Ani Yudhoyono Capres 2019, Serius atau Coba-coba?
- Biro Pers Istana/Abror Rizki
VIVA.co.id - Muncul sebuah foto atau gambar yang menampilkan sosok dari istri mantan Presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, sebagai calon presiden Partai Demokrat 2019. Dalam gambar itu, Ani terlihat mengenakan baju berwarna biru, berpose mengangkat tangan kanannya dalam posisi menyapa dengan latar bendera Merah Putih.
Jargon khas SBY saat kampanye dalam Pemilihan Presiden 2009, 'Lanjutkan!' pun turut serta ditampilkan. Ditambah pula dengan tagar #AniYudhoyono2019.
Ani akan maju sebagai capres menantang capres incumbent macam Joko Widodo?
Sejumlah petinggi partai berlambang bintang Mercy itu segera memberikan konfirmasi terkait menyebarnya foto Ani di publik. Sebagian besar tak membantah, justru membenarkan bahwa Ani memang berpotensi diusung menjadi capres.
Juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, mengakui ada usulan dari masyarakat atau akar rumput partai untuk menjadikan Ani sebagai capres pada pemilu 2019 mendatang. Ruhut menuturkan bahwa saat ini, Ketua Umum Partai Demokrat SBY beserta jajaran elite partai tengah keliling Jawa. Dari sana, mereka mengetahui masyarakat masih mencintai SBY.
"Masyarakat itu masih meminta 'Pak, maju lagi dong'. Kita tahu kan Bapak kita itu taat hukum. Ya mereka mengatakan 'Kalau memang Bapak enggak, ya apa salahnya Ibu Ani?' Itu rakyat yang meminta," kata Ruhut di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 15 Maret 2016.
Dari hasil keliling Jawa itu, Ruhut mengetahui jika masyarakat sudah semakin cerdas. Mereka sudah mempunyai kriteria pemimpin yang diinginkan meski ada nama kader Partai Demokrat lain yang diinginkan masyarakat selain Ani.
Â
"Ada juga yang meminta Pak Pramono Edhie," ujarnya.
Â
Walaupun sudah muncul nama-nama dari partainya sebagai kandidat capres pada Pemilu 2019, namun Partai Demokrat belum memutuskan siapa yang akan diusung dalam Pemilu 2019 mendatang.
Â
"Ini masih kami bicarakan dulu. Kami akan evaluasi setelah Tour de Java. Memang banyak yang meminta Ibu Ani," ujarnya.
Â
Anggota Komisi III DPR itu membantah bila Tour de Java dianggap sebagai kampanye awal Partai Demokrat dan berbenturan dengan program Presiden Jokowi.
Â
"14 Program prorakyat Pak SBY kan bagus. Soal pangan dan lain-lain. Kalau Bapak jalankan saja itu program, apalah arti sebuah nama. Mau ganti casing atau apa, tapi program tetap jalan," katanya.
Pendapat juga disuarakan oleh Politikus Partai Demokrat yang juga Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP), Nurhayati Ali Assegaf. Ia tak menyangkal bahwa Ani sedang dipersiapkan partai itu untuk Pemilu 2019 sebagai capres.
"Kami itu Demokrat punya figur, figur sentral kami anggap bisa membawa Demokrat. Saya dari dulu dukung Pak SBY. Artinya suami istri dong. Bu Ani tidak bisa dipisahkan," kata Nurhayati saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Maret 2016.
Dia mengatakan tak sedikit dari simpatisan Partai Demokrat yang ingin SBY maju lagi pada Pemilu lalu, sayangnya tak bisa karena sudah 2 periode. Namun yang harus dicatat ternyata aspirasi ke Ani Yudhoyono juga tak sedikit.
Nurhayati mengatakan bahwa figur kepemimpinan juga tak bisa dilepaskan dari sosok Ani karena sudah dianggap berhasil mendampingi SBY selama 10 tahun kepemimpinannya.
