Cianjur Rawan Longsor, Amdal Bangunan Ditinjau Ulang
- ANTARA FOTO/Firman Taqur
VIVA.co.id - Tanah longsor menerjang bangunan Hotel Club Bali di Kota Bunga, Desa Batu Lawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu dini hari, 9 Maret 2016.
Tanah labil yang bergerak cepat itu membuat pondasi bangunan tak mampu menahan beban berat dari hotel berlantai tiga bergaya kastil itu. Hotel itu amblas, bagian depannya rusak parah dan lima kamar nyaris rata dengan tanah bak ditelan bumi.
Sebanyak 11 tamu hotel tertimbun reruntuhan bangunan. Tiga orang meninggal dunia dan delapan orang mengalami luka-luka. Bencana ini memecah keheningan malam di Hotel Club Bali, Cianjur.
Teriakan minta tolong terdengar. Masyarakat berbondong-bondong menuju lokasi. Sejurus kemudian, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur bersama TNI, Polri, Basarnas, Tagana, PMI, dan relawan tiba.
Tim penyelamat harus membagi tim, bencana longsor juga melanda Kampung Cikareo dan Kampung Kadubandeng, Desa Sukaresmi dan Kampung Gadog, Desa Sukamahi, Cianjur, diwaktu yang hampir bersamaan.
Di Hotel Club Bali, sayup-sayup minta tolong terdengar. Kapolres Cianjur, AKBP Asep Guntur Rahayu yang turut serta dalam proses penyelamatan menghampiri suara teriakan minta tolong itu. Dia terkejut, saat melihat bocah wanita bertubuh mungil yang dipeluk lelaki dewasa terhimpit tembok besar bangunan hotel.
Natasya (7) nama bocah itu. Sementara itu, pria yang memeluknya ternyata ayahnya, Bun Susanto (35).
"Posisi dipeluk bapaknya, tubuh bapaknya tertimpa tembok di atas spring bed (kasur)," kata Asep Guntur.
Meski terhimpit beton besar, Natasya tidak menangis. Kapolres, bahkan berbincang panjang dengan Natasya untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan bocah itu.
"Saya bisa berkomunikasi, saya pegang tanganya (Natasya), sakit tidak saya bilang. Dia bilang tangannya tidak sakit, tetapi kakinya tidak terasa," kata Asep Guntur
Ditambahkan Guntur, ayahnya kata Natsya sudah pingsan. Di atas tubuh Susanto memang ada tembok benton besar yang menghimpit. Belum lagi bisa melakukan pertolongan, teriakan minta tolong juga terdengar dari bagian lain di kamar hotel itu.
Dengan kerja keras tim SAR (search and rescue), selama 10 jam lebih, Natasya akhirnya bisa diselamatkan. Namun, sayang nyawa ayahnya tidak dapat diselamatkan. Susanto, bersama dua korban meninggal lainnya baru bisa dievakuasi dari reruntuhan bangunan hotel empat jam kemudian pada Kamis siang kemarin, 10 Maret 2016.
Dua korban meninggal yang lain itu adalah Budi Tanuadi Supena (52) dan Meilianawaty (52). Keduanya sedang merayakan hari jadi pernikahan ke-24 di hotel nahas itu. Pasangan dokter itu ditemukan dalam kamar nomor 125.
Perjuangan tak kalah lelah juga dilakukan Dewi (7), baby sitter yang sedang menginap bersama majikannya. Dia diselamatkan, setelah hampir 15 jam tertimbun bangunan Hotel Bali Club.
Cianjur rawan pergerakan tanah
Kabupaten Cianjur di Jawa Barat, memang daerah rawan pergerakan tanah, atau longsor. Berdasarkan data, sebanyak 320 desa masuk di wilayah rawan bencana alam pergerakan tanah. Ratusan desa tersebut tersebar di 32 kecamatan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Asep Suparman mengatakan, imbauan dan surat edaran telah dikirimkan, agar wilayah selatan dan utara Cianjur, yang merupakan daerah perbukitan rawan mengantisipasi dengan kejadian pergerakan tanah. Apalagi, saat turun hujan.
"Ada berapa hunian hotel di selatan dan utara yang rawan, tetapi kejadian hotel terdampak baru pertama terjadi," katanya.
Dari posisi lingkungan, menurut Asep, Hotel Club Bali memang dekat dengan perbukitan yang tinggi risiko pergerakan tanahnya. Dengan adanya kejadian ini, BPBD Cianjur akan melakukan koordinasi dengan badan lingkungan hidup terkait dengan perizinan. Khusunya daerah puncak seperti Hotel Club Bali.
Banyaknya bangunan-bangunan yang usianya lebih tua dari terbentuknya BPBD, Asep Suparman berharap, BPBD dilibatkan pada proses pengajuan pendirian bangunan. Kemudian, akan dilakukan pendataan perizinan, tertutama yang masuk kawasan rawan bencana.
"Bila ada permohonan pengajuan pendirian bangunan, harus melibatkan BPBD. Kami (BPBD) baru terbentuk, lebih tua dari hotel-hotel di daerah rawan," katanya.
Asep Suparman menambahkan, selama ini sosialisasi terus dilakukan, terutama bagi warga di kawasan perbukitan. Ini, agar masyarakat paham tentang kebencanaan. Apalagi, saat ini masuk musim penghujan. Koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Geologi tentang potensi longsor terus dilakukan.
"Masyarakat harus paham tentang kebencanaan. Mereka harus tahu. ke mana mencari tempat aman," katanya.
Izin amdal bangunan ditinjau ulang
Berdasarkan laporan Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, secara umum lokasi di sekitar Hotel Club Bali adalah lahan perkebunan dengan kemiringan lereng yang terjal. Tingginya mencapai 40 meter, saat terjadi pergerakan, tanah akhirnya menjebol tembok hotel.
Selain itu, lokasi hotel adalah zona potensi gerakan tanah dalam level menengah dan tinggi. Zona ini dapat mengalami pergerakan tanah jika curah hujan di atas normal.
Badan Geologi memperkirakan ada lima faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di kawasan Hotel Club Bali, Cianjur, Jawa Barat. Pertama, lereng yang terjal dan tanpa penahan, alih fungsi lahan menjadi perkebunan, hujan lebat dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama sebelum kejadian pergerakan tanah.
Kemudian, adanya bidang kontak antara batuan yang kedap air seperti batu lempung dengan lapisan yang lebih poros, seperti tanah pelapukan atau batu pasir. Hal ini yang kemudian menjadi bidang gelincir atau bidang lemah dalam batuan. Terakhir, adalah penataan air permukaan yang kurang baik.
Akibat bencana ini, Pemerintah Daerah Cianjur akan meninjau ulang izin hotel dan vila di Cianjur. Menurut Wakil Bupati Cianjur, Suranto, akan dilakukan pendataan ulang mengenai analisis dampak lingkungan, atau amdal pendirian bagunan, khususnya hotel yang memiliki struktur bangunan bertingkat.
"Akan meninjau ulang izin hotel, langkah ini menyusul musibah longsor yang sebabkan korban jiwa. Kita teliti lagi, bangunan ini, perizinan, gambar, dan hal-hal lain," ujar Suranto, Kamis, 10 Maret 2016.
Menanggapi bencana ini, GM Hotel Club Bali, Uni Kartini, memastikan kalau hotel tempatnya bekerja telah mendapatkan izin, amdal juga sudah dimiliki sejak 2006, sebelum hotel dibangun.
Meski masuk kawasan bencana, menurut Kartini, sejauh ini tidak ada masalah berarti yang harus dihadapi. Beberapa kejadian gempa juga tidak menyebabkan masalah pada kontruksi bangunan.
Terkait evaluasi yang akan dilakukan BPBD bersama pihak terkait, Kartini akan menunggu hasil dan rekomendasinya.
"Kami merasa semua izin telah lengkap. Kami belum lakukan evaluasi, kami fokus pada korban, sampai korban tiba di rumah duka dan pemakaman," katanya. (asp)