Fenomena Laut Jakarta dan Kematian Ribuan Ikan
- VIVA.co.id / Danar Dono
VIVA.co.id - Ribuan ikan mengambang di laut Jakarta. Ikan tersebut mati secara misterius. Jumlahnya tak satu, bahkan mencapai ribuan. Pemandangan tak sedap ini terjadi di laut Jakarta, sejak Sabtu 29 November 2015.
Tak hanya pemandangan, bau busuk juga tercium, jika mendekat di pesisir pantai Ancol tempat warga Jakarta berwisata akhir pekan.
Kejadian ini, sontak membuat petugas pantai dan polisi yang berpatroli di laut Jakarta kaget. Sebab, hal ini bukan kejadian biasa. Jajaran Polisi Air, yang melaksanakan patroli dan melakukan pengangkatan ikan, mengaku sudah mengevakuasi berton-ton ikan.
"Kami tadi kebetulan juga sedang patroli dan kami memang melihat sebagian besar ikan sudah mati mengambang," ujar Kepala Bagian Pembinaan dan Operasi Ditpolair Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Dramayadi.
Menurut Dramayadi, Polair sudah dua kali mengangkut berton-ton ikan tersebut dengan mobil bak terbuka. "Ada kemungkinan, karena kami menemukan adanya perbedaan warna permukaan air laut yang seharusnya cokelat menjadi hijau gelap," ujarnya.
Berdasarkan pantauannya, jenis ikan yang mati dan membusuk itu, antara lain bandeng, ketang-ketang, belanak, dan kakap putih. Kata dia, kemungkinan kematian ikan-ikan ini karena limbah. Namun, penyelidikan lebih dalam masih terus dilakukan.
"Ada kemungkinan limbah, karena kami menemukan adanya perbedaan warna permukaan air laut, yang seharusnya cokelat menjadi hijau gelap," kata Dramayadi.
Â
Menurut Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum Ditpolair Polda Metro Jaya, Komisaris Polisi Edi Guritno, petugas menemukan ikan mati di sepanjang Pantai Ancol mulai dari Jimbaran hingga ujung perbatasan sejak Senin dini hari.
"Kami masih menunggu hasil pemeriksaan sampel, guna memastikan penyebab kematian ikan tersebut," kata Edi.
Sementara itu, berdasarkan pantauan VIVA.co.id, Selasa 1 Desember 2015, nyaris tak terlihat lagi tumpukan bangkai ikan yang bertebaran di bibir Pantai Ancol, Jakarta Utara.
Ribuan bangkai ikan itu, mulai hilang setelah dibersihkan dan dibawa petugas kebersihan ke lokasi pembuangan sampah di Ancol. "Sudah sebagian dibersihkan. Tadi malam juga masih bersih-bersih," kata salah satu petugas kebersihan PT Jaya Ancol, Sugeng.
Selain membersihkan dan membawa bangkai ikan, petugas juga memasang jaring di sekitar perairan dekat bibir pantai. Jaring itu sengaja dipasang, agar bangkai-bangkai ikan yang mati misterius tak lagi terdampar ke pantai.
Tak hanya sekali
Menurut Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum Ditpolair Polda Metro Jaya, Komisaris Polisi Edi Guritno, kematian ikan secara misterius di Pantai Ancol pernah terjadi pada September 2010. Akibat bangkai ribuan ikan, air dan udara di kawasan Pantai Ancol, tercium bau yang tidak sedap.
Saat itu, ikan mati akibat air sungai keruh yang masuk ke laut, setelah hujan deras mengguyur kawasan Jakarta, selama empat hari beruturut-turut. Air sungai mendorong sampah dan lumpur ke laut, sehingga air laut menjadi keruh.
Hal ini, menyebabkan ikan-ikan yang berada di pantai mengalami kekurangan oksigen dan mati lemas.
Jumlah ikan yang mati saat itu mencapai ratusan kilogram. Bangkai-bangkai ikan itu, kemudian dikumpulkan dan dikubur. Ada 10 jenis ikan yang mati, seperti selar, baronang, barakuda, petek, serinding, blanak, kacang-kacang, sembilang dan cumi-cumi. Ikan ditemukan sepanjang Pantai Carnaval hingga Marina Ancol.
Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan, Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan DKI, Lilik Litasari, mengatakan pihaknya langsung mengambil sampel ikan dan air di Ancol.
Menurutnya, peristiwa ini memang tidak hanya sekali terjadi, namun tiap tahun selalu terjadi.
"Kalau kemarau panjang, kemudian hujan deras ada pemasukkan air yg sangat besar ke daerah muara di Ancol. Sehinga, terjadi pembalikan, atau pengangkatan lumpur yang membuat kadar oksigen rendah, serta endapan lumpur yang mengandung CO2 dan zat lainnyalah yang diduga menyebabkan ikan keracunan hingga mati," kata Lilik, Senin 1 Desember 2015.
Dia melanjutkan, kebanyakan ikan yang mati itu adalah ikan yang dekat dengan pantai, bukan ikan laut dalam. Namun, pihaknya sudah mengambil sampel dari ikan dan air.
"Fenomenanya, lumpur ikut ke laut. Lumpur ada limbahnya. Lumpur ini mengandung H2S. Racun itu akibat akumulasi dari limbah segala macam. Lumpur itu enggak sampai tengah, di pinggir aja. Itu ikan yang hidup di sekitar pantai," kata dia.
Menurutnya, sangat mudah untuk mencegah kembalinya terulang. Cukup dikeruk sungai-sungai yang ada di hilir. Selain itu, pengawasan pembuangan limbah, baik dari masyarakat maupun pabrik-pabrik. "Kalau bisa, buangnya ke penampungan limbah," ucap dia.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Mohammad Iqbal mengatakan, sampai saat ini, Polda Metro Jaya sudah menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan terkait matinya ribuan ikan di Ancol. "Sudah ada tim dari Labfor, Ditkrimsus, dan Ditpolair untuk melakukan penyelidikan," katanya.
Menurutnya, dalam pembersihan yang dilakukan sejak Senin kemarin, 30 November 2015, sudah ada 120 truk yang bolak-balik mengangkut bangkai ikan bermacam jenis tersebut.
"Seandainya memang ada pelanggaran, tentunya akan kami tindak tegas. Tetapi, kami tetap menunggu hasil penyelidikan," ujar dia.
Sementara itu kata Lilik, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, telah melakukan pengambilan sampel di tiga lokasi perairan di Teluk Jakarta. Ketiga lokasi perairan tersebut adalah perairan Cilincing, Ancol, dan Muara Angke.
Nantinya, sampel seperti air laut, sendimen lumpur dari muara kali dan ikan yang mati akan dibawa ke labotarium untuk dilakukan uji lab. "Kita belum bisa pastikan apa penyebabnya. Sampel yang kita ambil perlu diuji dahulu dan hasilnya baru bisa sepekan lagi diketahui," kata Lilik.
Ahok tak mau disalahkan
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, memastikan ribuan bangkai ikan yang bergelimpangan di beberapa titik di Pantai Ancol, bukan karena dampak proyek reklamasi Teluk Jakarta.
"Saya kira enggak ada hubungannya," ujar Ahok.
Ahok mengatakan, ribuan lebih ikan mati dimungkinkan karena tercemar limbah yang berasal dari aliran-aliran sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Musim penghujan membuat aliran limbah meluber hingga tiba di lautan.
"Kalau sungai tercemar, hampir semua ikan yang terhubung ke sungai bisa mati," ujar Ahok.
Bila seperti itu yang terjadi, Ahok mengatakan, pabrik atau perusahaan pencemar tentu akan diselidiki untuk kemudian diberi sanksi. "Sanksi terberat pabriknya ditutup," ujar Ahok.
Hanya saja, Ahok mengatakan, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI tentu perlu membuat penyelidikan terlebih dahulu. Dia mengaku baru mengetahui keberadaan ribuan ikan mati yang terbawa arus hingga terdampar di pantai yang terletak di sebelah utara Jakarta itu dari pemberitaan media.
Mantan Bupati Belitung itu menambahkan, peristiwa ditemukannya ribuan ikan mati bergelimpangan bukan hanya terjadi di Pantai Ancol, Jakarta Utara.
Di awal musim penghujan yang saat ini tengah berlangsung, peristiwa serupa juga terjadi di sungai buatan yang berada di tengah kompleks Epicentrum, Kuningan.
"Kamu tahu kolam ikan yang di Epicentrum? Itu (sungai buatan) kan, hanya kolam ikan yang dibikin terhubung sama sungai. Itu mati semua ikannya," ujar Ahok.
Ahok mengatakan, peristiwa di Epicentrum semakin menegaskan fenomena kematian ikan tidak berhubungan dengan proyek reklamasi Teluk Jakarta. "Apa air laut (dari proyek reklamasi) bisa naik sampai ke Epicentrum? Jauh," ujar Ahok.
Dia menambahkan, ikan-ikan mati karena terkena limbah yang menjadi mudah mencemari sungai akibat debit air meninggi di musim penghujan. "Begitu ada penambahan volume air dari sungai, dia tercemar," ujar Ahok.
Seperti diketahui, sungai buatan di Epicentrum, meski merupakan lingkungan terkendali, terhubung dengan Sungai Cideng. (asp)