Harmoni dalam Nyepi
- ANTARA/Nyoman Budhiana
Konon dalam perayaan tahun baru Hindu ini, sekaligus menjadi waktu yang dipercayai sebagai hari penyucian dewa-dewa pembawa intisari amerta atau air kehidupan yang berada di pusat samudera. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.
Dalam rangkaiannya, Nyepi dibagi menjadi empat aktivitas. Yakni, pertama, Melasti atau melis yang bertujuan untuk melebur segala macam pikiran kotor, perkataan dan perbuatan. Upacara ini bisa dilakukan di laut, danau ataupun pada sumber air yang dianggap disucikan. Kedua, adalah Tawur. Upacara ini dilakukan sebelum puncak hari raya Nyepi dan ditujukan untuk menyucikan dan mengembalikan keseimbangan.
Ketiga adalah puncak Nyepi. Pada hari ini seluruh umat hindu mengamalkan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Gni atau tidak menyalakan api, Amati Karya atau tidak boleh bekerja atau beraktivitas, Amati Lelungan atau tidak melakukan perjalanan atau melancong dan terakhir Amati Lelangunan atau tidak diperkenankan untuk menghibur diri.
Aktivitas terakhir atau keempat adalah Ngembak Gni. Upacara ini dilakukan setelah puncak Nyepi sebagai penanda berakhirnya Brata Nyepi. Umumnya dilakukan dengan melakukan Dharma Santi atau saling berkunjung di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Merawat Harmoni
Tahun ini puncak peringatan Hari Raya Nyepi untuk kedua kalinya diselenggarakan di Candi Prambanan Yogyakarta. Momen besar umat Hindu se Indonesia ini pun dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Dipastikan lebih dari 20 ribu umat Hindu ikut berpartisipasi dalam penyambutan puncak Nyepi yang akan dilangsungkan pada Sabtu 21 Maret 2015. Dalam sambutannya dalam upacara Tawur Kesanga di Candi Prambanan pada Jumat 20 Maret, Jokowi berharap agar hari raya ini bisa menjadi sarana untuk mempererat hubungan manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan alam, serta manusia dengan sesama.
"Ketenteraman dan harmoni harus dirawat dan dilestarikan. Nanti akan melahirkan kehidupan yang tentram," ujar Jokowi.
Ketua Umum Panitia Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937 I Gede Sumertha menambahkan, acara Nyepi tahun ini mengangkat tema 'Penyucian Diri dan Alam Semesta Menuju Kualitas Peningkatan Kerja'.
Ia berharap, dengan tema itu dapat menjadi momentum bagi umat Hindu di Indonesia dapat kembali meningkatkan kualitas kehidupannya. "Dengan kehidupan yang berkualitas akan bisa membangun kebersamaan menuju kehidupan sejahtera dan damai," kata Sumertha.
Konsep Berhemat
Secara keseluruhan, puncak Hari Raya Nyepi di Indonesia memberi imbas luar biasa pada strategi penghematan. Bali contohnya. Sebagai pulau yang memiliki umat Hindu terbanyak, ritual tahunan ini memberi efek ke sejumlah aktivitas.
PT Angkasa Pura I (Persero) di Bandara I Gusti Ngurah Rai bahkan menyatakan demi menghormati perayaan ini akan menutup aktivitas penerbangan mereka selama 24 jam. Penutupan dilakukan mulai pukul 06.00 WITA pada 21 Maret 2015 hingga pukul 06.00 WITA pada 22 Maret 2015.
"Akan ada 258 penerbangan domestik dan 164 penerbangan internasional yang ditiadakan. Total, keseluruhan sebanyak 422 penerbangan yang ditiadakan selama Nyepi," kata Co General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) di Bandara I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Ardita.
Hebatnya, penghormatan ini tak sekalipun menakar estimasi kerugian. Sebagai ritual tahunan, tentu aktivitas ini memang sudah menjadi perhitungan tersendiri bagi sejumlah maskapai yang ada di Bandara I Gusti Ngurah Rai. "Kami tidak menghitung itu sebagai lost, ini bagian budaya dan sudah menjadi perhitungan bisnis," katanya.
Tak cuma itu, pemberlakuan serupa dilakukan terhadap aktivitas lalu lintas di Tol Bali Mandara. Selama 31 jam, tol sibuk ini akan ditutup demi menghormati hari Raya Nyepi. "Tol akan ditutup total. Lampu kita matikan sendiri, kita ada panelnya. Penutupan mulai pukul 00.00 WITA 21 Maret 2015 dan dibuka pada Minggu 22 Maret 2015 pukul 07.00 WITA," kata Direktur Utama Jasamarga Bali Tol, Akhmad Tito Karim.
Estimasi kerugian akibat penutupan ini diprediksi mencapai lebih dari Rp300 juta. Namun demikian, sekali lagi angka itu tak diperhitungkan sebagai kerugian. "Ini sudah menjadi tradisi kami. Kebudayaan Bali harus dihormati. Jadi kami tak anggap itu kerugian," ujar Tito.
Serupa dialami oleh Pembangkit Listrik Negara di Bali. Imbas ritual ini memberikan efek positif untuk penghematan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) mereka. Diprediksi pada Sabtu 21 Maret, akan ada penghematan konsumsi BBM hingga 50 persen atau setara 1 juta liter dengan nilai penghematan mencapai Rp11 miliar.
"Beban listrik diprediksi bisa turun hingga 50 persen. Otomatis akan menghemat BBM hingga 1 juta liter," ujar Humas PLN Bali Wayan Redika.
Belakangan, ternyata momen Nyepi juga ikut memberikan keuntungan tersendiri bagi sejumlah penjual kebutuhan pokok. Sehari menjelang Nyepi, ribuan warga Hindu langsung menyerbu sejumlah minimarket.
Mereka membeli sejumlah kebutuhan makanan untuk menghadapi aktivitas menyepi mereka di rumah. Lonjakan penjualan pun meningkat drastis. "Sejak tiga hari lalu pembelian warga meningkat," ujar salah seorang petugas di salah satu minimarket ternama di Denpasar.
Tentu, sisi lain dari tradisi Nyepi ini juga akan sama dirasa di seluruh Indonesia. Sebab, seluruh aktivitas perayaan hari raya Hindu nyaris seragam. Maka jelas konsep ini akan memberi imbas luar biasa bagi kondisi ekonomi di Indonesia.
Selamat menjalankan Catur Brata Penyepian, Tahun Baru Saka 1937