Merpati Jatuh, Sertifikat Dipertanyakan
- ANTARA/ Yusran Uccang
VIVAnews- Pesawat Merpati jenis MA 60 buatan Xiang Aircraft jatuh di laut dekat Bandara Kaimana, Papua Barat pukul 14.05 WIT. Pesawat yang berangkat dari Sorong menuju Kaimana itu menewaskan 25 orang.
Pesawat MA 60 dengan nomor registrasi PKMZK itu mengangkut 25 orang, yang terdiri dari 18 penumpang dewasa dan empat kru yaitu Pilot Cpt Purwandi Wahyu dan Co Pilot Paul Nap, pramugari Sumaryani dan Indriyana Puspasari. Sedangkan 18 penumpang dewasa itu terdapat dua teknisi yaitu Joko dan Dadi Tarsidik.
Pesawat jenis Xian MA-60 itu merupakan termasuk pesawat baru. Pesawat jenis ini produksi Xian Aircraft Industry Company Ltd di bawah China Aviation Industry Corporation I (AVIC I).
Menurut Kepala Badan SAR Nasional Nono Sampono, pesawat itu baru beroperasi dua bulan lalu. Pesawat ini mampu terbang dengan kapasitas 50 penumpang. Kecepatan terbang pesawat tersebut maksimal 514 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, pesawat ini mampu terbang dengan ketinggian 7620 meter karena ditopang dengan dua mesin. "Tapi sebelum sampai bandara, pesawat sudah jatuh dan hancur berkeping-keping," jelas Nono.
Sementara menurut Ketua Sub Komite Udara Komite Nasional Keselamatan Transportasi Masruri menjelaskan pesawat jenis ini juga pernah mengalami kecelakaan di Kupang, Februari lalu. Pada saat itu pesawat keluar landasan dan tidak separah seperti kecelakaan di Kaimana.
Saat itu, kata Masruri, kondisi pesawat melintang dengan sebagian badan berada dilandasan dan bagian kepala pesawat diluar landasan. Namun, hingga kini, penyebab pesawat keluar landasan belum diketahui. "Masih diteliti. Menunggu pembacaan Flight Data Recorder (FDR)," jelasnya.
Pesawat ini mampu terbang dengan kapasitas 50 penumpang. Biasanya, pesawat jenis ini melayani rute-rute untuk penerbangan jarak dekat. Kecepatan terbang pesawat tersebut maksimal 514 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, pesawat ini mampu terbang dengan ketinggian 7620 meter karena ditopang dengan dua mesin.
Pembelian jenis pesawat ini oleh Merpati pada 2009 sebelumnya menuai pro dan kontra, terutama mengenai harga pembelian, jumlah pesawat, dan jaminan kualitas pesawat. Namun, akhirnya pihak Merpati tetap membeli pesawat tersebut.
"Di Indonesia ada 13 pesawat dan kemungkinan Merpati akan menambah jadi 15 pesawat karena dua masih di China," kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Heri Bakti.
Dari 13 pesawat yang sudah dibeli, Merpati telah menggunakan pesawat itu untuk penerbangan jarak dekat. Saat ini menurut Heri, 13 pesawat disebar di wilayah Indonesia. Rinciannya 2 berada di Medan, 2 di Bali, 2 di NTT, 2 di Makassar, 2 di Ambon, 1 di Papua, 1 di Surabaya dan 1 lagi pesawat tidak diketahui oleh Kementerian Perhubungan.
"Pesawat ini sebenarnya telah diproduksi cukup banyak juga dan dioperasikan di Indonesia, China, Myanmar, Kirzigstan, Zambia, Laos dan Philipina," jelasnya.
Sementara khusus pesawat MA60 yang mengalami kecelakaan di perairan Kaimana, Papua Barat merupakan pesawat baru buatan 2010 dengan jam terbang 615 jam dan total pendaratan 764 cycle.
Salah satu yang tidak setuju pembelian pesawat jenis MA 60 adalah Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Alasannya, pesawat itu belum mendapat sertifikat penerbangan dari Federal Aviation Adminstration (FAA) Amerika Serikat. Pesawat itu juga tidak memiliki track record.
“Sejarah pesawat itu memang penuh perdebatan" ujar JK.
Kalla mengaku tidak mengetahui jika akhirnya pesawat dibeli. Menurutnya ketika itu ia yang datang ke Beijing untuk membicarakan pesawat memutuskan jika memang pesawat harus didatangkan mekanismenya harus sewa bukan beli. Dengan demikian, urusan maintenance dan lain-lain masih menjadi urusan sang produsen.
“ Karena sistem sewa, produsen harus bertanggung jawab jika ada masalah dengan pesawat tersebut. Salah satu caranya, produsen diharuskan membangun pabrik dan menyiapkan teknisi dari Cina,” tandasnya
Namun Kalla tidak ingin menebak-nebak penyebab jatuhnya pesawat yang menewaskan seluruh penumpangnya tersebut. Ia tidak mengetahui penyebab kecelakaan tersebut. "Yang jelas, kecelakaan itu bisa disebabkan macam-macam. Mulai cuaca, human error, atau teknis mesin jadi harus diselidiki secepatnya untuk mengetahui penyebab pasti jatuhnya pesawat itu,” ujar Kalla.
Apakah pesawat MA 60 itu layak terbang?
Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan, Bambang S. Ervan menegaskan bahwa pesawat jenis Xian MA60 milik Merpati yang jatuh di Kaimana, Papua laik terbang. Meski tak mempunyai sertifikat FAA, namun pesawat itu sudah mendapat sertifikat dari China. Pesawat tersebut sudah melalui proses uji coba yang sesuai dengan produser dari pabrikan pesawat tersebut di China.
"Kalau sudah dikeluarkan sertifikat berarti pesawat tersebut laik terbang" ujar Bambang saat dihubungi VIVAnews, Minggu, 8 Mei 2011.
Ditambahkan Bambang, Indonesia juga sudah menguji pesawat tersebut dengan cara mengirim beberapa orang Inspektur Dirjen Perhubungan Udara ke China untuk melakukan pengujian atas kelaikan pesawat tersebut. Sertifikat layak terbang dari Indonesia pun dikeluarkan sekitar tahun 2007 atau 2008 lalu.
"Pesawat tersebut sudah melewati beberapa prosedur pengujian. Selain Indonesia negara lain yang juga sudah mengeluarkan sertifikat tersebut antara lain Filipina, Myamnar, beberapa negara di ASEAN dan negara lain" tuturnya.
Meski pernah di-grounded karena ada crack (patah) di rudder (ekor belakang) Juni 2009 lalu, MA60 akhirnya diijinkan lagi untuk terbang.
Ditambahkan dia, Departemen Perhubungan terus akan melakukan pengawasan-pengawasan terhadap perusahaan penerbangan di Indonesia. Otoritas penerbangan itu akan melakukan evaluasi perusahaan Mepati secara keseluruhan mulai dari manajemen, prosedur perawatan, SDM, dan sistem pelatihannya. Selain itu Kemenhub juga akan melakukan audit per 3 bulan sekali terhadap semua perusahaan penerbangan terkait dengan keselamatan. "Kita cek ulang dan melakukan audit lagi dari laporan perusahaan penerbangan tersebut," ujar dia.