Tumbangnya Raksasa Otomotif Amerika di Indonesia
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Salah satu dari tiga pabrikan mobil terbesar asal Amerika Serikat, Ford, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa praktik bisnis mereka di Jepang dan Indonesia tidak berjalan sesuai harapan.
Hal ini mereka tunjukkan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa Ford akan menutup semua kegiatan diler mereka yang ada di Jepang dan Indonesia.
Pernyataan tersebut dikirimkan Presiden Ford Asia Pasifik, Dave Schoch, ke semua karyawan Ford yang ada di bawah pimpinannya.
Setelah menerima surat elektronik dari atasannya pada Senin 25 Januari 2016, Managing Director Ford Motor Indonesia (FMI), Bagus Susanto, kemudian membuat pengumuman di laman resmi Ford Indonesia, dan ditujukan untuk semua konsumen Ford yang ada di Tanah Air.
"Hari ini kami telah mengumumkan keputusan bisnis yang sulit untuk mundur dari seluruh operasi kami di Indonesia pada paruh kedua tahun ini. Hal ini termasuk menutup dealership Ford dan menghentikan penjualan dan impor resmi semua kendaraan Ford.
Kami berterima kasih atas minat, dukungan, dan kesetiaan Anda terhadap merek Ford. Dan kami akan terus mengkomunikasikan perkembangan yang ada melalui website ini dalam melalui fase peralihan ini.
Apabila Anda ada pertanyaan, silakan menghubungi Ford Customer Service kami di 0807-1-90-9000.
Hormat kami
Bagus Susanto
Managing Director
Ford Motor Indonesia
Ford sebenarnya telah hadir di Indonesia sejak 1989, saat itu masih bentuk perwakilan, yakni Inremco (Indonesia Republic Motor Company).
Baru pada Juli 2009, PT Ford Motor Indonesia resmi berdiri sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Ford di Indonesia. Sejak itu, Ford berhasil memberi warna dalam persaingan pasar otomotif Tanah Air.
Indonesia sempat menjadi salah satu negara yang diperhitungkan Ford Motor Company (FMC), bersama negara-negara kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Berbagai produk legendaris juga berhasil dihadirkan Ford untuk pasar otomotif Indonesia. Tengok saja bagaimana sepak terjang Ford Ranger, Ford Everest hingga Ford Focus, yang kini banyak ditemui di jalanan ibu kota.
Bahkan, Bekasi mendapat kehormatan sebagai tempat berdirinya diler Ford terbesar di Asia Tenggara, yang resmi beroperasi 2013.
Berdiri di lahan seluas 4.700 meter persegi, bangunan dua tingkat seluas 4.200 meter persegi tersebut menyajikan ruang pajang untuk 14 kendaraan dan kapasitas servis untuk 16 kendaraan.
Diler Ford Bekasi
Namun kini, Ford harus gulung tikar. Menurut juru bicara perwakilan Ford di China yang diwawancari Reuters, Selasa 26 Januari 2016, alasan Ford menutup perwakilan mereka di Indonesia adalah karena kalah bersaing.
“Untuk bisa bersaing di Indonesia, harus punya pabrik, dan Ford tidak memiliki pabrik di negara itu,” ujar juru bicara yang tidak disebutkan namanya tersebut.
Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang 2015, sebenarnya penjualan Ford terbilang masih lumayan. Bahkan lebih baik dibandingkan beberapa ATPM lainnya.
Total Ford berhasil menjual sebanyak 6.103 unit kendaraan sepanjang 2015. Jika dirata-rata, FMI mampu menjual sekitar 300 hingga 400 unit per bulan. Angka itu bahkan mampu unggul jauh dari beberapa APTM seperti KIA, Chevrolet, hingga Tata Motors.
Penyumbang terbesar bagi penjualan Ford di Indonesia pada 2015Â adalah Ford Ecosport, yang mampu terjual hingga 3.331 unit. Kemudian diikuti Ford Fiesta dengan total penjualan sebanyak 891 unit.
Namun angka tersebut tentu jauh lebih kecil ketimbang penjualan merek-merek Jepang seperti Toyota, Daihatsu dan Honda, yang masing-masing bisa menjual puluhan hingga ratusan ribu unit tiap tahunnya.
Apa yang dialami Ford sebenarnya juga menimpa pelaku industri otomotif asal AS lain, yakni General Motors. Pada pertengahan 2015, mereka memutuskan untuk menghentikan proses produksi mobil Chevrolet Spin di Indonesia.
Namun, diler resmi Chevrolet tetap beroperasi melayani pelanggan, mulai dari penjualan hingga purna jual.
Ford Fiesta
Rencana hengkangnya Ford dari Indonesia membuat pemilik kendaraan Ford di Indonesia meradang. Bayang-bayang harga jual anjlok, servis semakin susah dan suku cadang mahal langsung menyelimuti para pemilik mobil Ford.
Hal itu juga yang dirasakan Ery, salah satu pemilik Ford Fiesta keluaran 2014.
"Langsung kepengen jual mas. Ya, pasti hal ini akan membuat harga mobil Ford anjlok. Tapi enggak tahu nanti pasaran mobil saya ini jadi berapa?"Â kata pria yang tinggal di Cawang, Jakarta Timur ini saat dihubungi VIVA.co.id.
Hal senada diungkapkan Sari, pemilik Ford Focus keluaran 2006. Menurutnya, dengan berhenti beroperasinya Ford di Indonesia tentu akan membuat harga suku cadang mobil Ford bakal mahal.
"Pusing bagaimana nanti kalau ada kerusakan, mau servis di mana. Tentu akan ada masalah dengan purna jualnya," kata Sari.
Sari mengakui, sebenarnya ia sudah sangat nyaman dengan mobilnya tersebut dan sayang untuk menjual. Namun, opsi untuk menjual ini terlintas setelah mendengar kabar berhenti beroperasinya FMI.
Rasa terkejut juga dirasakan para pemilik mobil Ford yang tergabung dalam Ford Community Indonesia (FCI). Humas FCI, Magyartoto (Toto), mengatakan, pihaknya masih menunggu konfirmasi mengenai ketersediaan suku cadang dan pelayanan servis dari pihak FMI.
“Saya kaget mengetahui hal ini. Saya tahu kemarin sore, saya sudah mencoba mengonfirmasi dengan menghubungi Pak Bagus melalui pesan singkat, untuk nantinya disampaikan kepada komunitas, tapi masih belum ada jawaban,” ujar Toto.
Toto mengakui, pihaknya tidak pernah khawatir mengenai ketersediaan suku cadang. Hal itu dikarenakan banyaknya importir yang menyediakan suku cadang untuk mobil asal Amerika Serikat tersebut.
“Pemilik mobil buatan 2010 ke bawah sudah terbiasa hidup sendiri. Selama pabrik di Thailand masih ada, importir masih menyediakan suku cadang. Yang bingung itu yang canggih-canggihnya, seperti sensor dan sistem kelistrikan,” katanya.
Sementara itu, Bagus Susanto mengatakan, konsumen tetap dapat terus mengunjungi diler Ford untuk semua dukungan layanan penjualan, servis dan garansi hingga beberapa waktu ke depan tahun ini.
“Kami berkomitmen untuk menyediakan kesinambungan dukungan pelayanan servis dan garansi setelah kepergian kami dan akan menghubungi Anda lagi sebelum proses pergantian untuk memberitahukan mengenai pengaturan yang baru,” jelas Bagus.