Mengintip 'Raja Ampat' di Tengah Selebes
- festivalbajopasakayyang.com
VIVA.co.id - Kabupaten itu terletak di tengah Pulau Sulawesi. Tanahnya subur. Menyimpan kekayaan alam. Pasir putih nan lembut serta laut biru jadi pesona. Memancar keindahan natural.
Morowali, nama kabupaten itu. Beribu kota Bungku. Terbentuk pada 5 Desember 2009. Sebagian besar penduduknya petani. Perkebunan dan hasil tambang jadi andalan pendapatan. Pabrik pemurnian hasil nikel terbesar dunia pun tengah dibangun.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 14.489,62 km² dan berpenduduk 179.649 jiwa (2009). Morowali merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Poso.
Namun, dengan keelokan alamnya, daerah ini bakal jadi magnet. Menyedot siapa saja. Wisatawan asing maupun lokal.
Dikutip dari festivalbajopasakayyang.com, Bungku yang terletak di pesisir Teluk Tolo, menawarkan tebing-tebing batu gunung menghijau. Pemandangan lautan bergradasi warna biru, hijau, dan tosca pun akan memanjakan mata.
Tak hanya itu, Sombori juga bakal jadi destinasi favorit. Pulau di Morowali itu belum terekspose masyarakat. Bahkan oleh penduduk asli sekalipun. Konservasi laut lebih dari 175 ribu hektare itu pun jadi rumah dari berbagai jenis biota laut.
Tak hanya keindahan alam dan laut, bukit-bukit karangnya juga menggoda. Terlihat "cantik". Primadona wisata bahari pun siap digenggam.
Selain tempat tinggal berbagai jenis biota laut, Sombori juga rumah bagi komunitas Suku Bajo. Alam Sombori ibarat perpaduan keindahan ala Raja Ampat, Wakatobi, dan Bunaken dalam satu spot.
Upaya menjadikan Morowali sebagai destinasi favorit wisatawan "didukung" data jumlah aktivitas penumpang melalui bandar udara di Sulawesi Tengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Morowali, selama Mei 2015 aktivitas penumpang tercatat 114.383 orang atau naik 14,84 persen dibandingkan April 2015.
  Â
Sementara itu, jumlah penumpang angkutan laut melalui pelabuhan diperkirakan sebanyak 2.155 orang. Terdiri atas 937 orang penumpang datang dan 1.218 orang penumpang berangkat.
Promosi Bahari
Berbicara keindahan laut Indonesia memang tidak ada habisnya. Bahkan saat ini, Indonesia pun tengah gencar mempromosikan keindahan wisata bahari. Tak terkecuali Sombori.
Pulau tersebut dihuni oleh komunitas Suku Bajo. Pemandangannya pun memikat hati pengunjung.
"Kawasan wisata ini menawarkan keindahan alam yang luar biasa dan jarang ditemui. Selain itu, pulau ini memiliki gugusan bukit karang seakan menyembul dari permukaan laut," ujar Wakil Bupati Morowali, S.U. Marundtuh saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 4 November 2015.
Dia menambahkan, pulau eksotis ini juga memiliki hamparan pasir putih dan terumbu karang tak terjamah.
"Untuk itu, demi meningkatkan daya minat pengunjung, tentunya destinasi ini akan terus dikembangkan, sehingga pulau ini dapat menjadi tempat wisata andalan di Kabupaten Morowali," tuturnya.
Di wilayah ini, tinggal Suku Bajo, yang juga dikenal sebagai suku pengembara, nelayan tanggung, dan sebagian hidupnya berkaitan dengan laut. Suku yang disebut sebagai Gypsi Laut ini selalu menghargai tradisi turun temurun dan mereka banyak mendiami Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Keunikan budaya khas Suku Bajo ini telah menjadi daya tarik tersendiri dan belum banyak diketahui masyarakat luas. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Morowali bersama Kementerian Pariwisata menggelar Festival Bajo Pasakayyang 2015.
"Festival Bajo Pasakayyang 2015 ini adalah event yang sangat strategis. Sebab, dapat menjadikan Kabupaten Morowali menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya," ujar S.U. Marundtuh.
Kementerian Pariwisata berharap festival ini dapat menjadi agenda rutin untuk menarik banyak wisatawan. Selain itu, sangat diharapkan kepada masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam menjual beragam cinderamata selama festival berlangsung.
"Saya berharap kepada Pemkab Morowali untuk melibatkan masyarakat sebanyak mungkin dalam festival tersebut. Untuk itu, perlu adanya penambahan pelatihan terhadap masyarakat agar siap menerima wisatawan domestik maupun mancanegara,"ujar Rizki Handayani, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pasar Asia Tenggara, Kementerian Pariwisata saat ditemui pada waktu yang sama.
Rizki menambahkan, bukan hal mudah untuk memelihara tradisi salah satu suku dengan karakteristik unik di tengah kemajuan zaman. Untuk itu, pemerintah harus mampu menggali keunikan budaya Suku Bajo, sebagai salah satu modal utama dalam mengembangkan sektor pariwisata Indonesia.
Festival yang akan berlangsung 21 November 2015 itu, nantinya akan dibuka dengan Festival Budaya Bajo. Kemudian, akan dilanjutkan dengan upaya pemecahan rekor, festival kuliner, fashion show, drama theater, dan pertunjukan musik.
Melalui festival ini, pengunjung diajak "tinggal" sehari bersama Suku Bajo, dengan merasakan ambient petualangan laut, menghayati kehidupan sebagai orang Bajo serta menikmati indahnya lingkungan sekitar "rumah" mereka yang masih asli.
Berbagai ritual tradisi langka yang tak bisa ditemukan di tempat lain akan digelar dalam festival ini. Ribuan kapal dan perahu hias warna-warni yang berkumpul dalam satu spot, diharapkan menjadi pemandangan spektakuler.
Pengunjung juga akan dimanjakan dengan berbagai sajian kuliner tradisional khas Bajo. Ikan dan aneka olahan seafood unik yang tak ditemukan di daerah lain akan menjadi andalan dalam festival kuliner. Ratusan anak dengan kostum warna-warni juga akan berkarnaval di catwalk yang dibangun di atas laut, dengan pemandangan sunset sebagai latar belakangnya.