Paket Peti Mati, 'Revolusi' Tak Sampai

Peti mati
Sumber :
  • mylocalfuneraldirector.co.uk

VIVAnews – Kiriman paket misterius menghebohkan Jakarta, Senin pagi, 6 Juni 2011, berupa peti mati ukuran anak kecil berwarna coklat tua. Saat dibuka, isinya bunga tabur nan harum dan tulisan www.restinpeacesoon.com.

Sejumlah media massa pun menerima paket misterius ini. Di tengah suasana republik yang panas akhir-akhir ini, banyak teror bom dan paket mencurigakan, pertanyaan besar pun mencuat, apakah ini bentuk teror terhadap pers?

Kiriman peti mati ke The Jakarta Post diterima sekitar pukul 17.30 Waktu Indonesia Barat. Ditujukan kepada CEO The Jakarta Post, Daniel Rembeth. Satpam kantor, Joni mengatakan, paket itu diantar sebuah ambulans. Ini jelas tak biasa. “Saya pikir orang salah masuk. Ternyata nggak. Dia bilang ada kiriman untuk Pak Daniel,” jelas Doni dalam perbincangan dengan VIVAnews.com.

Saat dikeluarkan, kiriman yang dimaksud sopir itu adalah sebuah peti mati ukuran kecil, untuk anak-anak. “Sopir itu sepertinya orang Flores atau Maluku. Dia bilang, sudah mengantar barang dari Bekasi sejak jam 04.00 subuh.”

Saat ditanya maksud pengiriman dan siapa yang mengirim, sopir mengaku tidak tahu. "Dia bilang, dia hanya mengantar dan  antarannya masih banyak."

Joni pun sempat memperhatikan ambulans yang dipakai membawa peti mati. Yang aneh, dari dalam ambulans, kata Joni, ada wanita dan  laki-laki yang mengambil gambar pengiriman paket peti mati ini.

Peti yang sama juga diterima kantor media, Kompas.com di kawasan Palmerah sekitar pukul 09.00 WIB. "Di dalamnya ada bunga wangi dan secarik kertas bertuliskan, www.restinpeacesoon.com," kata editor Kompas.com, Heru Margiyanto, saat dihubungi Senin pagi. Tak ada nama pengirim yang tertera.

Awalnya, paket itu membuat kaget. Namun, setelah awak media berdiskusi, mereka mengerucut ke sebuah dugaan. “Kami menduga ini strategi marketing,” kata Heru. Pihak Kompas.com pun tak menganggap serius kiriman itu. “Kami pajang di sini, di tengah kantor. Buat lucu-lucuan.”

Paket peti mati lainnya juga dikirim ke sejumlah media antara lain, Tempo, Metro TV, RCTI, dan ANTV. Alamat pengirim, Unit 166, Jalan Asia Afrika, Pintu 10, Senayan, Jakarta Selatan, 10270.

Selain media-media tersebut, paket juga dikirim ke beberapa perusahaan perusahaan, seperti PT Indosat Tbk, PT Garuda Food, PT Garda Otto dan PT LG Indonesia.

Simbol kematian

Setelah diusut, paket peti mati ini ternyata sama sekali tak berkaitan dengan teror. Sumardy, CEO perusahaan marketing Buzz&Co, mengaku bertanggung jawab atas pengiriman paket menghebohkan itu. Apa maksudnya?

Pengacara Klarifikasi Soal Isu Baim Wong Selingkuh, Tegaskan Hal Ini

Ternyata untuk promosi launching buku 'Rest in Peace Advertising'.

Menurut dia, peti mati adalah simbol kematian dunia periklanan konvensional. “Tujuannya positif, saya simbolkan dengan peti mati, sesuai dengan buku yang saya terbitkan,” ujar dia. “Sebenarnya launching sudah dilakukan sebelumnya, tapi belum heboh. Hari ini buat hebohnya.”

Terungkap, Baim Wong Talak Paula Verhoeven Sejak Mei 2024

Sumardy menjelaskan, ada 100 paket peti mati yang ia kirim ke sejumlah staf marketing di perusahaan produk makanan, telekomunikasi, dan media. “Tidak semuanya media. Media cuma 10 persen. Sisanya perusahaan yang berhubungan dengan komunikasi. Perusahaan iklan dan sejenisnya. Pemilik perusahaan dan orang marketing.”

Tujuannya, jelas dia, untuk memberi peringatan bahwa periklanan konvensional sudah mati. “Kami kirim ke agen periklanan, karena kampanye marketing mereka membosankan. Kami ingin menunjukkan kepada mereka harusnya seperti ini. Dengan biaya lebih murah. Daripada pasang iklan, itu jauh lebih mahal. Berapa puluh miliar,” kata dia.

