Ketika Arogansi Pengendara Moge Sudah Melewati Batas

Pesepeda di Yogya hadang konvoi Moge
Sumber :
  • Facebook

VIVA.co.id - Acara kumpul-kumpul para penggemar motor gede (moge) berbagai merek, yang digelar di Yogyakarta, 14-17 Agustus 2015, seharusnya bisa menjadi sebuah tontonan yang menarik bagi warga Kota Gudeg tersebut.

Namun, kemeriahan acara yang berlangsung di Jogja City Mall itu sedikit terganggu, dengan adanya aksi salah satu warga, Elanto Wijoyono, yang dengan berani berdiri di garis penyeberangan jalan (zebra cross), di kawasan Condongcatur, Sleman, Sabtu 15 Agustus 2015 kemarin.

Apa yang dilakukan Elanto bukannya ingin berbuat onar atau tindakan negatif lainnya. Pemuda itu hanya ingin menyatakan ketidaksetujuannya mengenai ulah rombongan konvoi motor buatan Amerika Serikat (AS) tersebut saat melintas di jalanan umum Kota Yogya.

Tidak hanya sekedar berdiri dan berusaha menghentikan laju motor-motor bertenaga besar itu melintasi perempatan saat lampu pengatur lalu lintas warna merah menyala, ia juga mengingatkan beberapa pengendara motor, termasuk polisi patroli dan pengawalan (patwal) yang membuka jalan.

Oleh beberapa netizen, apa yang dilakukan Elanto dianggap sesuatu yang sangat berani. Selama ini, warga yang merasa dirugikan dengan adanya penutupan jalan atau harus menunggu lebih lama saat hendak melintas di persimpangan, hanya bisa mengeluh dalam hati atau mengungkapkannya secara tidak langsung.

Saat VIVA.co.id menanyakan alasan utama Elanto melakukan aksinya tersebut, pemuda berusia 32 tahun itu menjelaskan, bahwa ada dua hal utama yang membuatnya nekat menghadang ribuan moge.

“Yang pertama itu patwal. Seharusnya patwal melakukan pengawalan resmi kenegaraan. Walaupun pengawalan terhadap konvoi diperbolehkan, tapi saya menganggap hal tersebut tidak patut, karena tidak prioritas,” jelasnya.

Selain itu, Elanto juga mengatakan bahwa alasan yang satu lagi adalah konvoi yang cenderung melanggar peraturan lalu lintas dan mengganggu ruang publik. “Ketika ini bukan prioritas, seolah-olah itu penting dan dibutuhkan warga. Jadi seperti ada keistimewaan,” tambahnya.

Oknum berulah

Elanto tampaknya sudah bisa menduga, apa yang akan terjadi jika para pengendara moge dibiarkan melintas di jalanan umum dengan kecepatan tinggi. Hal ini terbukti dari adanya kecelakaan yang menimpa salah satu pengguna jalan, yaitu Bambang Heri.

Dalam kejadian tersebut, kata Bambang, saat menunggu lampu lampu lintas di  Gedongkuning, tiba-tiba dari arah Timur datang rombongan Harley dengan kecepatan tinggi.

"Salah satu motor Harley tampak oleng, sehingga bersenggolan dengan sepada motor, dan jatuh mengenai pintu depan kanan mobil saya. Saya terus bilang, bagaimana urusan mobil saya? Nanti saya lapor polisi. Pengendara tersebut hanya menjawab, lapor saja, nanti saya tunggu di sana," jelas Bambang.

Akibat tertabrak moge Harley-Davidson, pintu depan mobil Toyota Rush milik Bambang mengalami penyok dan baret panjang.

Saat mengetahui kejadian itu, Ketua Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI) chapter Yogyakarta, Gatot Kurniawan, mengecam tindakan oknum pengendara Harley-Davidson tersebut. Sebagai panitia, Gatot mengaku siap bertanggung jawab atas ulah oknum yang merusak citra HDCI tersebut.

"Saya siap mencari pengendara tersebut demi citra HDCI. Jika perlu, saya siap mempertemukan dengan Pak Bambang," ujarnya.

Arogansi atau kebutuhan?

Pelanggaran yang dilakukan oleh para pengendara moge memang sudah lama dikeluhkan oleh masyarakat. Jenis-jenis pelanggaran yang dikeluhkan pun bermacam-macam, mulai dari menerobos persimpangan yang diatur dengan lampu lalu lintas, konvoi dengan pengawalan resmi dari pihak kepolisian hingga masuk ke jalan tol.

Salah satu contohnya adalah saat ribuan moge dari banyak wilayah yang mensesaki jalan tol untuk menghadiri acara Bogor Bike Week (BBW) 2015, di Jungleland Adventure Theme Park, Sentul City, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu.

Salah satu alasan para pengendara moge meminta bisa masuk jalan tol adalah karena jalan biasa sudah terlalu padat. "Bayangin aja bro, 50 sampai 200 motor di jalan biasa itu berapa kilo (km) panjangnya. Coba bagaimana crowded-nya itu jalan. Makanya, misalnya kami touring 250 motor, itu kita bagi. Tapi pas ketemu di satu jalan, itu jadi crowded," ujar Sekretaris Jendral Motor Besar Club (MBC), Irianto Ibrahim

Moge Spesial Gading Marten, Bikin Ingat Anak-Istri

Irianto juga menyebut ada beberapa poin yang mendasari mereka ingin diperbolehkan masuk tol saat konvoi berlangsung, yaitu:

1. Moge adalah kendaraan yang memiliki kapasitas mesin di atas 400cc, sehingga sudah pantas untuk masuk jalur tol. Mereka menilai bahwa hanya di Indonesia, negara yang melarang moge masuk tol.

Tips Naik Motor Gede Ala Si Cantik Nabila Putri

2. Di jalan umum sudah banyak kecelakaan yang mengakibatkan nyawa melayang. Pecinta moge hanya ingin mengurangi angka kecelakaan dengan memperbolehkan 'kaumnya' memasuki tol. Sebab mereka menilai kedisiplinan di negara ini sangat rendah.

3. Pengendara moge meminta pemerintah untuk mengerti dan cepat tanggap terhadap mereka, karena mengendarai motor dengan bobot seberat dan sebesar itu sangat susah apabila jalanan sedang macet. Hal tersebut, dianggap sangat menyiksa.

Motor Sangar BMW Ini Sudah Dipesan Orang Kaya Indonesia

Sementara Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti, mengatakan, konvoi motor gede (moge) Harley-Davidson di Yogyakarta   bisa saja diberikan prioritas. Menurutnya, pengawalan itu bertujuan supaya konvoi berlangsung tertib. 

"Sebetulnya kalau‎ dia ada dikawal bisa saja diberikan prioritas, tapi kalau tidak dikawal ya ikuti aturan," kata Badrodin saat menghadiri perayaan Hari Pramuka ke 54 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Minggu, 16 Agustus 2015.

Oleh karena itu, rombongan atau konvoi tersebut tidak harus mengikuti rambu-rambu yang ada. "Artinya kalau lampu merah bisa diterabas karena mendapatkan prioritas. Tapi kalau tidak, ya ikuti aturan seperti biasa," ucap Badrodin.

Masukan untuk pengayom masyarakat

Kontroversi akan aksi para pengendara moge tampaknya masih akan terus berlanjut. Hal ini dikarenakan belum adanya regulasi khusus dari kepolisian sebagai pengayom masyarakat, yang mengatur mengenai tata cara berkendara, khususnya apabila dilakukan secara bersama-sama atau konvoi.

Menurut Sales and Marketing Director PT Mabua Motor Indonesia, agen pemegang merek Harley-Davidson di Indonesia, Irvino Edwardly, pihaknya belum mengetahui secara detail kejadian yang dilakukan oleh Elanto. Namun, ia memastikan bahwa pengendara Harley-Davidson pasti mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

“Terus terang, kami belum mendengar hal tersebut. Apabila kami dianggap arogan, arogan yang seperti apa? Harley sudah menaati peraturan di jalan pada saat melakukan konvoi,” ungkapnya.

Lebih banyak, Irvino mengatakan bahwa acara yang diadakan di Yogyakarta tersebut sudah meminta bantuan dari pihak kepolisian.

“Sudut pandangnya saja, sebagai contoh ya, coba kalau motor konvensional yang melakukan hal tersebut. Apakah karena ini motor besar? Saya jamin, tidak ada Harley-Davidson yang melakukan pelanggaran, karena kami tahu membahayakan untuk pengendara lain juga,” tambahnya.

Pihaknya juga menetapkan larangan menghidupkan sirine bagi pengguna motor Harley-Davidson.

“Untuk penggunaan sirine, kami sudah menetapkan untuk tidak menggunakannya. Walaupun sirine itu memang memiliki tujuan yang baik, yaitu memberitahu pengendara lain adanya motor gede yang sedang melintas,” jelasnya.

Selain itu, Irvino juga mengatakan bahwa biasanya sirine digunakan oleh Korlantas Polri untuk membuka jalan saat sedang melakukan konvoi.

“Sirine itu biasanya digunakan untuk membuka jalan saat sedang melakukan konvoi. Hal ini bertujuaan untuk memberitahukan adanya rombongan motor gede yang akan melintas, sehingga tidak membahayakan bagi pengendara lainnya,” jelasnya

Sementara itu, Elanto mengatakan, bahwa apa yang ia lakukan kemarin adalah untuk memberikan kesadaran bagi pihak kepolisian, bahwa seharusnya tugas mereka menertibkan jalan, bukan untuk melanggar lampu lalu lintas dan memblokir jalan.

“Saya tidak benci dengan motor gede. Sasaran saya sesungguhnya adalah aparat kepolisian, karena izin yang digunakan untuk mengawal itu adalah salah satu penyalahgunaan, sehingga mengganggu,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya