muka tanah Jakarta terus terjadi. Penurunan itu mencapai 5 cm hingga 12 cm per tahun di sejumlah titik selama tiga dekade terakhir. “Kondisi itu yang menyebabkan akumulasi permukaan air laut yang menggenangi tanah Jakarta jadi lebih tinggi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 7 Juni 2016.
Dari hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) selama 1982-2010, ditemukan penurunan muka tanah tersebar di sejumlah tempat di Jakarta. Penurunannya bervariasi 1-15 cm per tahun. Bahkan, di beberapa lokasi terjadi penurunan 20-28 cm per tahun.
Kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan salah satu wilayah yang mengalami penurunan muka tanah cukup besar. Selama tiga dekade ini, beberapa daerah di Pluit mengalami penurunan tanah 1,8 meter hingga 3 meter. “Kombinasi antara turunnya tanah dan naiknya muka air laut itu yang menyebabkan rob,” ujarnya.
Saat ini, ada 26 titik rawan rob di Jakarta Utara. Lokasi itu antara lain Penjaringan, Pluit, Kamal Muara, Kapuk muara, Tanjung Priok, Kalibaru, Ancol, Pademangan, Marunda, Koja, Lagoa.
Daerah rawan banjir air laut lainnya yaitu, Sunter Karya Selatan, Papanggo, Sunter Agung, Warakas, Kebon Bawang, Sungai Bambu, Jampea, Kramat Jaya, Kelapa Gading, KBN Cakung, Sunter Jaya, dan Yos Sudarso.
Selanjutnya…Problem Cegah Rob
***
Problem Cegah Rob
Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memiliki langkah-langkah antisipasi rob dan banjir di Jakarta. Di antaranya, pembangunan tanggul laut raksasa, reklamasi, pembangunan polder, tanggul di pantai. “Tentunya saja upaya tersebut selalu ada yang pro dan kontra,” ujar Sutopo.
Hal senada diungkapkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Pemprov DKI telah mempersiapkan berbagai kebijakan untuk mengantisipasi banjir, termasuk rob. Di antara kebijakan itu adalah membangun tanggul-tanggul agar air tidak menggenangi permukiman setiap air laut pasang. Namun, kebijakan tersebut kerap ditentang sejumlah pihak, seperti warga dan para aktivis.
Ahok menuding, banjir akibat limpasan air laut yang masih terjadi di pesisir utara Jakarta tak lepas dari ulah para aktivis. Mereka selama ini getol mengampanyekan penolakan atas program pemerintah dalam menata kawasan utara Jakarta.
Aksi penolakan itu membuat rencana penertiban hunian liar di sana, seperti kawasan Pasar Ikan, tertunda. Rencana pembangunan dan penguatan tanggul laut untuk membentengi daratan Jakarta dari permukaan air laut yang meninggi pun terhambat.
"Jangan tanya saya (terkait sebab banjir rob masih terjadi). Tanya sama pengacara, sama aktivis yang melarang saya melakukan pembongkaran," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, di Balai Kota DKI, Selasa, 7 Juni 2016.
Pembangunan tanggul dari Muara Baru hingga Pasar Ikan misalnya. Di lokasi itu, tanggul belum dipasang. Saat ini, pemerintah Jakarta baru memulai tahapan awal pembangunan. Hal itu dilakukan setelah kawasan hunian liar Pasar Ikan berhasil ditertibkan pada Mei lalu.
Akibat belum dibangunnya tanggul, kawasan Muara Baru pun terendam. Itu karena permukaan laut yang meninggi di sebelah timurnya tak tertahan.
Ketiadaan tanggul akan membuat bencana banjir rob besar pada 2007 terulang. Pada saat itu, ketinggian air laut bahkan sejajar dengan ketinggian muka air Waduk Pluit.
Jika hal itu terjadi, bukan hanya Jakarta Utara yang akan terendam. "Laut pasang, ditambah hujan, 40 persen Jakarta tenggelam," ujar Ahok.