Jokowi Sarankan Stadion Utama Sumut Diserahkan ke PSMS Medan, Ini Respon Manajemen

Promosi ala Sumardy memang murah dan cukup berhasil membuat heboh. Pria asal Medan ini menjelaskan, biaya masing-masing peti beserta pengirimannya Rp500 ribu. Jadi berapa duit yang ia rogoh dari koceknya? “Biaya keseluruhan Rp50 juta.”

Ia mengklaim biaya itu jauh lebih murah dibanding beriklan di media. “Ini terobosan baru dalam dunia iklan. Banyak yang jenuh dengan iklan di televisi,” ujar lulusan S2 marketing Universitas Gajah Mada itu.

Untuk membuat penasaran penerima, Sumardy sengaja tak menjelaskan maksud kirimannya itu. Hanya ada secarik kertas bertuliskan www.restinpeacesoon.com. Itu adalah website perusahaannya. Setiap penerima paket diberi semacam kode untuk login di situs yang akan diluncurkan.

“Sudah dibuat, namun sengaja tidak bisa diakses biar orang penasaran. Kami kirim peti dan bunga di situ kodenya. Hanya orang yang terima kode itu yang bisa akses,” jelas dia.

Apakah ia takut strategi marketing ekstremnya itu bakal berbuntut panjang? Sumardy menjawab dengan yakin, tidak. “Saya tidak takut. Karena niat saya baik."

Selain itu, kata dia, petinya tidak berisi barang aneh-aneh. Ada kode dan  websitenya juga bisa diakses. "Tidak ada hubungannya dengan teror, ini hanya persoalan cara melihat.”

“Kita diteror iklan. Diteror kantong warganya. Gebrakan kami tidak ada hubungannya dengan situasi politik di Indonesia.”

Bentuk teror?

Meski tak bermaksud meneror, toh Sumardy tetap diperkarakan. Polisi menjemputnya dan sejumlah staf untuk dimintai keterangan. Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya, Kombes Sujarno, mengatakan bahwa polisi punya dasar untuk memeriksa Sumardy.

“Karena ada laporan dari pihak Kompas dan The Jakarta Post ke Polsek Tanah Abang. Dari situ polisi mengambil tindakan dengan mengamankan Sumardy beserta lima orang pegawainya,” kata dia, Senin, 6 Juni 2011.

Sumardy dan para stafnya dibawa ke Polsek Tanah Abang untuk dimintai keterangan. “Selain itu polisi mengamankan dua buah peti yang belum dikirim Sumardy,” tambah dia. “Polisi bergerak berdasarkan laporan, itu delik aduan bukan delik murni. Harus ada laporan.”

Manajemen Kompas membantah telah melaporkan Sumardy.

Polisi menggolongkan aksi Sumardy sebagai bentuk teror. Alasannya, kata Sujarno, "Dia mengirim barang tersebut tanpa terlebih dahulu memberi informasi yang jelas, apakah terkait dengan dengan launching buku."

Hal itu tentu mengundang kecurigaan karena saat ini banyak paket mencurigakan yang beredar di masyarakat. "Jika si pengirim sudah berkoordinasi dengan penerima itu tidak jadi masalah," Sujarno menambahkan.

Meski ini jelas-jelas jurus marketing--meski sebagian orang menganggap konyol bukan buatan--Kepolisian Resor Tanah Abang dengan semangat '45 menyatakan akan terus memproses Sumardy. Menurut Kapolsek Tanah Abang, Ajun Komisaris Besar Johanson R. Simamora, perbuatan Sumardy telah meresahkan masyarakat. 

"Ini sudah meresahkan masyarakat dan telah membuat heboh. Apalagi saat ini banyak ancaman, seperti bom dan sebagainya," ujar Johanson kepada VIVAnews.com, Senin, 6 Juni 2011. Heboh diperkirakan bakal lebih luas lagi, karena "masih ada barang bukti 31 peti mati yang belum dikirim oleh Sumardy di kantornya. Selain itu kami juga mengamankan laptop berisi daftar 100 orang yang akan dikirimi."

Alih-alih membuat terobosan maha-revolusioner di dunia marketing, Sumardy kini naga-naganya harus berhadapan dengan hukum. Polisi boleh jadi bakal mempidanakan dia di atas tuduhan telah menciptakan keresahan di masyarakat atau melakukan perbuatan tidak menyenangkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya