Kasus JIS, Biro Penyelidik AS dan Polisi Australia Turun Tangan

Lambang FBI
Sumber :
  • bergoiata.org

VIVAnews - Kasus pelecehan seksual anak di Jakarta International School (JIS) semakin melebar. Peristiwa yang awalnya hanya ditangani Kepolisian Republik Indonesia, kini telah meluas jadi urusan polisi negara lain.

Meneropong Masa Depan Pasar Komoditas Indonesia di Situasi Global Tak Menentu, Investor Harus Apa?

Hal ini tidak lain karena sekolah mahal di bilangan Jakarta Selatan itu pernah mempekerjakan seorang predator seks bernama William James Vahey. Tidak tanggung-tanggung, Biro Federasi  Amerika Serikat (FBI) dan Polisi Federal Australia  (AFP) akan ikut turun tangan menelusuri kiprah kelam Vahey di sekolah itu.

Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Suhardi Alius mengatakan bahwa sejak awal penyelidikan, Polri telah bekerjasama dengan Australian Federal Police (AFP) atau Polisi Federasi Australia.

Ungkit Pesan Bahlil, Ketua DPD: Golkar Harus Jadi Lokomotif Kemenangan RK-Suswono

Kepentingan AFP dalam hal ini, karena banyak guru-guru dari Australia di JIS. Semerbak isu di masyarakat yang menyebutkan bahwa guru-guru asing terlibat dalam pencabulan siswa. Ciri-cirinya berambut pirang, berbadan tegap dan sudah tentu, cabul.

AFP yang akan datang dalam beberapa hari lagi, kata Suhardi, akan bertugas berbicara dengan warga. Badan kepolisian Negeri Kangguru ini akan mencari tahu apakah ada korban-korban  lainnya, selain bocah malang berusia enam tahun berinisial AK, murid TK JIS.

Bank bjb Tawarkan SBN Ritel ST013 dengan Imbal Hasil Hingga 6,50%

Sementara FBI rencananya akan tiba pekan depan. "Hari Senin dari FBI akan datang ke Indonesia berkaitan dengan ini (kasus JIS)," ujar Wakil Direktur Tindak Pidana Umum Komisaris Besar Tony Hermanto.

JIS Tertutup

Kasus pencabulan di JIS bermula saat ibu AK, P, mengadukan pelecehan seksual yang dialami putranya. Bocah blasteran Belanda-Surabaya itu mengaku dicabuli di toilet sekolahnya sendiri pada Maret lalu. April, peristiwa ini diadukan dan dilakukan penyelidikan.

Awal-awal penyelidikan, pihak JIS sangat tertutup, bahkan mengusir wartawan yang mengambil gambar. Belakangan, setelah ramai beritanya digoreng media, pihak JIS akhirnya lebih terbuka.

Lima orang yang bekerja sebagai petugas bersih-bersih JIS telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka mengaku menyodomi bocah yang kini takut ke toilet itu. Seorang tersangka lainnya, bernama Azwar, bunuh diri menenggak cairan pembersih lantai di kantor polisi.

Perbuatan mereka ini tidak hanya menyisakan kepedihan mental, juga fisik. AK menderita herpes, penyakit kelamin.

Ketika kasus ini bergulir, muncul pemberitahuan dari FBI. Salah seorang pria predator seks dalam daftar hitam mereka tewas bunuh diri. Vahey yang piawai mengajar sejarah, geografi dan ilmu sosial ini mengakhiri hidupnya setelah pegawai di American Nicaraguan School, Managua, menemukan USB miliknya berisikan 90 foto bugil bocah lelaki.

Kepada pihak sekolah, dia mengaku menggagahi bocah-bocah usia 14-an tahun itu setelah sebelumnya diberi obat tidur. Malu, ayah dua anak ini bunuh diri dengan menikamkan pisau berkali-kali ke dadanya.

FBI dalam situsnya berharap agar para korban Vahey melapor. Dalam data FBI, pria 64 tahun ini selama empat dekade malang melintang mengajar di sekolah-sekolah internasional di sembilan negara sejak tahun 1972. Di antaranya adalah Indonesia, Nikaragua, Inggris, Venezuela, Arab Saudi, Yunani, Iran, Spanyol dan Lebanon.