"Kader-kader ini berpikir yang mendampingi Pak SBY selama ini kan Bu Ani. Bagaimana kalau Bu Ani mencalonkan jadi Presiden," ujarnya.
Keinginan para kader dan simpatisan itu bahkan menurutnya sudah muncul sejak lama. Termasuk pada tahun 2014 menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
"Sebelum itu sudah banyak memang. Kalau tour of Java, orang melihat Pak SBY masih rindu," terang Nurhayati.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan saat dikonfirmasi VIVA.co.id, Rabu, 16 Maret 2016, menyatakan bahwa Ani bukanlah wanita biasa. Sebaliknya, Ani memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
"Ibu Ani adalah salah satu tokoh yang ikut membesarkan Partai Demokrat dan memiliki kapasitas yang tinggi untuk menjadi pemimpin bangsa," kata Syarief.
Namun demikian, Syarief mengatakan bahwa Partai Demokrat hingga kini belum memutuskan siapa yang akan diusung. Menurutnya, semua akan tergantung pada keinginan rakyat.
"Sekarang fokus kami adalah berjuang bersama rakyat," ujar mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tersebut.
Terkait gambar atau foto yang menampilkan Ani sebagai capres, Syarief tak membantah itu memang dibuat oleh kader Partai Demokrat.
"Kreativitas kader sebagai kecintaan kepada Ibu Ani sebagai salah satu tokoh partai," tutur dia.
Sementara itu, Juru Bicara Partai Demokrat lainnya, Imelda Sari, menyatakan bahwa partai tersebut hingga saat ini belum membahas capres 2019. Menurutnya, ada mekanisme internal di Majelis Tinggi Partai dalam membahas persoalan tersebut.
"Bukan maunya orang per orang," kata Imelda melalui akun Twitter, @isari68, Rabu, 16 Maret 2016.
Imelda mengatakan bahwa Partai Demokrat masih fokus untuk konsolidasi dan pemenangan Pilkada 2017.
"Ketum @SBYudhoyono& romb #TourDeJava saat ini dlm perjalanan dlm konteks tsb," lanjutnya.
Soal penyebaran foto Ibu Ani, Imelda menyebut Partai Demokrat justru kaget. Dia mengatakan mereka kini masih mengecek motif pembuatan dan penyebarannya.
Tanggapan mengenai Ani maju capres 2019 tersebut tidak hanya muncul dari internal Demokrat. Kalangan eksternal pun memberikan komentar. Misalnya saja dari Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), sebuah organisasi masyarakat yang didirikan mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, bersama para sahabatnya.
Juru Bicara PPI, Tridianto, meyakini bahwa sejak Pilpres 2014 lalu, SBY sebetulnya ingin Ani maju. Tapi karena saat itu hasil survei atau elektabilitasnya tidak bagus maka ia mengurungkan niat tersebut.
"Dan kalau sekarang Bu Ani mau dimajukan lagi itu sangat mungkin," kata Tridianto kepada VIVA.co.id, Rabu, 16 Maret 2016.
Untuk sekarang ini, Tri melihat peluang Ani masih kecil. Menurutnya, Ani hanya punya peluang jika pemerintahan Jokowi-JK dianggal gagal.
"Saya yakin kalau Jokowi-JK dinilai berhasil, Bu Ani tidak akan dilirik oleh rakyat," ujar Tri.
Tri mengatakan Ani bukan ancaman untuk Jokowi di Pilpres 2019. Sebab, ia melihat ekonomi Indonesia belakangan mulai pulih dan berkembang.
"Saya yakin pemerintahan Jokowi-JK akan berhasil," kata Tri lagi.
Lebih lanjut, Tri menilai apabila di Pilpres 2019, Demokrat benar-benar mencalonkan Ani, maka partai itu gagal dalam kaderisasi. Karena mereka tidak mampu mencari calon di luar Cikeas.
Pantas atau Tidak
Meski demikian, mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Cilacap, Jawa Tengah, itu mengakui Ani tetap pantas menjadi capres. Tapi kalau soal mampu atau tidak, dia mengatakan yang bersangkutan belum mampu.
"Ya kalau pantas, semua orang Indonesia pantas, tapi kalau mampu itu pertaruhan apakah bisa. Karena dari pengalaman kan cuma pernah mendampingi Pak SBY waktu menjadi Presiden. Tapi saya meragukan Bu Ani mampu memimpin Indonesia kalau menjadi Presiden," kata salah satu sahabat Anas itu.
Selain mendampingi SBY, Tri mencatat Ani tidak punya pengalaman lainnya. Misalnya, dalam bidang organisasi yang bersifat nasional.
"Iya sama sekali tidak punya pengalaman apa-apa. Ya dalam organisasi nasional ya karena pada waktu itu sebagai ibu negara," tuturnya.
Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ida Fauziah juga turut bersuara. Ida mengapresiasi Ani sebagai capres seperti yang telah dipersiapkan Partai Demokrat untuk Pilpres 2019.
"Itu haknya Demokrat untuk mencalonkan. Itu yang dianggap terbaik. Itu saya menghormati. Apalagi saya perempuan, menghormati, ada representasi perempuan yang berani ambil bagian," kata Ida di Gedung DPR Jakarta, Rabu, 16 Maret 2016.
Â
Menurut Ida, Ani mempunyai pengalaman, terutama saat mendampingi suaminya saat menjabat Presiden keenam. Selama 10 tahun menjadi pendamping SBY, menjadi pengalaman bagi Ani.
Â
"Beliau 10 tahun mendampingi Pak SBY, punya banyak pengalaman untuk mengelola negara. Cuma pertanyaannya, apakah cukup hanya mendampingi itu bisa menyelesaikan persoalan negara. Mungkin Demokrat yang bisa mengukur itu," ujar Ida.
Â
Anggota Komsi I DPR ini menambahkan partainya tidak akan terburu-buru menyikapi pemilihan presiden 2019 mendatang. PKB memilih melakukan konsolidasi internal secara terus menerus sebelum memutuskan sikap dalam pemilihan presiden mendatang.
Â
"Masing-masing partai punya gayanya sendiri. Kalau PKB yang penting konsolidasi dan penataan struktur. Itu kewajiban dari partai. Sekarang sudah dilakukan konsolidasi struktural, program, dan pelayanan masyarakat. Itu menurut kami penting. Kalau sudah solid mesinnya dinyalain sedikit saja, sudah menggelora," kata Ida.
Demokrat Coba-coba
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro melihat Partai Demokrat tengah melakukan upaya coba-coba atau testing the water dengan menyebar foto Ani sebagai capres 2019. Mereka ingin melihat sejauh mana publik bereaksi.
"Bisa jadi sosok Ani Yudhoyono mulai disosialisasikan oleh Demokrat. Ini bisa jadi sebagai ajang testing the water. Kira-kira seperti apa respons publik ketika Ani Yudhoyono dicalonkan dalam pemilu 2019," kata Zuhro kepada VIVA.co.id, Rabu, 16 Maret 2016.
Apakah Ani memiliki kapasitas? Menurut Zuhro, biasanya publik akan melihat track record dan kompetensi serta leadership atau kepemimpinan yang bersangkutan saat proses menuju pemilihan presiden berjalan.
"Apakah memenuhi kriteria atau tidak," ungkapnya.
Zuhro mengingatkan bahwa di era keterbukaan seperti sekarang ini, siapapun yang ingin mencalonkan diri dalam pemilu harus siap ditelusuri biodatanya. Dan siapapun yang ingin mencalonkan diri dalam pemilu bukan untuk coba-coba.
"Tapi itu dilakukan karena pertimbangan serius sesuai dengan parameter yang disyaratkan. Artinya, jangan coba-coba melamar jadi RI 1 dan RI 2 kalau tak memenuhi syarat," demikian pandangan Siti Zuhro.