Mengajar dari tahun 1992-2002 di  JIS, Vahey diduga memakan korban. Salah satu pelaku penyodomi AK, Z, mengaku pernah jadi korban Vahey. Walaupun telah meninggal, namun FBI bertekad akan terus menelusuri kasus ini. FBI menduga ada lebih dari 100 anak yang jadi korban Vahey di berbagai negara.

Agen Khusus FBI, Shauna Dunlap, mengakui bahwa ini adalah salah satu kasus predator seks paling mengerikan dan menjijikkan yang pernah dia temui.

Guru yang Ramah

Kebusukan Vahey yang terungkap membuat bekas muridnya dan orangtua mereka kaget. Jonathan, bekas muridnya di Southbank International School, London, mengatakan bahwa Vahey adalah guru favorit karena ramah dan baik.

Namun kepada Daily Mail, Jonathan mengaku ada yang aneh dari perilaku Vahey. Seperti pengakuan bekas murid-muridnya yang lain, Vahey mencanangkan "klub perjalanan" dan membawa anak-anak ke  berbagai negara. Ini dibenarkan oleh isi USB yang mengategorikan foto-foto cabul bocah, seperti "Perjalanan Panama". Perjalanan Costa Rica" atau "Perjalanan Basket."

Vahey pandai mengatur siasat agar bisa memangsa bocah-bocah itu. Laman The Sun yang mengutip ibu bekas murid Vahey menuliskan, pria kelahiran New York, AS, membuat semacam permainan untuk memisahkan korban-korbannya ke dalam beberapa kamar.

Bocah-bocah harus mengikuti permainan yang dinamakan "lomba makan kue". Pada permainan ini, mereka harus memakan sebanyak mungkin kue Oreo untuk mendapatkan kamar di lantai paing atas.

Kue ini diduga sudah dibubuhi obat tidur. Vahey juga kerap menggelitiki tubuh bocah pria untuk menyuruh mereka tidur. Selain itu, orang tua mengaku menemukan bekas cakaran di tubuh anak mereka. Disinyalir, ada lebih dari 60 korban Vahey saat dia mengajar di London di rentang tahun 2009-2014.

Nama Vahey masuk daftar hitam FBI setelah tahun 1969 pria berkacamata ini dilaporkan atas kasus pelecehan anak. Dia dikenakan enam dakwaan pelecehan saat mengajar renang para siswa di sekolah California. Dia dipenjara 90 hari dengan masa percobaan lima tahun setelah mengakui satu dari lima dakwaan tersebut.

Vahey tidak mendaftarkan dirinya untuk didata sebagai pelaku pencabulan seperti yang diperintahkan FBI. Dengan namanya yang bersih, dia lalu pergi ke berbagai negara, mengajar. Keberadaannya diketahui setelah USB isi foto tidak senonoh miliknya diketahui.

FBI dalam pernyataannya meminta para korban Vahey untuk buka suara. Namun ini sepertinya sulit, para orangtua memilih untuk tutup mata ketimbang mengetahui kepedihan anaknya. Seperti yang disampaikan seorang ibu dari bekas murid Vahey di Inggris.

"Anak lelaki saya berusia 13 tahun saat diajar Vahey. Bahkan jika FBI menemukan bahwa putra saya ada di foto itu, saya memilih tidak mengetahuinya dan melupakannya," kata dia.

"Saya berusaha menanyakannya pada anak saya, apakah dia pernah diberi obat tidur yang membuatnya sulit terjaga dan bangun dengan perasaan aneh. Dia adalah satu dari empat bocah yang tidur di satu kamar, saya harap itu menyulitkan gerak-gerik Vahey," lanjutnya lagi.

Hal yang sama diakui oleh orangtua siswa AK,  P. Ibu 40 tahun ini mengatakan kemungkinan tidak akan ada yang mengaku telah dicabuli oleh Vahey atau komplotan pembersih JIS. Padahal dia mengaku pernah mendengar cerita pencabulan dari orang tua murid lainnya.

"Mereka takut melapor kejadian yang sama dengan anak saya karena mereka itu warga negara asing. Mereka juga tak mengerti bahasa Indonesia," kata P.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya